Senjata Pertahanan Peperangan Rohani
eBahana.com – Sebagai wakil resmi kerajaan Allah di bumi, kita berada dalam perang habis-habisan melawan kerajaan musuh yang sangat terorganisir di bawah pimpinan Satan. Ini sebuah kerajaan makhluk-makhluk roh jahat (pribadi-pribadi tanpa tubuh) yang markas besarnya berada di udara (heavenly realms).
Medan pertempuran di mana perang ini dilakukan berada dalam pikiran umat manusia. Satan sudah
membangun benteng-benteng purbasangka (prejudice) dan ketidakpercayaan di dalam pikiran umat manusia
untuk mencegah mereka menerima kebenaran Injil. Tugas yang Allah berikan kepada kita adalah merobohkan benteng-benteng mental ini, agar membebaskan mereka laki-laki dan perempuan dari tipu muslihat Satan, dan membawa mereka tunduk dan taat kepada Kristus.
Kemampuan kita untuk berhasil menjalankan tugas yang diberikan Allah ini tergantung pada 2 faktor.
- Pertama, kita melihat jelas dari Kitab Suci bahwa di kayu salib Yesus sudah mengalahkan Satan secara total mewakili kita dan sekarang menjadi tanggung jawab kita mendemonstrasikan dan menjalankan
kemenangan yang Yesus sudah menangkan. - Kedua, kita menggunakan dengan benar perlengkapan senjata yang Allah sudah sediakan. Ini peralatan senjata-senjata pertahanan rohani.
Efesus 6:10-17 adalah dasar kita, “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.
Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;
karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah,
melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.
Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari
yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.
Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran (truth) dan berbajuzirahkan-mengenakan pelindung
dada keadilan (righteousness), kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman (faith), sebab dengan perisai itu kamu akan dapat
memadamkan semua panah api dari si jahat, dan pergunakanlah ketopong-memakai topi baja (helmet)
keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah…”
Pada awal nas Paulus berkata, “sebab itu, ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah….”Kapanpun kita
menemukan kalimat “sebab itu” atau “karena itu” dalam Alkitab, kita harus mengerti untuk apa kalimat “sebab itu”. “Sebab itu” dalam ayat ini karena ayat selanjutnya Paulus mengatakan “…Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” Karena kita terlibat dalam pergulatan antara mati dan hidup dengan kekuatan-kekuatan roh jahat dari kerajaan Satan sehingga kita sendiri membutuhkan dan Firman Allah mensyaratkan kita, mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah. Dua kali dalam nas ayat 11 dan 13 Paulus berkata, “kenakan seluruh perlengkapan senjata Allah.” Tentunya, kita sudah di peringatkan oleh Kitab Suci agar melindungi diri kita dengan seluruh perlengkapan senjata Allah. Dalam ayat 13 Paulus memberi alasan lebih jauh, “supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri.”
Perhatikan frasa, “hari yang jahat.” Ini bukan Masa Kesengsaraan Besar (the Great Tribulation) pada akhir
zaman atau malapetaka yang akan menimpa dunia sesuai nubuatan. Konteks “hari yang jahat itu” mengacu kepada sesuatu yang setiap orang Kristen akan lalui. Ini akan menjadi saat dimana setiap orang Kristen harus berkonfrontasi dengan kekuatan-kekuatan jahat, dimana imannya akan ditantang, dan dimana setiap jenis perlawanan dan problem akan dialami orang tersebut.
Paulus tidak mempertanyakan perlunya kita menghadapi “hari yang jahat itu.” Bukan opsi tetapi suatu yang pasti. Tidak ada dalam Kitab Suci yang mengindikasikan bahwa kita sebagai umat Kristen, akan lolos dari ujian-ujian ini. Kita tidak akan lolos dari “hari yang jahat itu,” kita harus siap melaluinya. Di tengah ini, Paulus berkata, “kenakanlah perlengkapan senjata Allah.”
- Pertama, berikatpinggangkan kebenaran (truth);
- Kedua, berbajuzirahkan-mengenakan pelindung dada keadilan (righteousness);
- Ketiga, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil;
- Keempat, pergunakanlah perisai iman (faith);
- Kelima, pergunakanlah ketopong-memakai topi baja (helmet) keselamatan;
- Keenam, pergunakanlah pedang Roh yaitu firman Allah (Word of God).
Kita akan mengerti bahwa jika kita mengenakan semua enam perlengkapan senjata rohani ini, kita akan sepenuhnya terlindungi dari atas kepala sampai telapak kaki kecuali bagian belakang. Tidak ada perlindungan pada bagian belakang.
