Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Hati yang Sempurna




eBahana.com – Ayat Kunci, 2 Tawarikh 16:9 “Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.

Mata Tuhan, frasa yang mengacu pada Roh Kudus, mencari seseorang di bumi yang hatinya sempurna terhadap Allah, agar Allah dapat menunjukkan kekuatan diri-­Nya untuk melimpahinya.

Agar bisa memiliki hati yang sempurna, seseorang harus memalingkan hatinya kepada Tuhan. Tidak ada bagian dari hatinya yang menjauh dari Tuhan. Seluruh hati orang tersebut harus fokus pada Tuhan. Seluruh sikapnya dipenuhi dengan pertanyaan “Bagaimana saya bisa menyenangkan Tuhan?”. Apa yang Allah minta dari saya?.” “Bagaimana Tuhan memandang situasi ini?.” “Bagaimana Tuhan memandang pilihan yang akan saya buat?.” Tidak ada bagian dari hati orang tersebut yang ingin menjauh dari Tuhan atau mencoba menyembunyikan apapun dari Tuhan.

Komitmen total penting dalam “takut akan Tuhan.” Mereka yang takut akan Tuhan memiliki komitmen mengikuti cara Allah, agar menyenangkan Allah dan melakukan kehendak-Nya.

Seseorang yang hatinya sempurna terhadap Tuhan dan memiliki komitmen kepada-­Nya memandang segala sesuatu dari perspektif Allah. Ia akan bertanya, “Bagaimana Allah memandang ini?” Bukan “Bagaimana ini bisa menguntungkan saya? Bagaimana ini akan berdampak pada saya? Di mana kepentingan-­kepentingan saya?” Sikap hidup dengan perspektif Allah menutupi semua motif dan tekanan yang menentang kehendak-Nya. Ada banyak tekanan dalam hidup kita, tekanan dari masyarakat, kebudayaan, media, tempat bekerja yang membuat kita bertindak di bawah pengaruhnya. Dan respon kita bisa sesuai kehendak Allah, bisa juga tidak.

Banyak orang mengijinkan hidup mereka di bentuk oleh opini publik. Ketakutan terhadap apa yang orang lain pikir atau katakan. Ketakutan seperti ini adalah motif yang tidak benar. Motif lain yang tidak benar adalah kepentingan diri sendiri, mencari kekuasaan, ketenaran atau kekayaan. Motif lain lagi yang tidak benar adalah mencari kesenangan. Orang-­orang yang dikendalikan oleh motif-motif ini mudah goyah.

Mereka tidak stabil dan tidak bisa di andalkan. Mereka tidak mengkultivasi takut akan Tuhan.

Yeremia 17:5-­6 berkata “Beginilah firman TUHAN: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!

Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk…”

Nats ini sebuah gambaran dari manusia yang terkutuk. Masalah dengannya adalah hatinya telah menjauh dari Tuhan. Hatinya tidak sempurna terhadap Tuhan dan ia mengandalkan dirinya, kepintarannya sendiri, usahanya dan kemampuannya. Ia membuat rencana-rencananya dan pilihan-pilihannya sendiri.

Yeremia 17:7-­8 berkata “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!

Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-­akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”

Ketika keyakinan kita ada pada Tuhan, kita tidak akan takut ketika panas terik datang. Takut akan Tuhan menghilangkan ketakutan dan kekuatiran dalam hidup.

Namun ada beberapa pertanyaan yang harus kita jawab. Seberapa dalam kita berakar? Apa sumber kehidupan kita? Dengan takut akan Tuhan, kita akan masuk ke dalam sumber kehidupan yang adalah Allah sendiri.

Banyak dari kita berkata, “apa yang saya butuhkan adalah penghiburan dan kekuatan.” Namun jika kita mendapatkan penghiburan dan kekuatan tanpa “takut akan Tuhan” dalam hidup kita, tidak akan bertahan lama atau tidak bisa memenuhi kebutuhan terdalam kita.

