Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

MENYEMBAH ALLAH




eBahana.com – Yohanes 4:23-­24 berkata “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-­penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-­penyembah demikian”. Arti dari ayat-­ayat ini adalah Allah harus disembah dalam roh dan kebenaran. Dimana Roh kita berhubungan langsung dengan Allah. Dan tanpa Roh Kudus kita tidak bisa berkomunikasi dengan Allah. Kebenaran di sini mengisyaratkan “ketulusan”.

Dalam 1 Tesalonika 5:23-­24 dikatakan “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan
semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus,
Tuhan kita. Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya”.

Imamat 2:1 berkata “Apabila seseorang hendak mempersembahkan persembahan berupa korban sajian kepada Tuhan, hendaklah persembahannya itu tepung yang terbaik dan ia harus menuangkan minyak serta membubuhkan kemenyan ke atasnya”.

Ini sesuatu yang material tapi memiliki arti spiritual dalam mempersembahkan hidup kita kepada Allah. Minyak dalam ayat ini melambangkan Roh Kudus dan membawa aroma wangi-­wangian kemenyan mengacu pada penyembahan melalui Roh Kudus.

Penyembahan hanya dilakukan kepada Allah bukan kepada pengkotbah atau pendeta atau siapa atau apapun Imamat 2:11 memperingatkan kita “Suatu korban sajian yang kamu persembahkan kepada Tuhan
janganlah diolah beragi, karena dari ragi atau dari madu tidak boleh kamu membakar sesuatu pun sebagai korban api-apian bagi Tuhan”. Arti ayat ini jika kita menyembah Allah kita harus tulus dan janganlah kita mengucapkan kata-­kata manis kepada Allah yang tidak dapat kita pertanggunganjawabkan.

Imamat 2:13 juga memperingatkan kita “Dan tiap-­tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah
kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kau persembahkan garam”.

Perjanjian yang dimaksud disini adalah Allah hanya menerima pikiran kita yang memiliki komitmen bukan
kata-­kata manis. Jangan mengatakan kepada Allah apa yang kita tidak dapat penuhi. Allah hanya hadir
berdasarkan perjanjian-­Nya melalui Yesus Kristus. Penyembahan dalam Ibrani menggambarkan sikap tubuh. Dalam Kejadian 24:26 dan Keluaran 4:31 menjelaskan, dengan menundukkan kepala kita kebawah merubah hubungan kita dengan Allah. Dengan mengangkat kedua tangan keatas menunjukan penyembahan kita. Dalam Mazmur 63:1 Daud menaikkan kedua tangannya sebagai sikap menyembah. Dalam Mazmur 141:2 menaikkan wangi aroma (penyembahan) adalah dengan mengangkat kedua tangan. Dalam Mazmur 143:6 Daud membentangkan kedua tangannya kepada Allah dengan berkata jiwaku merindukan-­Mu. Allah menaruh
kemuliaan ditangan kita. Allah menginginkan seluruh bagian dari tubuh kita.

Dalam 2 Tawarikh 6:13, Salomo membentangkan kedua tangannya. Berlutut kebawah. Dalam Efesus 3:14 Paulus berlutut kebawah. Kita harus belajar mengenai kedaulatan Allah. Allah melakukan apa yang Dia mau.
Allah mengatakan apa yang Dia mau. Menunduk berlutut kebawah adalah sikap menyembah. Seperti tertulis dalam Yesaya 45:23 dan Filipi 2:9-­10. Dalam Mazmur 47:1 bertepuk tangan adalah bentuk penyembahan. Tidak perlu kaku, alamiah saja. Berteriaklah kepada Allah, Yesus Kristus Tuhan!!! Dia akan membebaskan kita.

Kejadian 24:26 menulis “Lalu berlututlah orang itu dan sujud menyembah Tuhan”. Keluaran 4:31 juga menulis “Lalu percayalah bangsa itu, dan ketika mereka mendengar, bahwa Tuhan telah mengindahkan orang Israel dan telah melihat kesengsaraan mereka, maka berlututlah mereka dan sujud menyembah.”

Dengan menundukkan kepala, kita merubah hubungan kita dengan Allah. Daud berkata dalam Mazmur 63:2 “Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-­Mu, tubuhku rindu kepada-­Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.”

Daud berkata juga dalam Mazmur 141:2 “Biarlah doaku adalah bagi-­Mu seperti persembahan ukupan, dan
tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.”

Mengangkat tangan adalah sikap menyembah. Mazmur 143:6 menulis “Aku menadahkan tanganku kepada-Mu, jiwaku haus kepada-­Mu seperti tanah yang tandus.”

2 Tawarikh 6:13 menulis “Karena Salomo telah membuat sebuah mimbar tembaga yang panjangnya lima hasta dan tingginya tiga hasta, yang ditaruhnya di halaman; ia berdiri di atasnya lalu berlutut di hadapan segenap jemaah Israel dan menadahkan tangannya ke langit.”