Perlengkapan pertama, berikatpinggangkan kebenaran (truth). Itu tidak berarti abstrak, kebenaran teologis,
tetapi kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Berarti kejujuran, ketulusan, keterbukaan, dan keterusterangan.
Sebagai umat beragama, kita sering dibebani dengan banyak kepalsuan dan kemunafikan. Banyak hal yang kita katakan dan lakukan, bukan yang kita maksud, tetapi kita katakan hanya karena kedengarannya baik.
Kita penuh dengan klise agamawi dan ketidaktulusan. Ada hal-hal yang kita lakukan, bukan untuk
menyenangkan Allah atau karena kita sungguh-sungguh ingin melakukannya, tetapi untuk menyenangkan orang lain. Hampir setiap kelompok agama memiliki klise masing-masing.
Ini menghalangi kita melakukan hal-hal yang Allah minta kita lakukan. Menghalangi kita menjadi orang
Kristen yang aktif, energetik, efektif. Juga menghalangi kita menggunakan perlengkapan senjata rohani yang
lain.
Perlengkapan kedua, berbajuzirahkan keadilan-artinya sudah dijustifikasi atau dibenarkan melalui penebusan dosa (righteousness). Alkitab mengindikasikan bahwa hati adalah bagian terpenting dalam diri dan hidup manusia, seperti dikatakan oleh Salomo dalam Amsal 4:23 “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”
Apa yang ada di dalam hati kita pasti pada akhirnya menentukan arah hidup kita, menghasilkan kebaikan atau kejahatan. Penting bagi kita menjaga hati kita dari semua jenis kejahatan. Paulus berbicara mengenai berbajuzirahkan keadilan (righteousness) sebagai pelindung hati.
Kita harus bertanya pada diri kita apa yang dimaksud dengan keadilan (righteousness) dalam konteks ini.
Paulus kembali kepada tema perlengkapan ini dalam suratnya yang lain. Dalam 1 Tesalonika 5:8, ia katakan
“Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan ‘iman dan kasih,’ dan
berketopongkan pengharapan keselamatan.”
Paulus disini tidak berbicara mengenai kebenaran berdasarkan usaha kita sendiri atau hukum agamawi, tetapi “kebenaran yang diperoleh hanya melalui iman.” Diulang lagi dalam Filipi 3:9 “…dan berada dalam Dia bukan dengan ‘kebenaranku sendiri’ karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan ‘kebenaran’ karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu ‘kebenaran’ yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.”
Kebenaran yang diperoleh dari Allah berdasarkan iman melindungi hati kita.
Selama kita berbajuzirahkan kebenaran kita sendiri, Satan bisa menemukan titik-titik lemah, menembusnya
dengan serangan-‐serangannya dan merusak hati kita. Kita harus berbajuzirahkan kebenaran melalui Kristus.
2 Korintus 5:21 berkata “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia (Yesus Kristus) kita ‘dibenarkan’ oleh Allah.” Karena itu berbajuzirahkan ‘iman dan kasih.’ Galatia
5:6 berkata, “Sebab bagi orang-‐orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.” Bukan iman yang pasif atau teoritis. Iman yang aktif melalui kasih.
Ini baju zirah yang kita butuhkan, yang tidak pernah gagal. Baju zirah dimana tidak ada titik-titik lemah yang
Satan bisa tembus. Kasih selalu melindungi, selalu mempercayai, selalu berpengharapan, selalu mempertahankan. Ketika kita memakai baju zirah iman yang bekerja dengan kasih, akan selalu melindungi kita.
Perlengkapan ketiga, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil. Dengan kata lain, sebagai orang Kristen, kita berkewajiban memiliki pengertian yang cerdas tentang Injil. Banyak orang Kristen mengatakan sudah di selamatkan dan lahir baru tetapi mereka tidak bisa memberi penjelasan dengan cerdas bagaimana mereka diselamatkan atau bagaimana orang lain bisa diselamatkan. “Kerelaan” termasuk mempelajari dan menghafal ayat-ayat Kitab Suci, dan memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan pesan Injil secara cerdas. Perhatikan Paulus mengatakan “Injil menghasilkan kedamaian dalam hati dan pikiran bagi mereka yang percaya dan menaatinya.
Ada satu hal yang sangat pasti mengenai kedamaian. Kita hanya bisa membagi kedamaian kepada orang lain
jika kita sendiri sudah memiliki kedamaian. Kita tidak bisa membagi sesuatu yang kita belum alami. Kita tidak
bisa berbicara tentangnya, kita bisa berteori, tetapi kita tidak bisa membaginya. Dalam Matius 10:12-13
dikatakan “Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam (greetings) kepada mereka. Jika mereka layak
menerimanya, salammu (kedamaianmu) itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu (kedamaianmu) itu
kembali kepadamu.” Kita mengimpartasi kedamaian kita. Ketika kita masuk ke rumah orang, apakah kita
punya kedamaian untuk diimpartasi? Kita tidak bisa mengimpartasi sesuatu yang kita sendiri tidak nikmati.
