Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Sikap Baik Dokter Samuel kepada Pasiennya




eBahana.com – Herdiyanti Dwi Laksitarini memandang wajah teduh dokter Samuel. Dokter yang sejak awal menanganinya. Dokter Samuel menangkap kegundahannya..

Kanker Ganas
Dokter berkulit putih, paruh baya, berambut lurus, dan mata sipit itu berjalan keluar ruangannya. Kuikuti
langkahnya, berulang kali kuusap mataku yang basah. Kanker ganas? Operasi? Uang dari mana?

Kutahu dr. Samuel sengaja keluar ruangan untuk menenangkanku. “Kanker ganas…harus segera dioperasi…,” katanya lembut . “Dok… anak kami masih kecil-kecil, saya takut,” ujarku. “Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha semaksimal mungkin agar bisa hidup sehat. Berserah pada Tuhan. Banyak pasien saya yang belum menikah harus operasi.” Gundahku merayap menjadi ketakutan yang luar biasa. Terbayang kedua anak kami, Putri dan Cinta. Mereka masih sangat kecil. Bagaimana kalau operasi gagal? Terbayang kematian…

Persoalan pertama bukan operasi tetapi dari mana biaya operasi? Tahun 2001 baru setahun kami pindah dari
Yogyakarta ke Jakarta. Apalagi kalau bukan untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Pindah ke Jakarta pun atas
dukungan beberapa teman. Di tempat suamiku bekerja tak ada tunjangan kesehatan. Akupun baru beberapa bulan mengajar. Sedangkan perkiraan biaya operasi Rp. 8.000.000. Uang dari mana? Jumlah yang sangat besar bagi kami. Ke rumah sakit kubawa semua uangku Rp. 500.000 dan di tanganku saat itu hanya ada Rp.150.000, sisa pembayaran pemeriksaan.

Dokter Curhat
“Kamu tak perlu bayar jasa saya, tapi kan ada biaya untuk asisten dokter, obat, rawat inap…,” terang dokter Samuel. Kulihat kembali wajah dokter sambil menahan rasa sakit benjolan di payudara. “Iya…saya bebaskan biaya saya,” katanya meyakinkan. Aku mengangguk, mengucapkan terimakasih. “Tapi saya memang benar-benar tak punya uang. Saya bingung….” Air mataku jatuh. Dokter Samuel memandangiku dengan wajah tenang. Seperti bapak yang mendengarkan curhat anaknya.

“Saya punya cara, bagaimana kalau kamu urus JPS…..nggak apa-apa?” kata dokter Samuel menjaga perasaanku. Jaring Pengaman Sosial. Artinya aku harus mengurus surat-surat yang menyatakan kami keluarga kurang mampu. Surat miskin. “Nggak apaapa, Dok. Nggak masalah…memang kenyataannya kami tidak mampu,” jawabku sedikt lega mendengar jalan keluar dari Pak dokter yang penuh perhatian ini. Padahal
sejak aku berurusan dengan rumah sakit Dharmais , kutahu dr. Samuel termasuk dokter top. Terkenal. Banyak
pasiennya. Aku pernah menunggu cukup lama bersama pasiennya yang ngantre. Dari merekalah kutahu dr. Samuel termasuk dokter idola. Baik dan ramah melayani pasien. Dan aku telah membuktikannya. Lebih dari itu semua, dr. Samuel memberi perhatian pada pasien kurang mampu sepertiku.

Banyak Dukungan
Kutelepon Basuki, suamiku. Kuceritakan semua yang terjadi. Dari hasil mamography yang menyatakan kanker
ganas sampai percakapanku dengan dokter Samuel. Suamiku menghubungi gereja, pak pendeta dan seorang majelis datang memberikan dukungan moril yang sangat berarti bagi kami sekeluarga.

Atas anjuran teman, akupun melakukan second opinion ke rumah sakit lain. Hasilnya sama. Kanker payudara ganas yang harus segera dioperasi. Tak ada pilihan. Operasi harus segera dilakukan. Maka akupun mengurus JPS, surat dari RT, kelurahan dan dinas kesehatan. Syukur semua berjalan lancar. Aku bisa operasi atas bantuan pemerintah.

Sebelum operasi dilakukan, aku bolakbalik ke rumah sakit. Bertemu dokter Samuel yang terus melayani dengan ramah, baik dan penuh kesabaran. “Berdoa, berserah saja pada Tuhan…,” itulah yang dikatakannya setiap kali kuungkapkan ketakutanku menghadapi operasi.

Puji Tuhan. Operasi berjalan dengan baik. Begitu banyak orang yang memberi perhatian padaku. Teman
kantor, gereja, sahabat sewaktu kami kuliah. Tak terhitung berkat Tuhan.

Tiga kali aku harus menjalani operasi payudara. Dan kumerasakan sikap baik dr. Samuel tak berubah. Dokter berwajah teduh, yang telah membuat pasien sepertiku lebih tenang menghadapi kesakitan dan ketakutan. Red



Leave a Reply