Efesus 3:14 berkata “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa.” Allah berfirman dalam Yesaya 45:23 “Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulut-­Ku telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik
kembali; dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-­Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa.”

Filipi 2:9-­10 menjelaskan pernyataan Allah dalam Yesaya 45:23 “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-­Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi.”

Mazmur 47:2 Berseru “Hai segala bangsa, bertepuk tanganlah, elu-­elukanlah Allah dengan sorak-­sorai!”
Merebahkan muka kebawah paling sering dilakukan dalam Alkitab. Problem utama manusia adalah keinginan untuk “berdiri sendiri” kodrat bawaan manusia lama. Kesombongan dan keinginan untuk disembah atau di puja-­puja.

Satu-­satunya solusi untuk mengatasi kedagingan ini adalah dengan menyalibkan kodrat kedagingan kita
dengan segala keinginannya. Yesus sudah melakukan itu di kayu salib 2000 tahun yang lalu agar kita bisa
menyalibkan manusia lama kita-manusia Adam. Kita cukup berkata “YESUS SALIBKAN SAYA” dengan iman,
maka kedagingan kita akan hilang kuasanya. Tidak ada jalan lain. Di luar itu tidak ada harapan mengatasi
keinginan kedagingan kita. Semua cara sia-­sia.

Jadi “menyembah” adalah dengan merendahkan muka untuk menunjukan ketergantungan kita pada Allah.
Kita harus menghampiri-­Nya dengan merendah. Digambarkan dalam Kejadian 17:3 Tuhan menampakkan diri kepada Abraham dua kali untuk membuat perjanjian. Abraham merebahkan mukanya ke bawah. “Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya.

2 Samuel 6:20 memperingatkan kita bahayanya dengan pikiran dan kata yang kritis serta kedagingan. Mazmur 103:1 menulis “Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-­Nya yang kudus, hai segenap batinku!” Roh Daud berapi-­api terhadap Tuhan dan bukan jiwanya. Manusia terdiri dari Roh, jiwa dan tubuh. 1 Korintus 6:7 menjelaskan jiwa manusialah yang membuat keputusan.

1 Korintus 15:44 menjelaskan ” kekekalan tubuh kita adalah tubuh spiritual (rohaniah).” Untuk menggerakkan diri kita agar merespon kepada Allah, jiwa kita harus menggerakkan tubuh kita. Allah menginginkan penyembahan orang percaya dari tangan sampai kaki. 1 Korintus 15:44 berkata “Yang ditaburkan adalah
tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah.”

Dengan mengucap syukur kita mengakui bahwa Allah baik. Dengan menaikkan puji-­‐pujian kita mengakui
bahwa Allah besar. Dengan menyembah kita mengakui kekudusan Allah. Mazmur 100: 4 berkata “Masuklah melalui pintu gerbang-­Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-­Nya dengan puji-­pujian, bersyukurlah
kepada-­Nya dan pujilah nama-­Nya!” Mazmur 95:1-­7 menegaskan “Hormatilah Tuhan dan
taatilah Dia…”

Bagaimana kita masuk kedalam hadirat Allah? Dengan 3 cara: dengan “ucapan syukur-menaikkan puji-­pujian
dan penyembahan.” Kita menyerahkan seluruh keberadaan diri kita kepada-­Nya. Berlutut kebawah.
Menundukkan kepala kebawah. Mengangkat tangan ke atas.

Kita terlibat secara total. Waktu kita mendengar suara-­Nya. Waktu kita menyembah. Itulah saat kita mendapatkan pewahyuan nubuat.

Markus 16:1 berkata “Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome
membeli rempah-­rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus.” Waktu itu sudah telat, Yesus sudah
bangkit, tapi mereka tetap menunggu

Di mata Tuhan menunggu Allah adalah satu bentuk penyembahan. Karena dibutuhkan waktu untuk menyembah dan ini akan merubah kita. Yesaya 6:1 menggambarkan “Serafim menyembah dengan penuh hormat menutup muka dan kaki dengan 4 sayap.” Apa yang dikatakan mereka? Kudus, kudus, kudus.
Siapapun yang belum pernah bertemu Allah tidak bisa menjadi kudus.

Wahyu 4-­5 berkata “Di sorga aktivitas tertinggi adalah penyembahan.” Wahyu 4:8-­10 menggambarkan “Keduapuluh empat tua-­tua rebah dan menyembah Allah. Malaikat-­malaikat berkata siapa yang layak? Anak Domba Allah yang adalah kekuatan Allah. Yang lemah sebelum menjadi singa dari Yehuda.” Wahyu 5 berkata “Pusat penyembahan di sorga adalah Anak Domba-Yesus Kristus.”

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply