Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Mempertahankan Kekayaan




eBahana.com – Karena kepada orang yang dikenan-Nya Ia mengaruniakan hikmat, pengetahuan dan
kesukaan, tetapi orang berdosa ditugaskan-Nya untuk menghimpun dan menimbun sesuatu yang kemudian harus diberikannya kepada orang yang dikenan Allah. Inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin. (Pengkhotbah 2:26)

Seorang teman menceritakan ilmu yang baru saja dia dapat dari suatu seminar finansial mengenai cara mempertahankan kekayaan. Dengan penuh semangat dia menjelaskan. “Untuk bisa mempertahankan atau bahkan menambah kekayaan, kita perlu membedakan antara jumlah uang dan daya beli dari uang. Jumlah
uang tidak perlu dijelaskan karena biasanya orang hanya memperhatikan jumlah uang ini. Sedangkan “daya beli dari uang” adalah kemampuan yang dimiliki oleh uang untuk mendapatkan barang/jasa. Jadi kekayaan kita bertambah atau berkurang bukan dihitung dari pertambahan atau pengurangan jumlah uang/aset yang kita miliki tetapi pertambahan dari daya beli uang/aset yang kita miliki. Contohnya, misalkan saja hari ini harga barang “X” adalah seratus ribu. Jika kita menabung uang seratus ribu dan menghasilkan lima ribu
dalam waktu setahun, apakah kekayaan kita bertambah atau berkurang? Secara jumlah uang, kekayaan kita sudah bertambah lima ribu. Tetapi, jika ternyata harga barang “X” menjadi seratus sepuluh ribu maka sebenarnya kekayaan kita menjadi berkurang karena daya beli dari kekayaan kita berkurang. Oleh karena itu, kekayaan bisa dipertahankan kalau imbal hasil dari semua aset yang dimiliki lebih besar dari tingkat inflasi.”

Saya sangat setuju dengan penjelasan dari teman saya. Kebenarannya memang seperti itu. Kita harus membedakan antara jumlah uang dengan daya beli dari uang. Namun, saya diingatkan pada Pengkhotbah 2:26. Kalau sudah berhasil mempertahankan atau bahkan berhasil menimbun dalam jumlah besar, apa yang kemudian terjadi. Bisa saja memang kita berhasil menimbun kekayaan dalam jumlah besar tetapi kalau kita tidak bisa menikmatinya, apa manfaatnya buat kita.

Ayat dari Pengkhotbah di atas menjelaskan bahwa orang berdosa diberi tugas oleh Tuhan untuk menimbun dan mengumpulkan kekayaan. Sampai sekarang kebenaran ini masih terus terjadi. Sebagian besar orang, terutama yang tidak mengenal Tuhan memiliki tujuan hidup hanya untuk menimbun dan mengumpulkan. Mereka menguasai semua teori tentang finansial dan terbukti memang berhasil mendapatkan banyak
kekayaan. Masalahnya mereka hanya mengumpulkan dan menimbun tetapi tidak bisa menikmati karena kekayaan tersebut akan diberikan kepada orang yang dikenan Allah.

Pemazmur Menulis tentang Manusia
Ia hanyalah bayangan yang berlalu! Ia hanya meributkan yang sia-sia dan menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya nanti. (Mazmur 39:7)

Banyak kali manusia hanya meributkan sesuatu yang sia-sia. Mereka sibuk menimbun tetapi tidak tahu untuk siapa semua yang ditimbun.

Kebenaran ini yang harusnya juga kita perhatikan. Kita memang harus menimbun kekayaan tetapi kita harus pastikan bahwa kekayaan tersebut bisa kita nikmati. Kuncinya adalah menjadi orang yang dikenan oleh Bapa di Sorga. Oleh karena itu, jangan sampai dalam mencari kekayaan kita melanggar aturan yang sudah ditetapkan oleh firman Tuhan yang hanya menghasilkan kesia-siaan.

Berusaha untuk menimbun kekayaan itu harus, tetapi yang lebih penting adalah memastikan bahwa tindakan menimbun kekayaan itu kita lakukan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Amin!

Oleh Benny Santoso, M.Com, CFP®, Financial Planner, Direktur PlusPartner® Consulting Penulis buku All about Money.



Leave a Reply