Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Penyembuhan Trauma Pelecehan Seksual dengan HFC




eBahana.com – Seks merupakan anugerah Tuhan yang penuh kesucian dan penuh kenikmatan bagi mereka yang cakap dan dewasa dalam kebenaran. Namun, di tangan para begundal, seks menjadi kenikmatan tabu yang menghancurkan dan meninggalkan noda trauma yang mendalam.

Kesucian seksual bagaikan bunga yang sedang mekar di taman, begitu sedap dan indah dilihat. Semerbak
keharumaannya menelusup dari lubang hidung, merasuk ke otak, hingga membangkitkan gairah setiap orang yang berada di sekelilingnya. Ia dapat terus memberikan keindahan dan keharuman kepada mereka yang sanggup melindunginya. Namun, oleh ulah kumbang perusak dan tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab, kesuciannya akan dirusak dan dipetik hingga menjadi layu, mati, dan langu.

Trauma Memengaruhi Jiwa dan Fisik
Bahkan tindakan tersebut akan menyisakan noda dan trauma yang mendalam, bahkan sangat memengaruhi kehidupan pernikahannya. Demikian yang dialami Ira (bukan nama sebenarnya) berasal dari Surabaya, sering mengalami pelecehan seksual pada masa kecilnya.

Ira kecil yang saat itu masih duduk di bangku kelas 4 SD sudah kerap mengalami pelecehan seksual. Kebetulan mamanya memiliki usaha konveksi dengan beberapa tukang jahit. Kebetulan tukang potong kainnya laki-laki dan masih kerabat. Waktu itu, setiap sepulang sekolah, orangtua tidak pernah membiasakan dirinya untuk berpakaian rapi.

“Begitu sampai rumah biasanya saya langsung lepas baju dan hanya mengenakan kaos singlet dan celana dalam. Saat usia segitu, bentuk tubuh saya sudah berubah. Puting susu sudah mulai terlihat walau masih kecil. Beranjak kelas 5 saya sudah menstruasi. Waktu itu saya sering bermain di gudang karena depannya seperti paviliun. Jadi, enak untuk bermain. Setiap saya bermain di sana, tukang potong kain pasti menyusul masuk, ia
menciumi saya sambil meraba-raba tubuh saya. Tidak sampai diperkosa sih. Namun, saat itu saya tidak tahu itu apa? Apakah itu jahat atau pelecehan, saya tidak mengerti. Peristiwa itu pun berlalu begitu saja,” ungkapnya.

Ketidaktahuan, kepolosan, dan kurangnya perhatian membuat Ira harus mengalami tindakan pelecehan berulang kali. Celakanya lagi, yang memperlakukannya seperti ini justru orang-orang yang ada di dekatnya. Sopir mamanya juga melakukan pelecehan kepadanya. Saat naik mobil Ira duduk di dekat sopir. Sambil menyetir, siku tangan si sopir disenggolkan ke payudaranya. Saat berenang pun Ira pernah diremas kemaluannya oleh seseorang. Waktu itu orangtua tidak ikut berenang, hanya menunggu duduk di kejauhan.

Ira merasakan bagaimana pengalaman itu terbawa sampai dewasa, hingga menjadi trauma. Kejiwaan Ira sangat terganggu. Ia menjadi orang yang tidak suka bergaul, pendiam, minder, tidak percaya diri, dan merasa tidak aman. Bahkan dampak kejiwaannya sangat panjang hingga terbawa sampai pada relasi seks pernikahannya.

“Awal menikah, saya merasa tidak senang dan tidak menikmatinya. Saya jadi sering curiga kepada suami. Semenjak malam pertama sampai tujuh hari berikutnya saya selalu menolak untuk berhubungan intim. Bahkan saya pernah sampai menjejak suami karena saya masih memendam trauma dan tidak mau berhubungan badan,” tegasnya.

Ternyata dampak trauma memengaruhi bukan hanya kejiwaan, melainkan juga fisik. Sejak kecil Ira sering mengalami kram perut, anemia, dan saat datang bulan ia merasakan sangat sakit. Menurut diagnosis dokter, Ira mengidap endometriosis. “Ketika masih gadis, saya harus rutin minum pil KB selama tiga putaran. Untuk satu putaran saya harus mengonsumsi pil tersebut selama 9 bulan. Saya dibuat tidak menstruasi agar hormonnya tidak tinggi. Selain itu, punggung saya juga sering merasa nyeri dan sangat sakit.”

Demi menghilangkan trauma tersebut, Ira harus menjalani serangkaian kelas pemulihan di School of Healing dan camp pemulihan, melalui metode Healing Family in Christ (HFC). “Di sana saya diminta untuk melakukan rekonsiliasi dengan orangtua yang tidak mengetahui dan tidak menjaga saya. Melalui proses pengampunan dengan orangtua dan kerabat mama itulah saya dipulihkan Tuhan. Setelah sesi pemulihan, saya merasa relasi seks dengan suami menjadi lebih nyaman dan menyenangkan,” ungkapnya. Naf/Nug/Eth/Sso



Leave a Reply