Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Penasihat Ajaib dan Raja Damai – Bagian 1




eBahana.com – Kita perlu mengerti bahwa dalam Alkitab, nama dan gelar signifikan. Setiap nama Alkitabiah memiliki arti spesifik, dan ini berlaku juga untuk nama dan gelar Allah. Sebagai tambahan, nama sering
mengindikasi sesuatu spesial mengenai karakter atau tujuan orang yang padanya gelar itu diberikan.

Asosiasi ini berlaku khususnya untuk banyak gelar yang diberikan pada Yesus. Setiap gelar mengatakan pada kita sesuatu yang spesial dan penting mengenai-Nya. Dari banyak gelar yang diberikan pada Yesus, kita memilih beberapa yang akan memberkati kita.

Dua gelar pertama yang kita akan lihat ditemukan dalam kitab Yesaya: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahu-Nya, dan nama-Nya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal, ….Raja Damai” (Yesaya 9:5).

Kita akan fokus pada “Penasihat Ajaib.” Kita akan mendiskusikan arti dari gelar ini melalui nubuat mengenai kedatangan Mesias, juga dari kitab Yesaya: “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan
tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh Tuhan akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh
nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan” (Yesaya 11:1-2).

Di sini kita menemukan prediksi Mesias, Satu dimana Roh Tuhan akan tinggal dalam kepenuhan-Nya. Khusus, aspek-aspek yang membuat-Nya Penasihat Ajaib ditekankan disini. Kata-kata yang kita ingin perhatikan khususnya “hikmat,” “pengertian,” “penasihat,” dan “pengetahuan.”

Yesus Penasihat. Ia Satu yang memiliki jawaban. Ia Satu yang bisa menunjukkan kita apa yang harus kita lakukan ketika tidak ada seorang pun bisa. Ingat, ketika kita sudah sampai pada akhir dari akal dan sumberdaya kita, ada Penasihat Ajaib.

Ajaib digunakan dalam berbagai tempat dalam Alkitab. Ajaib selalu memberi kesan sesuatu supranatural atau menakjubkan. Jadi, dalam gambaran Yesus sebagai Penasihat Ajaib, kita melihat elemen-elemen tertentu. Pertama, nasihat-Nya di tingkat supernatural. Di atas psikologi dan nasihat manusia, seberapa pun menolongnya hal-hal ini. Kedua, nasihat-Nya termasuk ketajaman, kearifan dan kecerdasan. Yesus melihat langsung ke hati setiap masalah dan setiap orang. Ketiga, nasihat-Nya termasuk mengarahkan. Ia memiliki jawaban. Bukan hanya Ia melihat masalahnya, namun Ia juga menawarkan solusi.

Mari kita lihat dua ilustrasi dalam Injil Yesus sebagai Penasihat Ajaib. Kita akan mulai dengan seseorang yang terlibat dalam panggilan sebagai murid-murid pertama-Nya. “Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.

Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.”

Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia” (Matius 4:18-20).

Dari semua murid-murid yang potensial, Yesus memilih dua orang sederhana, nelayan biasa. Mereka tidak memiliki pendidikan baik, tidak ada asosiasi dengan jabatan imam atau guru-guru hukum. Mereka hanya nelayan. Namun Yesus, Penasihat Ajaib, melihat sesuatu dalam orang-orang itu. Ia tahu apa yang Ia bisa buat dari mereka. Maka, Ia berkata, pada intinya, “Jika kamu menyerahkan dirimu pada-Ku, jika kamu mengikuti Aku, Aku akan membuatmu menjadi penjala-penjala manusia.”

Dari semua murid-murid yang potensial, Yesus memilih dua orang sederhana, nelayan biasa. Mereka tidak memiliki pendidikan baik, tidak ada asosiasi dengan jabatan imam atau guru-guru hukum. Mereka hanya nelayan. Namun Yesus, Penasihat Ajaib, melihat sesuatu dalam orang-orang itu. Ia tahu apa yang Ia bisa buat dari mereka. Maka, Ia berkata, pada intinya, “Jika kamu menyerahkan dirimu pada-Ku, jika kamu mengikuti Aku, Aku akan membuatmu menjadi penjala-penjala manusia.”

Kita perlu mengerti bahwa penting dalam hubungan kita dengan Yesus, bukan apa kita, melainkan Dia akan buat kita menjadi apa. Nasihat ajaib-Nya melihat mereka semua yang datang pada-Nya – mereka bisa mejadi apa jika mereka berserah pada-Nya.

Contoh kedua adalah pertemuan Yesus dengan seorang kaya: “Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”

Jawab Yesus: “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!”

Lalu kata orang itu kepada-Nya: “Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.” Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya” (Markus 10:17-22).

Yesus melihat langsung kedalam hati orang muda itu. Ia mengasihinya. Ia menginginkan yang terbaik untuknya. Namun Ia harus mengatakan kebenaran kepadanya.

Orang muda itu berkata “Guru, semua perintah-perintah itu telah kuturuti sejak masa mudaku.” Menariknya, perintah jangan menginginkan tidak disebut disana. Yesus melihat hanya ada satu penghalang pada apa yang Allah miliki untuk anak muda itu, dan itu hartanya. Ia terikat oleh materi. Yesus melihat langsung kebawah
ke dalam hatinya dan berkata, “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”

Yesus tidak berkata itu kepada setiap orang, karena Ia tahu penghalang khusus dalam setiap hidup seseorang. Namun kepada orang muda ini, Ia berkata, “Uang dan harta adalah penghalangmu. Jika engkau ingin apa yang Aku tawarkan, engkau harus melepaskanya pergi.”

Jadi, jika kita memiliki masalah atau kebutuhan, ingat ada Penasihat Ajaib, Yesus. Tempat-Nya buka dua-24 jam per hari. Jangan takut pergi kepada-Nya.

Seperti kita sudah katakan, setiap gelar Yesus mengatakan sesuatu spesial dan penting mengenai Yesus Sendiri. Mari kita kembali ke Yesaya 9:5, dimana kita menemukan gelar kedua: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahu-Nya, dan nama-Nya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal, ….Raja Damai” (Yesaya 9:5).

Ada penekanan tertentu pada pemerintahan dalam nubuat di atas. Dikatakan, “Seorang anak telah lahir…seorang putera telah diberikan….;dan lambang pemerintahan ada di atas bahu-Nya.” Gelar dalam ayat ini yang khususnya menekankan karakter-Nya sebagai “Raja Damai.”

Kita harus mengerti bahwa kata “raja” dalam Kitab Suci selalu menandai seorang pemimpin. “Raja” bukan hanya gelar yang diperoleh melalui warisan keluarga. Merepresentasi seseorang pemimpin yang aktif, bertanggung jawab atas pemerintahan. Ini satu ciri yang diungkapkan disini dalam hubungan dengan Anak
ajaib yang akan datang.

Dua hal ini dalam pengalaman kita dan dalam sejarah manusia tidak pernah bisa dipisahkan satu sama lain: pertama pemerintahan yang adil dan kedua damai.

Akibat wajar ini benar mengenai individu-individu, bangsa-bangsa, dan bahkan seluruh peradaban-peradaban. Hanya jika ada pemerintahan yang adil bisa ada damai.

Kita memiliki gambaran damai yang sangat terbatas dan tidak lengkap dalam masyarakat kita masa kini. Kita pikir ada damai selama tidak ada perang terbuka. Selama bangsa-bangsa tidak berperang satu sama lain dengan persenjataan militer, kita katakan di sana ada damai, namun itu benar-benar konyol.

Kapan pun ada kepahitan, kebencian, fitnah, tuduhan atau usaha sistimatik untuk meremehkan bangsa-bangsa lain, mengalahkan mereka, dan menurunkan mereka, tidak ada damai. Kata Ibrani untuk damai, “shalom”, yang mengimplikasi jauh lebih banyak daripada itu. Akar artinya “kesempurnaan”, dan juga mengandung ide ketertiban. Damai sejati adalah ketertiban dan kesempurnaan.

Kabar baik injil adalah didirikannya pemerintahan adil Allah, yang disebut “Kerajaan-Nya” dalam Kitab Suci (lihat Matius 6:33). Banyak dari kita meleset melihat kebenaran ini. Ini kabar baik: Allah akan mendirikan kerajaanan adil-Nya melalui Yesus. Ingat kata “injil” berarti “kabar baik.”

Mari kita lihat proklamasi injil seperti diberikan dalam berbagai nas dalam Matius.

“Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”(Matius 3:1-2).

Yohanes Pembabtis yang pertama memproklamasi pesan injil. Ia berkata kerajaan Allah – pemerintahan-Nya – sudah dekat. Sedikit lebih jauh, kita membaca kata-kata pertama dalam khotbah Yesus di depan umum: “Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 4:17). “Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu” (ayat 23).

Perhatikan lagi kabar baik kerajaan – pemerintahan Allah datang ke bumi. Dan kita bisa menikmati faedah-faedah dari pemerintahan itu. Kemudian, dalam menggambarkan program-Nya yang membawa zaman ini menuju akhir, Yesus berkata, “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya” (Matius 24:14).

Semua bangsa memiliki hak untuk mendengar – sedikitnya sekali – bahwa Allah akan mendirikan kerajaan-Nya dalam Pribadi Yesus, Raja Damai. Ini satu-satunya harapan perdamaian untuk kemanusiaan.

Dalam Yesaya 57, kita memiliki janji damai Allah bagi semua, namun kita juga memiliki peringatan bahwa damai bukan untuk orang fasik. Damai bukan untuk mereka yang menolak pemerintahan adil Allah dalam Pribadi Yesus. Kita tidak bisa memiliki damai selain dari Raja Damai. Ini yang Yesaya katakan: “Aku akan menciptakan puji-pujian. Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat – firman Tuhan – Aku akan menyembuhkan dia!” (Yesaya 57:19).

Itu tawaran damai Allah. Catat juga, bahwa damai dan kesembuhan berjalan bersama sangat erat. Nas berlanjut, “Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. Tiada damai bagi orang-orang fasik itu” (Yesaya 57:20-21)

Mereka yang menolak pemerintahan adil Allah seperti laut yang tidak bisa istirahat. Laut selalu bergoncang. Tidak pernah sepenuhnya diam; tidak bisa tenang secara total. Elemen-elemen kekacauan dan gangguan selalu ada disana, dan elemen-elemen ini datang melalui penolakkan akan pemerintahan yang adil Allah dalam Pribadi Yesus.

Yesus adalah Raja Damai, satu-satunya pemerintah yang pemerintahannya bisa membawa damai bagi kemanusiaan.

Mari pertimbangkan bagaimana kebenaran ini diaplikasikan pada situasi kita masa kini. Satu dari ciri paling menyolok kondisi dunia hari ini adalah tidak adanya kepemimpinan sejati – terutama dalam alam politik, namun dalam bidang-bidang lain juga. Pertama opresi kediktatoran, atau totalitarianisme. Kedua kepemimpinan lemah tidak efektif yang tidak benar-benar memimpin melainkan hanya mengikuti kemana orang banyak ingin pergi. Itu bukan kepemimpinan.

Orang-orang diperhadapankan, karenanya, dengan dua pilihan yang tidak diharapkan. Mereka takut dengan opresi, namun mereka lelah dengan kebingungan yang dihasilkan kepemimpinan tidak efektif. Apa solusinya? Yesus satu-satunya solusi. Dan kemanusiaan sedang dipersiapkan untuk menerima solusi itu. Kemanusiaan
diperhadapkan dengan fakta bahwa harus ada pemerintah yang baik jika ingin ada damai. Kemanusiaan juga diperhadapkan dengan fakta bahwa manusia, dalam kodrat pemberontak yang belum di regenerasi, tidak bisa menawarkan pemerintahan baik sejati. Maka, jawaban Allah adalah Yesus, Raja Damai.

Namun, puji Tuhan, kita tidak perlu menunggu sampai masa depan untuk mengalami damai yang Yesus bawa. Jika kita bersedia berserah pada ketuhanan Yesus dalam hidup kita, kita bisa memiliki damai saat ini juga. Paulus berkata, “Tetapi apakah katanya? Ini: “Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.” Itulah firman iman, yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Roma 10:8-9).

Allah memiliki jawaban untuk masalah kita. Ia menawarkan kita keselamatan, kelepasan, kesembuhan, dan damai. Hanya ada dua syarat. Pertama, kita harus percaya dalam hati kita catatan Injil bahwa Allah membangkitkan Yesus dari mati. Namun percaya dalam hati kita, itu sendiri tidak cukup. Injil menuntut respons iman.

Karenanya, kita juga harus mengaku dengan mulut kita, “Yesus adalah Tuhan.”

Apa artinya mengaku Yesus sebagai Tuhan? Jawabannya dengan mengatakan, “Tuhan Yesus, saya terima pemerintahan-Mu dalam hidup saya. Saya sendiri sudah membuatnya berantakan, dan saya tidak mampu mengatur hidup saya sepenuhnya. Saya tidak memiliki damai seperti yang Engkau janjikan. Saat ini, saya membuat keputusan menjadikan Engkau Tuhan dalam hidup saya, tanpa syarat. Masuklah ke dalam hidup saya dan ambil alih seluruh kendali. Atur saya dan beri saya damai-Mu. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply