Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Menjadi Pelayan yang Berkenan di Hadapan Tuhan




eBahana.com – Saat sekarang ini begitu banyak organisasi terbentuk yang bergerak di bidang sosial terkait dengan tanggap Covid-19. Pemerintah juga mengeluarkan dana ratusan juta hingga milyaran untuk membantu masyarakat yang terdampak pandemi ini. Salah satu lembaga sosial swasta yang peduli terhadap dampak Covid-19 ini adalah ‘Lambung Nusantara’. Lembaga ini bekerjasama dengan beberapa gereja di bawah naungan Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII) Jakarta. Untuk melakukan kegiatan sosial ini, penggalangan dana dilakukan, khususnya bagi yang terbeban untuk ikut ambil bagian meringankan beban saudara-saudara yang membutuhkan bantuan. Uluran bantuan ini, tentunya tanpa perlu memandang ras, suku maupun agama. Khususnya ‘Lambung Nusantara’, melakukan aksinya tersebut demi memuliakan nama Tuhan.

Sebelum masuk pada perenungan, alangkah baiknya kita membaca Kisah Para Rasul 6:1-15 terlebih dahulu. Menjadi pelayan Tuhan bukanlah sebuah perkara siapa yang mau, atau siapa yang mampu, tetapi siapa yang dipilih. Setiap yang terpilih harus bertanggungjawab pada setiap pelayanannya. Seorang tokoh yang dipilih diantara kaumnya untuk mengemban dan bertanggungjawab dalam menjalankan pelayanan diakonia, yang mana pada saat itu telah terjadi sungut-sungut diantara mereka karena pelayanan terhadap janda-janda diabaikan (6:2). Berhubung dengan keadaan itu, kedua belas rasul mengumpulkan murid-murid dan meminta untuk memilih 7 diantara mereka untuk membantu dalam bidang sosial (diakonia) dengan syarat orang yang baik, penuh Roh dan hikmat (6:3).

Nama Stefanus merupakan nama yang pertama kali disebut dari ketujuh murid yang dipilih untuk membantu rasul-rasul pada saat itu. Untuk lebih lanjut kita melihat fakta tentang Stefanus:

  1. Stefanus adalah salah satu dari tujuh diaken yang dipilih rasul untuk membantu pelayanan dalam bidang sosial (6:5).
  2. Seorang yang penuh iman dan Roh Kudus. Bukan hanya terkenal baik dan penuh hikmat, Stefanus juga memiliki karunia dan kuasa mengadakan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda diantara orang banyak (6:8).
  3. Stefanus adalah orang yang “kritis” terhadap bait Allah dan Taurat. Dia adalah orang Yahudi perantau atau diaspora. Orang-orang diaspora biasanya lebih terbuka terhadap kebudayaan lain, karena mereka hidup dalam keberagaman dalam lingkungan perantauannya. Berbeda dengan orang Yahudi yang tetap tinggal di kampung halamannya yaitu, Yerusalem. Stefanus berani “mengecam” orang Yahudi yang menolak Yesus dengan mengatakan “Orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga”, dan yang “selalu menentang Roh Kudus” (7:51).
  4. Stefanus melihat Yesus “berdiri” di sebelah kanan Bapa. Biasanya tercatat Yesus duduk di sebelah kanan Bapa, namun apa yang terjadi dalam kisah ini Yesus berdiri untuk menghormati hamba-Nya yang setia yakni Stefanus. Yesus melakukan standing ovation (berdiri sambil bertepuk tangan) kepada Stefanus. Biasanya standing ovation dilakukan saat tamu kehormatan masuk ke dalam ruangan, atau kepada seorang seniman yang telah menampilkan pertunjukannya. Demikian halnya yang dilakukan Yesus, Dia “berdiri” untuk menghormati Stefanus (7:56).
  5. Stefanus berdoa untuk orang Yahudi yang melemparinya dengan batu karena tersinggung. Sebelum akhirnya Stefanus meninggal karena dilempari batu, dengan penuh kepasrahan ia menyerahkan nyawanya kepada Tuhan Yesus (7:59- 60).
  6. Stefanus mati sebagai martir pertama Kristen. Stefanus bukanlah orang pertama yang meninggal di antara murid-murid-Nya. Yudas Iskariot juga meninggal, namun meninggal sebagai pengkhianat, sedangkan Stefanus menunjukkan kesetiaannya kepada Tuhan Yesus sampai
  7. Kematiannya berdampak bagi pemberitaan Injil. Dampak dari kematian Stefanus membuat anggota jemaat mula-mula pergi meninggalkan Yerusalem dan tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria (1:8).

