Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

“Ma, Aku Jatuh..”




eBahana.com Savitri Pardani Tranggono: “Aku panik banget. Apalagi beberapa orang bilang, itu penyakit mematikan. Aku rasanya mau mati, nggak tahan lihat Nikos. Aku menjerit nangis sama Tuhan. Tolooong!”

Perjumpaan pribadi Savitri Pardani Tranggono alias Sasya Tranggono dengan Tuhan, tak bisa membuatnya diam. Ia tak bisa menyimpan sukacita besar sendirian. Maka bila kita bertemu dengannya, tak usah menunggu lama. Ia akan segera bersaksi tentang kebaikan Tuhan. “Dahsyat..dahsyat deh Tuhan Yesus,” ucap wanita pelukis mengawali cerita kesembuhan yang dialami Nikos, lengkapnya Nicholas David Hilman, anaknya.

Sasya tak bisa menahan kuasa Tuhan yang bekerja atasnya. Maka dengan sukacita tatkala ia diajak melayani
Tuhan. Berdoa bagi orang sakit sampai peperangan rohani. Berdoa bagi satu kota atau orang-orang berpengaruh.

”Dulu nggak tau kalau mau nglayani yang berat-berat harus doa puasa sebelumnya. Nggak ada briefing. Saking semangatnya, hayooo…jalan. Padahal kita harus menyiapkan tubuh, jiwa dan lebih-lebih roh kita. Biar kita nggak diserang balik sama iblis,” kenang ibu kelahiran Jakarta 25 Desember 1963 tersenyum.

Tak lama dari doa peperangan, Sasya mengantar Nikos pijat. Setelah selesai tiba-tiba Nikos merasa tubuhnya lemas lunglai, tak berdaya. “Dia baru pijit dan turun dari tempat tidurnya. Terus jatuh, ngglundung. Aku bilang sama Nikos, kamu jangan bercanda, nggak lucu. Kemudian dia bilang, Mam… lemas semua, Mam. Aku nggak bisa jalan, papah aku. Aku masih bilang, Nikos apaan sih, nggak lucu. Tapi aku liatin wajahnya, ia
serius. Bukan sedang bercanda. Lemas deh aku. Tapi aku langsung ingat, bahwa aku harus kuat, itu bisikan Roh Kudus ya. Nikos digotong. Kami larikan ke RS Medistra. Besoknya, chek rechek ke rumah sakit lain, baru ketahuan. Nikos terserang penyakit langka Guillain Barree Syndrome, kami langsung membawanya lagi ke Medistra,” jelas pelukis yang mendapat penghargaan karena mempromosikan kebudayaan Indonesia di luar negeri melalui pameran tunggal lukisan dengan tema From Indonesia with Love di Ayala Museum, Makati City, Philippines 13-25 Februari 2007.

Nikos ketika masa pemulihan (2008)

Guillain Barre Syndrome secara umum disebabkan mekanisme immune/proses respons antibody terhadap virus atau bakteri yang menimbulkan kerusakan syaraf hingga terjadi kelumpuhan. “Waktu denger itu aku panik banget. Apalagi beberapa orang bilang itu penyakit mematikan. Aku rasanya mau mati, nggak tahan lihat Nikos. Aku menjerit nangis sama Tuhan. Tolong!! Aku mohon pada-Mu, sembuhkan Nikos,” ujarnya.

Mukjizat Datang
Tuhan memberi penghiburan dan kekuatan. Sasya ditopang banyak teman dan orang yang disebutnya sebagai
orangtua rohani. Mereka berdatangan ke rumah sakit menguatkannya. Hingga kamar perawatan selalu ramai kunjungan. Berdoa bersama mohon mukjizat bagi Nikos. Inilah penantian yang panjang bagi Sasya, Nikos, keluarga, dan para sahabat. Menanti perubahan sedikit demi sedikit. “Setelah beberapa hari total tidak bisa berjalan, Nikos diterapi. Dilatih berjalan. Dokter bilang orang yang terkena penyakit ini kalaupun sembuh, baru bisa berjalan setelah minggu ke lima. Tapi baru minggu ketiga, Nikos sudah bisa berjalan. Puji Tuhan
penanganan Nikos ngga telat. Ditangani tim dokter yang bagus dan care sekali dengan kasus Nikos. Nggak terkatakan ucapan syukurku,” saksi pelukis pameran tunggal bertema For You My Lord di Sunjin Galleries, Singapore, 8-30 april 2006. Karena penyakit langka itu, mereka diundang di acara Kick Andy.

Kedekatan Sasya dan Nikos sungguh unik. Hubungan ibu dan anak yang juga terikat pada kesamaan talenta.

Sasya dan Nikos (2019)

Pengembaraan batin, jiwa, ungkapan rasa dan impian yang tertuang pada kanvas. Beberapa kali mereka pameran bersama bertajuk My Son and I. Pameran kolaborasi yang mengundang kekaguman dan perhatian media dalam dan luar negeri. Nikos kelahiran Den Haag, 10 Desember 1994 adalah siswa Sekolah Pelita Harapan kelas 9 yang sebentar lagi naik ke kelas 10. Ia menerima beasiswa karena melukis itu. ”Makanya waktu dia sakit, wah… sedihnya…ya habisnya ke mana-mana bareng, sama-sama,” tutur wanita yang kerap beribadah di GBI Rock, Jakarta City Blessing yang saat ini bekerja di Ristra, perusahaan orangtuanya. Layanan
medis dalam perawatan dan kesehatan kulit itu. Sasya, anak pertama dari tiga bersaudara pasangan dr. Suharto Tranggono dan dr. Retno I.S Tranggono.

Bakat dan ketertarikan Nikos pada lukisan tentu tak dapat dipisahkan dari Sasya yang setiap hari bersamanya. “Umur 2,5 tahun dia mengikuti semua yang aku lakukan. Termasuk melukis. Mulanya sih corat-coret tembok,” katanya. Nikos pernah pameran tunggal dalam talent show di Gereja JKI Injil Kerajaan, Semarang.

Di setiap sudut kehidupan Sasya bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Begitu pula dalam mendidik Nikos. Ia selalu mencoba membawa Nikos kepada lingkungan yang berbeda. Supaya mengenal beragam sisi-sisi kehidupan. Salah satunya mengunjungi rumah singgah bagi anak-anak kurang mampu. Nikos pun rela menyumbangkan hasil penjualan lukisannya untuk anak-anak penyandang cacat ganda. Red



Leave a Reply