Perlengkapan keempat adalah perisai iman. Ketika kita keluar melawan Satan, jika kita mulai mengusiknya,
kita bisa pastikan ia akan menyerang balik. Pertama, ia mungkin menyerang pikiran kita, hati kita, tubuh kita,
atau keuangan kita. Jadi kita perlu memiliki perisai yang bisa melindungi kita. Ia akan menyerang bagian mana saja yang ia dapat jangkau. Jika ia tidak bisa menyerang kita, ia akan menyerang orang-orang terdekat dengan kita. Jika kita sudah kawin, yang pertama Satan serang adalah pasangan kita. Hampir bisa dijamin. Ini salah satu jalan yang ia akan serang balik. Kita harus memiliki perisai untuk melindungi diri, termasuk keluarga kita, dan segala sesuatu yang Allah sudah janjikan untuk kita.
Iman disebut dua kali dalam daftar perlengkapan senjata Allah. Baju zirah iman dan kasih, perisainya adalah perisai iman. Setiap penggunaan kata “iman” harus di mengerti agak berbeda. Baju zirah adalah iman untuk kebenaran kita, tetapi perisai iman adalah untuk perlindungan kita dan semua janji-janji Allah bagi kita.
Perlengkapan kelima adalah ketopong-topi baja (helmet) keselamatan. Dalam Roma 8:37 dikatakan “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia (Yesus Kristus) yang telah
mengasihi kita.” Apa artinya menjadi lebih dari pemenang? Artinya kita bukan hanya memenangkan pertempuran tetapi sebenarnya kita keluar dari pertempuran dengan memperoleh lebih banyak dibanding sebelumnya.
Dalam hal baju zirah, kita melihat bahwa baju zirah melindungi hati. Sedangkan ketopong-topi baja (helmet) melindungi kepala, dan kepala merepresentasi pikiran. Kita berbicara tentang ketopong-topi baja yang melindungi pikiran kita.
Kita melihat sebelumnya bahwa medan perang dimana seluruh perang rohani dilakukan berada dalam pikiran
umat manusia. Karena pikiran adalah medan perang, jelas kita perlu secara khusus melindungi pikiran kita.
Apakah kita memiliki ketopong-topi baja (helmet) keselamatan karena kita sudah di selamatkan? Apakah
otomatis? Jawabannya bisa tidak begitu, karena Paulus menulis kepada orang-‐orang Kristen ketika ia berkata,
“terimalah atau pakailah ketopong-topi baja keselamatan.” Dalam 1 Tesalonika 5:8 dikatakan “Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan.”
Perlindungan pikiran adalah pengharapan (hope), tetapi perlindungan hati adalah iman (faith). Kita sering
mencampur baur ini. Iman Alkitabiah berada dalam hati. “Dengan hati manusia yang percaya masuk ke dalam kebenaran.” Iman Alkitabiah berada dalam hati. Iman Alkitabiah adalah baju zirah yang melindungi hati. Tetapi pelindung pikiran adalah pengharapan (hope).
Kita perlu melihat hubungan antara iman dan pengharapan. Jelas dikatakan dalam Ibrani 11:1 “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”
Iman adalah dasar realitas dimana harapan dibangun. Ketika kita memiliki iman yang benar, maka kita
memiliki harapan yang benar. Ketika kita tidak memiliki iman yang benar, kita tidak punya harapan yang benar pula. Melainkan harapan yang hanya angan-angan. Tetapi ketika kita memiliki fondasi iman yang benar, kita bisa membangun harapan yang benar untuk melindungi pikiran kita.
Harapan menurut Kitab Suci bisa di definisikan sebagai pengharapan berdasarkan pada janji-janji Firman Allah. Optimisme yang terus menerus, salah satu perlindungan pikiran kita. Harapan adalah sikap optimis yang selalu memilih melihat yang terbaik dan tidak menyerah pada depresi, keraguan atau mengasihani diri sendiri.
Ada satu dasar harapan dalam Firman Allah. Roma 8:28 berkata “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Optimisme adalah ketopong-topi baja yang melindungi pikiran. Sementara kita memakainya, pikiran kita terlindung dari semua serangan Satan seperti keraguan, kehilangan semangat atau patah hati, mengasihani diri sendiri, kecurigaan atau ketidakpercayaan.
Roma 8:24 berkata “Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan” Apa artinya itu? Jika tidak ada harapan, tidak ada keselamatan. Harapan bagian penting dari pengalaman keselamatan. Kolose 1:27 mengatakan “Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!”
