Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Siapa pun yang Meninggikan Dirinya




eBahana.com – Kita sudah membahas mengenai prinsip-prinsip berserah dan kerendahan hati yang sangat erat hubungannya untuk mengerti takut akan Tuhan dalam hidup kita. Sekarang kita akan mempelajari “hukum spiritual” yang berhubungan dengan takut akan Tuhan. Abraham dan Yakub berserah agar menerima warisan mereka dari Allah. Formula ini – berserah untuk menerima warisan seseorang adalah “hukum spiritual.” Kita mengenal hukum ilmiah, ” seperti hukum gravitasi universal Newton. Tidak ada dari kita yang hidup bertentangan dengan hukum gravitasi.

Banyak orang mengenal hukum natural tidak memiliki konsep hukum spiritual. Namun hukum spiritual sama pasti, tepat, dan khususnya dengan hukum natural – dan sama-sama mustahilnya untuk ditentang. Kita tidak bisa mematahkan hukum gravitasi, sebaliknya hukum gravitasi bisa mematahkan kita.

Demikian pula dengan hukum spiritual. Banyak orang berbicara mengenai melanggar hukum-hukum Allah, namun konsep itu keliru. Mari kita pelajari hukum spiritual yang bekerja dalam seluruh alam semesta. Hukum itu bekerja sebelum alam semesta diciptakan, dan akan terus bekerja setelah waktu berakhir. Satu hukum yang memiliki dampak pada setiap dari kita, dan memiliki hubungan atas arah hidup kita.
Hukum spiritual ini dinyatakan tiga kali dalam Perjanjian Baru – dalam Matius 23:12, Lukas 14:11, dan Lukas 18:14 – melalui ucapan Yesus Kristus Sendiri. “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Matius 23:12).

Ini hukum universal. Siapa pun dimana pun dan kapan pun seseorang meninggikan dirinya akan di rendahkan. Sama-sama universal kebenaran ini, siapa pun yang merendahkan dirinya akan ditinggikan.

Ada beberapa nas lain dalam Kitab Suci yang menyatakan kebenaran sama ini, hanya dengan kata-kata yang berbeda. Kitab Amsal menyebutnya dua kali, pertama Amsal 16:18: “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.”

Orang cenderung berkata, “Kecongkakan mendahului kejatuhan.” Sementara prinsipnya benar, pernyataan ini bukan yang Kitab Suci katakan. Kitab Suci berkata: “Kecongkakan mendahului kehancuran.”

Kitab Amsal menyinggung lagi bahaya kecongkakan dalam Amsal 18:12: “Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.” Kejatuhan makhluk ciptaan disebabkan oleh kecongkakan. Dosa pertama di alam semesta bukan kemabukan, imoralitas, atau pembunuhan, melainkan kecongkakan. Banyak orang ngeri dengan pembunuhan, imoralitas dan kemabukan, namun mereka menoleransi kecongkakan (pride) dan tidak melihatnya sebagai dosa.

Dosa kecongkakan mengarahkan seseorang pada pemberontakan. Bagian dalam dari kecongkakan diekspresikan diluar dalam bentuk pemberontakan. Dosa ini awalnya terjadi bukan di bumi melainkan di surga. Dilakukan bukan oleh manusia namun seorang malaikat – Lucifer. Akar kecongkakan Lucifer kecantikan dan hikmat yang di impartasi padanya oleh Sang Pencipta, namun karunia-karunia ini akhirnya menghasilkan pemberontakan melawan Sang Pencipta yang memberinya.

Yehezkiel 28 nas nubuatan dalam Perjanjian Lama yang bukan hanya mengungkapkan masa depan namun juga memberi keterangan tentang masa lalu. Kadang-kadang kita lupa nubuatan pengetahuan berhubungan bukan hanya dengan masa depan (hal-hal yang kita tidak bisa tahu karena belum terjadi) namun juga dengan masa lalu (hal-hal di masa lalu yang kita tidak tahu karena kita tidak disana dan kita tidak memiliki cara mengetahui kecuali melalui pengungkapan nubuatan).

Dalam nas kitab Yehezkiel ini, nabi berbicara mengenai dua individual berbeda yang berhubungan dengan kota Tirus. Orang pertama manusia; orang kedua sudah pasti bukan manusia.

“Hai anak manusia, katakanlah kepada raja Tirus: Beginilah firman Tuhan Allah: karena engkau menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan.
Padahal engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama dengan Allah…..Apakah engkau masih akan mengatakan di hadapan pembunuhmu: Aku adalah Allah!? Padahal terhadap kuasa penikammu engkau adalah manusia, bukanlah Allah” (Yehezkiel 28:2, 9).

Ini adalah seorang manusia yang mengklaim dirinya sebagai allah. Ia penguasa Tirus. Mari kita lihat raja Tirus, yang sudah pasti bukan manusia.

“Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: “Hai anak manusia, ucapkanlah suatu ratapan mengenai raja Tirus dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman Tuhan Allah: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah. Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga: yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, krisopras dan nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya diperbuat dari emas dan disediakan pada hari penciptaanmu.

Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya. Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu. Dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa. Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu- batu yang bercahaya.

Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya” (Yehezkiel 28:11-17).

Deskripsi ini jelas, dan apa yang di deskripsikan bukan manusia. Ayat 12 berkata makhluk ini gambar dari kesempurnaan, penuh hikmat dan maha indah. Dalam ayat 13, kita membaca makhluk ini pernah berada di taman Eden, yaitu taman Allah. Itu membawa kita kembali ke kitab Kejadian. Dalam ayat 14, kita menemukan makhluk ini “diurapi sebagai kerub yang berjaga.” Ayat ini juga berkata, “di gunung kudus Allah engkau berada.” Dalam ayat 15, kita membaca, “engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu.” Jadi ini makhluk yang diciptakan – bukan manusia, namun kerub. Lalu dalam ayat 16, dikatakan, “dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa.” Dan ayat 17 mengidentifikasi akar dari problem: “Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar.”

Kata yang diterjemahkan sebagai “dagang” dalam Yehezkiel 28:18 diterjemahkan dalam Alkitab “King James Version” sebagai “lalu- lintas.” Sesuai akar kata Ibrani artinya “pergi kesana kemari.” Ini kata yang diasosiasikan dengan praktik perdagangan, pedagang adalah seseorang yang kesana kemari, mengambil barang dagangannya dan menjualnya di pasar-pasar. Meski demikian, arti aslinya tidak terbatas pada perdagangan. Kitab Imamat 19 menggunakan akar kata yang sama: “Janganlah engkau pergi kian ke mari (menyebarkan fitnah) di antara orang-orang sebangsamu” (Imamat 19:16).

Konsep akar “kesana kemari” menyebarkan fitnah menyebabkan masalah ketika seseorang melakukan itu. Salah satunya “dagang,” namun nas ini mengacu, lebih pada, “menyebarkan fitnah” – membawa keliling cerita atau menyebarkan “laporan-laporan” yang tidak benar.

Contoh lain Amsal 11:13, mengatakan, “Siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi perkara.” Dalam Alkitab “King James Version,” dikatakan “A talebearer reveals secrets.” Itu arti dasar dari kata “dagang.” Kembali ke Yehezkiel 28, kita membaca dalam ayat 16, “dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan.” Ini berarti dengan kesana kemari menyebarkan fitnah dan laporan-laporan yang tidak benar, Lucifer mempromosikan pemberontakan. Dan karena pemberontakannya, ia dilempar dari hadirat Allah.

Bisa dibayangkan Lucifer menyebarkan fitnah dan menyebarkan laporan-laporan yang tidak benar pada malaikat-malaikat lain, dengan nada yang sangat sinis: “Aku ingin kamu malaikat-malaikat mengerti bahwa Tuhan tidak benar-benar mengapresiasi kamu.
Kamu memiliki kemampuan. Kamu lebih mampu dari yang diberikan kepada kamu. Sekarang, jika kamu mengikut aku, Aku akan memastikan potensi penuh kamu berkembang. Apa pendapat kamu mengenai mendirikan kerajaan kita sendiri? Kenapa kita harus melayani Allah? Aku percaya aku bisa menjadi allah sebaik Allah yang kita layani.”

Fakta luar biasa dalam kepenuhan terang kemuliaan surga, dalam alam semesta sempurna yang belum pernah dirusak dan dikotori oleh dosa, taktik-taktik ini berhasil! Kesadaran akan fakta ini menyebabkan kita gemetar, karena jika taktik-taktik Satan berhasil di surga – dimana dosa belum pernah di dengar, apalagi dilakukan, dimana Allah diungkapkan dalam kemuliaan dan keindahan-Nya – seberapa lebih efektif taktik-taktik Satan bekerja di bumi? Mereka sudah membuktikan bekerja lebih efektif selama beribu-ribu tahun. Kita perlu mengerti cara Satan beoperasi, karena ia masih beroperasi dengan cara yang sama ia lakukan ketika ia dibuang dari surga.

Wahyu 12:4 mengatakan pada kita bahwa kecongkakan (pride) Lucifer pencetus pemberontakan dimana sepertiga dari malaikat- malaikat yang diciptakan berbalik melawan Allah, Pencipta mereka, dan sebaliknya mengikut Satan.

Ada nas paralel yang menggunakan nama “Lucifer”: “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!” (Yesaya 14:12).

Nubuat dalam Kitab Suci mengungkapkan bukan hanya tindakan- tindakan luar namun juga motivasi di batin – fakta-fakta esensial di batin. Dalam Yesaya, kita melihat motivasi yang menyebabkan Lucifer memberontak: kecongkakan (pride). Allah tahu apa yang Lucifer katakan dalam hatinya sepanjang waktu, namun Allah masih membiarkannya lolos dan melepaskan diri. Kita berpikir kita bisa lolos dari sesuatu, namun Allah tahu apa yang kita lakukan. Bahkan jika Allah membiarkan kita lolos selama berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun, suatu hari kita akan mendapatkan Allah tahu semua mengenai itu.

“Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku (Lucifer) hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang- bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara.

Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!

Sebaliknya, kedalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur” (Yesaya 14:13-15).

Dua kata terjadi lima kali dalam nas di atas. Kata-kata yang memotivasi semua tindakan: “Aku akan.” Akar masalah alam semesta adalah kehendak makhluk melawan kehendak Pencipta.

“Aku hendak naik ke langit (Yesaya 14:13).

“Aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah (ayat 13).

“Aku hendak duduk di atas bukit pertemuan (ayat 13).

“Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan” (ayat 14). “Aku hendak menyamai Yang Mahatinggi!” (ayat 14).
Poin terakhir adalah klimaks dari semua motivasi untuk memberontak – menyamai Yang Mahatinggi. Bahasa Ibrani memiliki lima bentuk kata kerja, salah satu yang digunakan untuk mengindikasi tindakan yang dilakukan berulang-ulang atau dengan maksud khusus. Ini bentuk yang digunakan dalam nas ini. Bukan “Aku akan” namun “Aku akan membuat sendiri.” Dengan kata lain, Satan berkata, “sasaran atau tujuanku – maksud dan usaha kerasku – yang terus menerus tanpa henti – membuat diriku menyamai Yang Mahatinggi.” Hasilnya kejatuhan Lucifer. Siapa pun yang meninggikan dirinya akan di rendahkan. Prinsip ini tidak pernah gagal.

Respons Allah pada pemberontakan Lucifer sesuatu yang hanya Dia sudah pikirkan. Allah melihat isu kecongkakan (pride) ini harus ditangani dengan cara ketika selesai, masalahnya tidak akan terjadi lagi. Maka Allah memutuskan menciptakan makhluk baru, yang namanya Adam (manusia). Menurut Kitab Suci, makhluk ini diciptakan dengan cara tidak pernah ada makhluk lain diciptakan. Dari semua makhluk lain, Alkitab berkata Allah berfirman, dan terjadi. Dengan firman dari mulut-Nya dan roh-Nya, Ia menciptakan langit dan sekumpulan mereka dan semua yang ada didalamnya.
Namun makhluk satu ini berbeda dan unik.

“Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kejadian 2:7).

Ini terjadi seperti dicatat. Allah datang ke dunia, membungkuk, mengambil debu, mencampurnya dengan air embun, membentuknya menjadi tanah liat, dan mencetak patung termegah dan teragung yang alam semesta pernah lihat. Tubuh yang sempurna – secara sempurna indah namun tidak bernyawa. Lalu pribadi abadi ini – Allah Pribadi – menunduk kebawah, meletakan bibir ilahi-Nya pada bibir tanah liat, dan menghembuskan kedalam tubuh itu roh kehidupan. Hembusan nafas roh lalu merubah bentuk tanah liat menjadi jiwa yang hidup. Nafas Allah mahabesar, meresap kedalam tubuh tanah liat itu, merubahnya menjadi pribadi yang hidup – manusia. Dengan cara itu, menjadi jiwa yang hidup.

Kejadian 2:7 contoh pertama dimana kata “Jehovah” atau “Yahweh digunakan. Sepanjang pasal pertama Kejadian, kata yang digunakan “Elohim” (kata untuk Allah). Namun Jehovah nama pribadi yang mengidentifikasi Allah sebagai pribadi. Begitupula, “Adam” nama pribadi, bukan hanya kata benda umum. Jadi dititik ini dalam catatan penciptaan, penekanannya pada kepribadian. Allah Pribadi menciptakan manusia pribadi dengan tujuan untuk memiliki hubungan pribadi.

Perhatikan Allah menunduk untuk menciptakan manusia. Ia turun, bukan keatas. Allah mengimpartasi diri-Nya pada manusia dan menggembuskan roh-Nya sendiri kedalam tubuh tanah liat itu.
Didalam dirinya, manusia mengombinasi elemen tertinggi dan terendah: satu elemen dari Allah, dan yang satunya dari bumi.

Dualitas ini bisa membantu kita mengerti pergulatan yang kita alami sebagai manusia yang diciptakan dalam gambar dan rupa Allah. Elemen-elemen tinggi dan rendah itu kadang-kadang mengalami konflik. Satu bagian dari kita menginginkan kualitas-kualitas dari atas; bagian yang lain dari kita menginginkan kualitas-kualitas dari bawah!

Satu fungsi catatan Alkitab mengenai penciptaan adalah untuk menjelaskan seperti apa kita dan alasan hal-hal tertentu terjadi dalam hidup kita. Tidak ada sumber alternatif yang memberi jawaban ini. Manusia berhubungan dengan dua dunia: melalui rohnya, ia berhubungan dengan Allah; melalui tubuhnya, ia berhubungan dengan dunia ini.

 

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO.



Leave a Reply