Penghiburan dan kekuatan tanpa takut akan Tuhan menjadikan kita ceroboh dan sombong. Dengan itu saja tidak akan menghasilkan yang Allah inginkan. Penghiburan dari Roh Kudus harus diimbangi dengan takut akan Tuhan. Menghormati dan memuliakan Tuhan yang diinspirasi oleh Roh Kudus. Kita tidak boleh memisahkan dua sifat ini. Kita tidak boleh meletakkan penghiburan sebelum takut akan Tuhan. Firman Allah yang diinspirasi Roh Kudus, meletakkan takut akan Tuhan lebih dahulu, baru penghiburan dari Tuhan.

Satu alasan besar yang tak pernah berubah kenapa kita semua perlu mengkultivasi “takut akan Tuhan” ada dalam Kitab 1 Petrus.

“..tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.

Dan jika kamu menyebut-­Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.

Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah di tebus dari cara hidupmu yang sia-­sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat…” (1 Petrus 1:15-19).

Kata-­‐kata ini tidak ditujukan kepada orang-orang berdosa yang belum diselamatkan. Namun ditujukan kepada anak-­anak Allah, yang percaya kepada-­Nya dan sudah diselamatkan.

Ia memberi dua alasan kenapa kita perlu memiliki sikap hormat dan takut akan Tuhan. Pertama, Paulus berkata, kita semua harus mempertanggungjawabkan kepada Allah Bapa kita kelak. Ada pengadilan menunggu kita semua. Bukan pengadilan penghukuman, namun pengadilan yang menilai kehidupan, pelayanan dan kesetiaan kita.

2 Korintus 5:10 berkata “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”

Kedua, kita perlu memiliki hormat dan takut akan Tuhan, karena harga mahal yang Allah sudah bayar untuk menebus dosa kita. “Kita diselamatkan” bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat (1 Petrus 1:18-­19).

Kekayaan yang paling berharga di seluruh alam semesta adalah penebusan dosa kita. Besar dan dalamnya kebenaran ini harus membuat kita hidup dalam hormat dan takut akan Tuhan, jika tidak, kita tidak memuliakan Yesus Kristus yang sudah membayar harga begitu mahal untuk kita.

Salib lambang dari kehinaan, kelemahan dan kekalahan adalah kunci kepada kemuliaan, kuasa, hikmat dan kemenangan. Perbedaan yang luar biasa antara cara Allah dan manusia.

Kita harus mengerti bahwa Allahlah yang merencanakan penyaliban. Bukan suatu malapetaka tak terduga yang mana Allah harus menyelesaikannya. Sebaliknya, penggenapan dari sebuah rencana ilahi, ekspresi dari hikmat Allah dan kekuatan-­Nya. Pekerjaan mulia dan sempurna dari rencana-­Nya.

Kisah Para Rasul 2:23 “Dia yang diserahkan Allah ‘menurut maksud dan rencana-­Nya’, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-­‐bangsa durhaka.”

Paulus menggambarkan perbedaan kontras antara hikmat dari dunia dan hikmat Allah.

1 Korintus 2:6-­8 “Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-­penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan.

Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita.

Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia.”

Paulus mengutip nabi Yesaya. 1 Korintus 2:9-­10 Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka
yang mengasihi Dia.

Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-­hal yang tersembunyi dalam diri Allah.”

Paulus berkata suatu rahasia, hikmat tersembunyi yang orang-orang, penguasa-penguasa dari dunia ini tidak tahu dan dapat mengerti. Penyaliban ditahbiskan oleh Allah sebelum permulaan waktu, dan untuk kemuliaan kita. Hanya ada satu jalan kepada rahasia, hikmat tersembunyi ini. Hanya ada satu pintu yang melaluinya kita bisa masuk. Pintu itu adalah salib. Hanya melalui iman, apa yang Yesus sudah lakukan pada salib untuk kita dan hanya jika kita izinkan prinsip-­prinsip salib bekerja dalam hidup kita, rahasia itu, hikmat tersembunyi dan kekuatan Allah menjadi efektif dalam hidup kita. Pintu itu adalah salib.

Kekuatan Allah datang kepada kita hanya melalui satu jalan, “salib Yesus Kristus.” Pada kayu salib, pertukaran ilahi yang sudah di tahbiskan terjadi. Yesus, Anak Allah yang tidak berdosa, mengambil alih bagi diri-Nya Sendiri, kejahatan yang harus ditanggung oleh kita orang berdosa dan pemberontak, agar sebagai gantinya, kita menerima kebaikan Yesus.

Yesus mengalami kematian agar kita memiliki hidup-­Nya. Dia dibuat berdosa agar kita dibenarkan. Dia menanggung kutuk agar kita menerima berkat. Dia menanggung sakit penyakit dan karena bilur-bilurnya kita disembuhkan.

Melalui kematian-­Nya pada kayu salib. Yesus mengalami kelemahan dan kebodohan, sebagai ganti kita, agar kita menerima, kekuatan dan hikmat Allah. Melalui salib, Allah menawarkan pada kita kekuatan-­Nya untuk menggantikan kelemahan kita. Hikmat-­Nya menggantikan kebodohan kita. Faedah-­faedah dari Allah kita terima sementara kita sabar menunggu dengan iman di bawah kayu salib.

Kekuatan Allah bisa dilepaskan dalam hidup kita melalui penyangkalan diri setiap hari. Yesus menyatakan ini dengan jelas dalam Injil Lukas.

Lukas 9:23-­‐24 Kata-­Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.

Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.”

Disini, Yesus meletakan dasar absolut yang berlaku universal tanpa kecuali. Jika seseorang memutuskan untuk mengikut Yesus, ia harus melakukan tiga hal. Menyangkal dirinya. Memikul salib setiap hari dan mengikut Yesus. Ia tidak memiliki pilihan lain.

Tahap ketiga, “mengikut Yesus” mustahil dilakukan sebelum kita melakukan tahap satu dan dua. Pertama “menyangkal diri” dan kedua, “memikul salib setiap hari.” Apa artinya menyangkal diri? Jawabannya sederhana. “Menyangkal” berarti mengatakan “tidak.” Itu perintah Yesus. Kita harus mengatakan “tidak” kepada diri sendiri.

Dalam diri setiap orang ada jiwa yang ingin memaksakan dirinya. Jiwa memiliki kehendaknya, hasratnya, ketidakpuasannya. Jiwa melahirkan dorongan dan kecenderungan, yang diekspresikan dalam kata-­kata seperti “saya ingin”, “saya pikir”, “saya rasa”, atau “diri saya.” Jiwa kita menuntut dari orang lain agar, mminta nasihat pada saya atau memanjakan saya. Selama kita menyerahkan kendali kepada “jiwa” kita, kita tidak bisa mengikut Yesus.

Untuk melakukan tahap pertama dalam menyangkal diri, kita harus belajar mengatakan “tidak” kepada jiwa kita. Ketika jiwa kita berkata…”saya mau”…kita harus menjawab “apa yang kamu mau tidak penting”. Ketika jiwa kita berkata “saya pikir”…kita perlu menjawab…”apa yang kamu pikir tidak menentukan”….Apa yang Allah katakan yang menentukan. Ketika jiwa kita berkata….”saya rasa”….kita perlu menjawab….”apa yang kamu rasa tidak penting.” Yang kita “percaya” itu yang penting dan berarti. Ada jawaban untuk “membungkam” jiwa kita dan kita harus mengatakannya. Setelah kita mengatakan “tidak” kepada jiwa yang “mementingkan diri” dan “menguasai” kita….kita harus memikul salib setiap hari. Memikul salib berarti menyerahkan kehendak kita dan tuntutan kita atas hidup kita…kepada “kehendak Allah.” Yesus sampai pada tahap penyerahan seperti diatas di taman Getsemani. Ia tidak memikul kayu salib fisik sampai Ia menyerahkan kehendak-­Nya kepada kehendak Bapa-­Nya.

