Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Haruskah Bercerai?




Shalom…
Saya “S”. Saya selalu diperlakukan kasar oleh suami, bahkan saya tak pernah dihargai dan dianggapnya tidak ada. Suami saya selalu merasa dia adalah pemimpin dan penguasa, sehingga semua dia yang atur walaupun saya tidak pernah setuju. Apapun yang dia lakukan dianggapnya benar, dan jika itu hasilnya
buruk saya yang selalu disalahkan.

Uang belanja sebulan saya di kasih 1 juta. Itu pun dia anggap lebih, dia slalu beranggapan saya memberi uang kepada orangtua saya. Padahal saya kadang kepingin jajan atau beli bedak saja tidak ada. Saya tidak mengerti jalan pikiran dia, tetapi kalau orang lain yang minta dikasihnya dengan mudah. Apalagi orang
lain yang minta pinjaman uang tanpa pikir panjang, dia beri. Kalau saya tanya hal ini, dia jawab kalau berikan pinjaman ke orang lain pasti bisa diganti, sedangkan kalau saya tidak bisa ganti karena saya tidak ada pemasukan. Bahkan rumah, mas kawin, semua dia kuasai dan saya tidak berhak atas apapun. Saya tidak punya kekuatan untuk melawan. Saat saya melahirkan pun, orangtua suami ikut memusuhi saya dan
anak. Saya sudah tidak tahan lagi, saya seperti bukan istrinya. Suami baik kalau mau tidur dengan saya saja. Saya harus buat apa?
(S-Jakarta)

Shalom, ibu “S” yang kekasih,
Memang berat derita yang ibu tanggung dalam bersuamikan ‘dia’. Namun, karena Ibu sudah menentukan pilihan sendiri untuk bersuamikan “si dia”, maka mau tidak mau Ibu memang harus menanggungnya sampai terjadi uluran tangan Allah “mengubah” atau “memukul” sang suami, supaya bertobat dan stop menyiksa sang istri. Berat dan tidak adil ya rasanya?

Di dalam psikologi keluarga, ada beberapa jenis “penyiksaan” yang suami atau isteri kerap lakukan terhadap pasangannya, seperti: siksaan verbal. Dimana ucapan katakata pasangan sudah mampu menyiksa batin,
sehingga bisa mendorong korban untuk minta cerai, membalas perlakuan kejam tersebut, bahkan bunuh diri.
Namun bolehkah seorang istri minta cerai?

Jawaban I: Tidak Boleh Bercerai.
“Kepada orang-orang yang telah kawin aku – tidak, bukan aku, tetapi Tuhan, perintahkan supaya isteri tidak
boleh menceraikan suaminya.” (I Korintus 7:10)

Jawaban II: Boleh Bercerai Sementara Dengan Harapan Rujuk Kembali.
Hmm…, Tuhan yang Maha Bijak memberi opsi lagi yang merupakan toleransi. Yaitu: “Dan jikalau ia bercerai,
ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya.” (I Korintus 7:11)

Jawaban III: Kalahkan Perlakuan Suami Dengan Pergumulan Rohaniah.
“Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yg tidak
taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat
bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.” (I Petrus 3:1-2) Anjuran saya, pakailah Jawaban ke-III saja. Saat Ibu baca ini, tetapkan hati dan langkah Ibu untuk “mengalahkan” kelakuan suami dengan cara:

Berdoa lebih sering sambil menengking roh egoisme dan roh penindas dari suami. Lebih rajinlah beribadah di gereja. Ambil hati Allah!

Hindari bertengkar, berkata-kata keras/ kasar, protes walau Ibu benar dan dia salah. Amankan perasaan Ibu dengan segera lupakan perlakuan jahatnya. “Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu diam saja,” (Keluaran 14:14).

Dengan langkah ini niscaya Bapa di Surga segera mengubah suami menjadi seperti yang Ibu inginkan, dan dapat mengatasi masalah ini secara illahi. Kalahkan “dia” dalam nama YESUS!.. Have a nice day!

 

Pastor Timothy Roy dan Shiny Kartiko.
Melayani sebagai Gembala Jemaat Gereja Kristus Penebus (GKP). Tinggal di Magelang, Jawa Tengah.



Leave a Reply