Misteri yang sesungguhnya rahasia Injil adalah “Kristus ada didalam kita.” Jika Kristus ada di dalam kita, kita
punya harapan. Jika kita tidak punya harapan, sama dengan Kristus tidak ada didalam kita. Harapan di dalam pikiran kita adalah bagian penting dari pengalaman keselamatan. Dalam Ibrani 10:23 dikatakan “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.”
Terus berharap. Jangan putus asa. Jadilah seorang optimis untuk melindungi pikiran kita.
Perlengkapan keenam adalah pedang Roh. Pedang adalah perlengkapan pertama yang bukan sepenuhnya
senjata pertahanan. Tanpanya, kita tidak punya jalan untuk mengusir Satan. Jika kita mengenakan semua
perlengkapan, kita mungkin bisa mencegah Satan melukai kita, tetapi kita tidak bisa mengusir dia. Satu-satunya dalam daftar perlengkapan senjata rohani yang bisa melakukan itu adalah pedang roh, yang disebut “Firman Allah.” Ibrani 4:12 mendeklarasikan “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.”
Dalam Wahyu 1:16 Yohanes mendapat penglihatan tentang Yesus dalam kemuliaan-Nya sebagai Tuhan atas gereja, salah satu yang ia lihat adalah pedang yang keluar dari mulut Yesus “Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya
bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.”
Yesus tidak merubah metode-Nya untuk menghadapi Satan, tetapi selalu menggunakan senjata yang sama,
Firman Allah untuk melawan Iblis dengan mengatakan, “Sebab tertulis…sebab tertulis…sebab tertulis” Yesus
tidak menjawab Satan dengan teologi atau afiliasi agamawi. Ia tidak mengatakan sinagog mana yang Ia hadiri atau rabi mana yang mengajar-Nya. Dia selalu langsung menuju Kitab Suci dengan mengatakan “Sebab tertulis….sebab tertulis….sebab tertulis” Kita diberi hak istimewa menggunakan senjata yang sama.
Dalam Efesus 6:17, di mana Paulus berbicara tentang pedang Roh (Firman Allah), bahasa Yunani yang ia gunakan untuk “firman” adalah rhema, yang berarti kata yang di ucapkan. Ketika kita mengambil firman dari mulut kita dan mengucapkannya, maka menjadi pedang Roh.
Perhatikan pentingnya frasa, “pedang Roh.” Ini mengindikasikan kerjasama antara orang percaya dan Roh Kudus. Kita harus menggunakan pedang Roh. Roh Kudus tidak akan melakukan itu untuk kita. Tetapi ketika kita menggunakan pedang Roh dengan iman, maka Roh Kudus memberi kita kuasa dan hikmat untuk
menggunakannya.
Kita sudah membahas semua 6 perlengkapan senjata pertahanan Allah.
- Pertama, berikatpinggangkan kebenaran (truth);
- Kedua, berbajuzirahkan keadilan (righteousness),
- Ketiga, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil;
- Keempat, perisai iman;
- Kelima, ketopong (helmet) keselamatan;
- Keenam, pedang Roh firman Allah.
Jika kita mengenakan dan menggunakan seluruh perlengkapan pelindung ini yang Allah sediakan, kita secara total terlindungi dari kepala kita sampai telapak kaki, kecuali satu bagian.
Satu bagian yang tidak terlindungi adalah bagian belakang kita. Ini sangat penting dan memiliki dua aplikasi. Pertama jangan pernah memberi belakang kita kepada Satan, karena jika kita memberi dia kesempatan, ia akan melukai kita di bagian yang tidak terlindungi. Dengan kata lain, jangan putus asa.
Jangan pernah berbalik dan berkata, “Sudah cukup. Saya tidak bisa menghadapinya. Saya tidak mampu lagi…” ini memutar balik belakang kita yang tidak terlindungi kepada Satan dan kita bisa pastikan dia akan datang mengambil kesempatan itu untuk melukai kita.
Kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri sebagai pribadi-pribadi yang terisolasi dan menyerang kerajaan Satan.
Kita harus berada dibawah disiplin, memiliki tempat kita dalam tubuh Kristus-yang adalah tentara Kristus-dan tahu siapa yang berdiri di sebelah kanan kita dan siapa yang berdiri di sebelah kiri kita. Kita harus bisa mempercayai sesama tentara Kristus. Maka, ketika kita berada dibawah tekanan, kita harus tahu siapa yang
ada di sana untuk melindungi bagian belakang kita ketika kita tidak bisa melindunginya. Mari kita bulatkan
pikiran kita untuk berdiri bersama, untuk melindungi bagian belakang kita dan tidak melukai satu sama lain
sebagai umat Kristen.
Oleh Loka Manya Prawiro.