Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Gereja di Filipina Nyatakan Perang Melawan Demam Berdarah




Yogyakarta, eBahana.com – Keuskupan Agung Palo di Filipina bagian tengah menyatakan perang melawan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang telah menewaskan sedikitnya 622 orang dan menyebabkan lebih dari 146.000 orang dari seluruh negara di Filipina tersebut terinfeksi penyakit sejak Januari 2019. Di wilayah Eastern Visayas, Filipina, yang berpenduduk 4,4 juta orang terdapat 10.500 kasus DBD dengan sedikitnya 36 kematian.

Untuk memperlihatkan dukungan terhadap gerakan melawan DBD, Keuskupan Agung Palo telah membuka beberapa rumah sakit yang dikelola gereja untuk para pasien DBD. “Sekolah-sekolah Katolik juga aktif dalam berbagai program untuk mengurangi kasus DBD,” kata Romo Chris Arthur Militante, juru bicara Keuskupan Agung Palo.

Pada 6 Agustus, Departemen Kesehatan Filipina menyatakan “epidemik DBD nasional” karena kasus DBD meningkat pada Juli 2019. Otoritas setempat mengatakan kasus DBD 98 persen lebih tinggi dibanding kasus serupa pada periode yang sama tahun lalu. Sedikitnya tiga dari enam propinsi dan dua kota di wilayah Eastern Visayas telah mengeluarkan status “darurat bencana” akibat penyakit itu.

Status semacam itu akan mendorong pengeluaran dana bantuan kesehatan sebesar empat dolar AS untuk memerangi DBD hanya untuk Kota Tacloban. Di Kota Tacloban terjadi 750 kasus dan delapan kematian pada pekan terakhir Juli 2019.

Pada 9 Agustus, Propinsi Samar juga menyatakan “darurat bencana” mengumumkan “hari libur khusus tanpa kerja” untuk melakukan operasi “pencarian dan penghancuran” terhadap sarang nyamuk penyebab DBD.

Menurut Laporan Pengawasan DBD pemerintah, wilayah Eastern Visayas memiliki jumlah kasus DBD terbanyak, yakni lebih dari 23.300 kasus. Sejumlah pejabat kesehatan mengatakan DBD pertama kali muncul pada 1950-an di Filipina dan Thailand. Saat ini DBD menjangkiti sebagian besar negara di Asia dan Amerika Latin dan telah menjadi penyebab utama terjadinya rawat inap dan kematian di kalangan anak-anak dan bahkan orang dewasa.

Vaksin DBD mendapat lisensi pada Desember 2015 dan disetujui oleh para pejabat pembuat regulasi di 20 negara. Ketika vaksin tersebut diperkenalkan di Filipina, muncul kontroversi setelah ditemukan bahwa vaksin itu bisa meningkatkan resiko terhadap tipe DBD yang lebih parah. Namun vaksin itu telah diberikan kepada lebih dari 80.000 anak sekolah sebelum akhirnya diberhentikan pada 2017 setelah sedikitnya 142 orang, sebagian besar anak-anak, dilaporkan meninggal akibat vaksin tersebut.

Virus DBD sendiri dibawa oleh nyamuk betina terutama spesies Aedes aegypti dan menyebabkan penyakit seperti flu yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa. MK.

(sumber: ucanews.com)



Leave a Reply