Mendengar Seumur Hidup dengan Hati-hati
eBahana.com – Hari Pendengaran Sedunia (The World Hearing Day) dirayakan pada Kamis (3/30 kemarin. Tema tahun ini adalah untuk mendengar seumur hidup, dengarkan dengan hati-hati (to hear for life, listen with care). Apa yang menarik?
Sel-sel sensorik di dalam telinga hanya dapat menoleransi sejumlah kebisingan harian sebelum rusak, yang jumlah ini disebut tunjangan suara harian (the daily sound allowance). Jika sel terpapar terlalu banyak suara, melebihi tunjangan suara harian, tentu membahayakan telinga dan fungsi pendengaran. Seiring waktu, ini menyebabkan gangguan pendengaran. Tunjangan suara harian berfungsi seperti tunjangan moneter atau uang saku, yaitu memiliki jumlah terbatas untuk dibelanjakan setiap hari. Misalnya, semakin keras atau lama terpapar suara tingkat tinggi, berarti semakin banyak “menghabiskan”, semakin cepat kehabisan uang saku.
Telinga adalah organ yang memproses suara, memungkinkan otak untuk menafsirkan apa yang didengar. Sel-sel sensorik di dalam telinga membantu mendengarkan. Mendengarkan suara keras dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan yang dapat mengakibatkan gangguan pendengaran sementara atau permanen atau sensasi berdenging di telinga (tinnitus). Gangguan pendengaran mungkin tidak terlihat pada awalnya. Mungkin hanya mengalami kesulitan mendengar beberapa suara bernada tinggi seperti lonceng. Mendengarkan terus-menerus pada tingkat yang tidak aman menyebabkan gangguan pendengaran yang tidak dapat diperbaiki. Hal ini dapat membuat sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain, terutama di tempat yang bising.
Oleh karena itu, penting untuk mewaspadai tanda gangguan pendengaran dini. Tanda yang penting adalah adanya dering di telinga (tinnitus), kesulitan mendengar suara bernada tinggi (kicau burung, bel pintu, telepon, jam weker), kesulitan memahami pembicaraan, terutama melalui telepon dan kesulitan mengikuti percakapan di lingkungan yang bising. Jika merasa memiliki salah satu dari masalah ini, harus segera diperiksakan fungsi pendengaran. WHO telah mengembangkan aplikasi (the hearWHO app), sehingga kita dapat memeriksa pendengaran sendiri kapan pun mau.
Paparan kebisingan yang lama di diskotek, bar, arena yang menyelenggarakan acara olahraga atau konser telah diketahui menghasilkan sensasi suara di telinga yang dikenal sebagai tinnitus. Biasanya tinnitus sembuh dalam waktu singkat. Jika paparan suara keras terus menerus dalam waktu lama, hal ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen yang melibatkan kerusakan sel-sel sensorik. Setelah rusak, sel-sel sensorik yang bertanggung jawab untuk pendengaran, tidak dapat beregenerasi. Tidak ada pengobatan medis atau bedah untuk gangguan pendengaran akibat kebisingan. Namun demikian, gangguan pendengaran biasanya lambat dalam onset, tetapi berkembang selama paparan berlanjut. Perkembangan gangguan pendengaran dapat dicegah dengan menghindari suara keras dan berlatih mendengarkan dengan aman.
Untuk membuat pendengaran selalu aman, beberapa tindakan ini sangat disarankan. Pertama, mempertahankan volume suara tetap berada dalam batas 80 dB sejauh mungkin selama tidak lebih dari 40 jam per minggu. Kedua, mengenakan penyumbat telinga saat mengunjungi diskotik, bar, arena yang menyelenggarakan acara olahraga dan konser musik yang bising. Ketiga, menggunakan earphone atau headphone peredam bising, karena ini dapat mengurangi kebutuhan untuk menaikkan volume suara saat berada di lingkungan yang bising, seperti saat bepergian dengan kereta api atau bus. Keempat, pantau dan kendalikan tingkat mendengarkan yang aman, dan tetap dalam batas suara harian. Kelima, batasi penggunaan harian perangkat audio pribadi dan batasi waktu yang dihabiskan untuk melakukan aktivitas di tempat bising, dengan istirahat sejenak untuk tidak mendengarkan, (pergi ke tempat atau sudut yang tenang dan biarkan telinga beristirahat sejenak), menjauh dari suara keras dengan menjaga jarak aman dengan sumber suara seperti speaker, dan kurangi frekuensi mengunjungi tempat-tempat bising, jika memungkinkan. Dan keenam atau terakhir, lakukan pemeriksaan pendengaran secara teratur.
Orang tua perlu berperan aktif dalam mendidik semua anak tentang mendengarkan, memantau paparan suara keras, dan menjadi panutan dalam mendengarkan dengan aman bagi semua anak. Orangtua harus memastikan bahwa semua anak menghindari penggunaan earphone berlebihan, memastikan bahwa anak tidak meningkatkan volume speaker ketika mereka tidak diawasi, dan sebaiknya menggunakan perangkat audio yang dilengkapi dengan kontrol orang tua tentang tingkat kenyaringan.
Semua guru hendaknya mendidik anak dan remaja tentang kemungkinan bahaya paparan suara keras dari penyalahgunaan perangkat audio pribadi, mengembangkan kebiasaan mendengarkan secara aman, menjadikan bagian dari kurikulum pendidikan kesehatan, dan juga diajarkan sebagai bagian dari kelas musik, kesenian dan tari.
Diperkiraan 1,1 miliar anak muda di seluruh dunia berisiko mengalami gangguan pendengaran, karena praktik mendengarkan yang tidak aman. Ini termasuk paparan suara keras pada perangkat audio pribadi dan di tempat hiburan yang bising. Momentum Hari Pendengaran Sedunia (The World Hearing Day) pada Kamis, 3 Maret 2022 mengingatkan kita untuk fokus pada pentingnya mendengarkan dengan aman, sebagai sarana untuk menjaga pendengaran yang baik sepanjang hidup.
Sudahkah kita bijak?
(Fx Wikan Indrarto – Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih dan Lektor di FK UKDW Yogyakarta)