Dalam bagian firman Tuhan ini, kita melihat seorang tokoh yang menjadi martir karena pelayanan yang dilakukannya di bidang sosial atau diakonia. Dengan demikian, menjadi pelayan yang berkenan di hadapan Tuhan, harus mempunyai kualifikasi sebagai berikut:

  1. Baik dan arti baik di sini bukan sekedar terlihat baik, melainkan mereka yang telah memberikan kesaksian yang baik dalam hidupnya, mempunyai nama baik, dan yang paling penting bahwa dia telah membuktikannya, ”sebab orang yang baik hatinya akan mengeluarkan kebaikan dari perbendaharaan hatinya” (Mat. 12:35).

Bisa dikatakan orang baik adalah orang yang mempunyai integritas dalam menjalani tugas dan tanggung jawabnya. Efesus 2:3 menyatakan “bahwa kita diciptakan untuk berbuat baik”, tidak hanya sekedar baik, namun juga berhikmat. Seseorang yang dewasa iman tentu memiliki hikmat. Orang pintar tidak menjamin bahwa dia berhikmat. Hikmat berasal dari Tuhan, mintalah hikmat kepada Tuhan, maka hikmat itu akan diberikan kepada orang yang percaya kepada Tuhan. Hal ini mengingatkan kita kepada Salomo. Dia berdoa meminta hikmat kepada Tuhan dan Tuhan memberikan kepadanya tidak hanya hikmat, melainkan kekuasaan dan kekayaan (1 Raj. 4:29-30).

  1. Penuh Roh dan beriman. Untuk mengemban tanggung jawab dalam pelayanan, seorang hamba Tuhan “diaken” harus dipenuhi Roh Kudus dan memiliki iman percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan mengambil rupa sebagai manusia, agar Ia dapat berkomunikasi langsung dengan manusia yang telah berdosa. Yesus adalah teladan dalam pelayanan yang menunjukkan kesetiaan-Nya kepada Bapa sampai mati. Stefanus adalah hamba yang penuh Roh dan dan beriman, ia senantiasa melakukan segala pekerjaan dengan perantara Roh Kudus agar para janda yang dia layani tidak lagi terabaikan dari kaumnya.
  2. Penuh karunia dan kuasa. Roh kudus memberi kuasa kepada Stefanus untuk mengadakan mujizat dan tanda-tanda diantara banyak orang, dan hikmat yang luar biasa untuk memberitakan Injil, sehingga mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara (6:10). Dia bersaksi tentang Yesus sebagai Mesias di rumah-rumah ibadah yang dihadiri oleh orang-orang Libertini. Hingga akhir pelayanannya, Stefanus diseret ke hadapan Sanhedrin untuk mempertanggungjawabkan seluruh tuduhan yang di alamatkan kepadanya akibat pelayanannya. Dia dituduh melakukan penghujatan terhadap bait Allah, sehingga orang-orang yang tidak menyenangi Stefanus, ikut menghasut para saksi-saksi agar Stefanus dijatuhi hukuman. Pada akhirnya Stefanus harus mati dirajam, Dengan demikian, dia telah membuktikan kesetiaannya kepada Tuhan melalui pelayanannya.

Catatan Refleksi

Siapa saja bisa melayani, namun tidak semua bisa memahami pelayanan yang sesungguhnya. Mungkin, selama ini pemahaman kita hanya pendeta, pengurus gerejalah yang bertanggungjawab untuk melaksanakan pelayanan. Sesungguhnya tidak! Siapa saja yang sudah lahir baru dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan jurus’lamat, harus bisa ambil bagian dalam pelayanan, karena kita adalah anggota tubuh Kristus yang saling menopang satu dengan lainnya. Tetaplah hidup sesuai firman Tuhan agar kita berkenan di hadapan-Nya. Kiranya Roh Kudus memberikan kita kekuatan dan kemampuan dalam menjalankan setiap tanggung jawab pelayanan yang dipercayakan kepada kita. Tuhan Yesus memberkati!

Oleh: Nisjamawanti Mendrofa, Mahasiswa Program Magister Pendidikan Agama Kristen-UKI, Jakarta.



Leave a Reply