Dalam Matius 26:39 dikatakan…maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-­Nya: “Ya Bapa-­Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-­Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Ia mengatakan tiga kali dalam ayat 39, 42 dan 44 sampai tidak ada apa-­apa lagi dalam pikiran-­Nya selain melakukan kehendak Allah dengan mengorbankan kehendak-­Nya. Memikul salib berarti melakukan seperti yang Yesus lakukan. Berarti mengatakan, Bapa bukan seperti yang ku kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki. Yesus tahu Ia akan mati di kayu salib. Tidak ada orang yang memaksakan padaNya. Seperti Ia katakan dalam Injil Yohanes 10:17-18, “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-­Ku untuk menerimanya kembali.

Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-­Kusendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-­Ku.”

Memikul salib berarti kita menyerahkan diri kita dengan sukarela kepada Allah. Urutannya jelas seperti hidup Yesus sewaktu di taman Getsemani, Ia berdoa kepada Allah, “…bukanlah kehendak-­Ku, melainkan kehendak-­Mulah yang terjadi” dalam Lukas 22:42.

Yesus menyangkal diri-­Nya Sendiri. Lalu di Kalvari, di kayu salib, Ia menyerahkan hidup-­Nya.

Yesus membentuk pola agar menjadi contoh bagi semua pengikutnya. Mereka harus menyangkal diri. Mereka harus mengikut Dia. Mereka harus bersedia mati, dimana Allah telah menentukan akhir hidup
mereka di bumi.

Selama kita mempertahankan hidup kita, yang tampaknya begitu berharga dan menyenangkan, kita tidak bisa menemukan kehidupan yang Allah miliki untuk kita. Namun jika kita kehilangan hidup kita dan
menyerahkannya kepada Allah, maka kita akan menemukan hidup lain. Suatu kehidupan yang ada dalam kehendak-­Nya…

Dunia dipenuhi dengan orang-­‐orang yang
kesepian, kesepian karena mereka mempertahankan hidup mereka. Mereka tidak mau melepaskannya. Yesus berkata jika kita melepaskan hidup kita dan berserah pada proses kematian dan penderitaan, maka akan datang hidup baru.

Kita harus melepaskan hidup yang kita genggam di tangan kita dan menyerahkannya kepada Allah. Pemikiran ini tampaknya bertentangan dengan intuisi kita, namun akan menghasilkan hidup yang sama sekali baru.

Yohanes 12:24-­25 “Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk vhidup yang kekal.” Prinsip-­‐prinsip “menyangkal” dan “kerendahan hati”vberhubungan dengan “takut akan Tuhan”.

Ada hukum spiritual yang berhubungan dengan “takut akan Tuhan”. Sebagian besar orang mengerti hukum alam namun tidak mengerti konsep hukum spiritual. Faktanya setiap bagian dari hukum spiritual sama tepat dengan hukum alam dan keduanya mustahil untuk disanggah.

Hukum spiritual bekerja sebelum alam semesta di ciptakan dan akan terus bekerja bahkan hingga berakhirnya “waktu”. Hukum spiritual memiliki dampak pada semua orang dan menentukan arah hidup kita. Hukum spiritual di sebut tiga kali dalam Perjanjian Baru; dalam Matius 23:12, Lukas 14:11 dan Lukas 18:14 dan semua di ucapkan oleh Yesus Sendiri, yakni: “….barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”(Matius 23:12) Hukum spiritual ini berlaku secara universal. Siapapun, dimanapun dan kapanpun orang yang meninggikan dirinya akan direndahkan. Kebenaran universal sebaliknya yang sama adalah siapapun yang merendahkan dirinya akan ditinggikan. Ada banyak ayat dalam Kitab Suci yang menyatakan kebenaran ini, Kitab Amsal menyebut dua kali. Amsal 16:18 berkata “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.”

Amsal 18:12 berkata “Tinggi hati mendahului
kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.” Kejatuhan manusia disebabkan kesombongan. Dosa pertama di alam semesta bukan kemabukan, tidak bermoral atau pembunuhan, namun kesombongan (pride).

Dosa kesombongan mengarah kepada
pemberontakkan. Kesombongan dalam hati
dicerminkan diluar dalam sikap pemberontakan. Awal dosa kesombongan terjadi bukan di bumi namun di surga dan bukan dilakukan oleh manusia namun makhluk malaikat dengan nama Lucifer. Akar dari kesombongan Lucifer adalah kecantikan dan hikmat yang di impartasi oleh Penciptanya. Karunia-­karunia yang ia miliki membuatnya memberontak melawan Penciptanya yang membuat karunia-­karunia itu

KESIMPULAN: KERENDAHAN HATI YESUS
Filipi 2:5-­11 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-­Nya sendiri, dan mengambil 3 rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-­Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Dan itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-­Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di l3 dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! ”
Dia mengosongkan diri-­Nya sendiri.
Dia mengambil rupa seorang hamba.
Dia menjadi sama dengan manusia.
Dia dalam keadaannya sebagai manusia.
Dia merendahkan diri-­Nya.
Dia taat sampai mati.
Dia mati di kayu salib.

Yesus tidak ditinggikan karena Dia Anak Allah. Dia mmditinggikan karena Ia berhak ditinggikan atas apa yang sudah Ia lakukan. Bahkan hukum spiritual berlaku bagi Yesus. Tidak ada seorang pun di alam semesta yang tidak berada di bawah hukum spiritual. Siapapun yang merendahkan dirinya akan ditinggikan. Allah meninggikan Yesus ketempat yang tertinggi. Allah memberi nama kepada-­Nya nama diatas segala nama. Dalam nama Yesus, bertekuk lutut segala yang ada di langit…di atas bumi…di bawah bumi. Setiap lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa.

TUJUAN ILAHI KITA
Efesus 1:4-­10 “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-­Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-­anak-­Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-­Nya, supaya terpujilah kasih karunia-­Nya yang mulia, yang dikaruniakan-­Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-­Nya. Sebab di dalam Dia dan oleh darah-­Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-­Nya, yang dilimpahkan-­Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian. Sebab Ia menyatakan rahasia kehendak-­Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-­Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan­Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.

Kesenangan Allah dinyatakan dalam Efesus 1:10 “…mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.” Ini di mana kita dilibatkan. Bayangkan rencana kemuliaan itu, diungkapkan dari kekekalan sampai kekekalan.Lalu Paulus melanjutkan dalam Efesus 1:11-­12 Aku katakan “di dalam Kristus”, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan, kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-­Nya supaya kami, yang sebelumnya menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-­pujian bagi kemuliaan-Nya. Kita dan seluruh umat manusia adalah manifestasi dari prinsip ini, jika kita meninggikan diri kita, kita akan direndahkan. Namun jika kita merendahkan diri kita, kita akan ditinggikan.

Paulus menyinggung hal ini lagi dalam Efesus 2. Dalam Efesus 2:6-­7 dikatakan “…dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-­‐sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-­Nya yang melimpah-­limpah sesuai dengan kebaikan-­Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus…” Kita adalah bagian pernyataan dari kasih karunia Allah. Dikatakan dalam Efesus 3:10-­11 “…supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-­‐pemerintah dan penguasa-­penguasa di sorga, sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-­Nya dalam Kristus, Tuhan kita…” Sangat mengagumkan dalam seluruh kekekalan, kita adalah demonstrasi tertinggi dari hikmat Allah. Allah mengambil kita dari tumpukan rongsokan yang hina dan membuat kita menjadi karya agung-­Nya

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply