Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Senjata Penyerangan Peperangan Rohani




eBahana.com – Kita sudah membahas tentang enam perlengkapan senjata pertahanan rohani sesuai Efesus 6:14-­‐17: “berikatpinggangkan kebenaran (truth) dan berbajuzirahkan keadilan (righteousness), kakimu
berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai
iman (faith), sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan
terimalah ketopong (helmet) keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah…” kecuali pedang Roh, semua
perlengkapan penting untuk perlindungan atau pertahanan diri. Bahkan pedang tidak bisa menjangkau lebih jauh dari lengan orang yang mengayunnya. Dengan kata lain, tidak ada dalam daftar senjata pertahanan rohani yang memberi kemampuan untuk menghadapi benteng-­benteng Satan seperti digambarkan Paulus dalam 2 Korintus 10:4 dan 5, di mana ia berbicara tentang kewajiban kita untuk merobohkan benteng-­benteng Satan.

Sekarang kita melangkah dari senjata pertahanan rohani ke senjata penyerangan rohani. Kita akan membahas senjata penyerangan rohani yang memampukan kita untuk menyerang dan merobohkan benteng-­benteng Satan. Penting kita melihat kewajiban kita mengambil sikap menyerang, untuk keluar dan secara aktif menyerang kerajaan Satan. Sesuai fakta sejarah bahwa tidak ada pasukan tentara selamanya bisa memenangkan peperangan dengan sikap bertahan. Dalam peperangan, pasukan tentara yang maju menyerang menang.

Kita tidak akan pernah memenangkan sebuah peperangan dengan mundur atau bahkan hanya bertahan. Selama Satan menahan gereja dalam posisi bertahan, kerajaan Satan tidak akan pernah dijatuhkan. Karena itu, kita memiliki kewajiban mutlak untuk bergerak keluar dari posisi bertahan hanya melindungi diri sendiri, ke posisi menyerang.

Ketika Yesus mengungkapkan rencana-­Nya bagi gereja, Ia membayangkan gereja-­Nya akan menyerang
benteng-­benteng Satan. Pertama kali kata “gereja” digunakan dalam Perjanjian Baru adalah dalam Matius 16:18, Yesus disini berbicara kepada Petrus, “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di
atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-­Ku dan alam maut tidak menguasainya.”

Alternatif pembacaan ayat ini adalah “seluruh gerbang neraka tidak ada yang terlalu kuat menghadapinya.”
Kata untuk neraka dalam bahasa Yunani adalah hades. Akar arti dari kata hades adalah “tidak kelihatan.” Jadi
hades atau neraka adalah dunia kerajaan Satan yang tidak kelihatan.

Yesus menggambarkan gereja-­Nya dalam dua aktivitas: membangun dan bertempur. Ini harus selalu berjalan
bersamaan. Tidak ada gunanya bertempur kalau tidak membangun. Sebaliknya, kita tidak dapat membangun
jika kita tidak bertempur. Maka kita harus selalu berpikir dalam kerangka membangun gereja dan bertempur melawan kekuatan-­kekuatan Satan.

Yesus menggambarkan gereja menyerang gerbang Satan. Yesus berjanji bahwa gerbang Satan tidak akan
bertahan melawan gereja dan Satan tidak bisa menyingkirkan gereja. Bukan gereja mencoba menyingkirkan Satan; melainkan Satan gagal menyingkirkan gereja. Yesus berjanji kepada kita bahwa jika kita taat kepada-­Nya sebagai pemimpin tertinggi, kita akan mampu keluar, menggempur tempat perlindungan Satan, dan merebut barang rampasannya. Itu tugas gereja dan sangat penting kita menyerang, bukan bertahan.

Kata “gerbang” memiliki arti yang penting dalam Kitab Suci. Pertama, gerbang adalah tempat dewan
penasihat dan pemerintahan.

Untuk melanjutkan tema gereja menyerang gerbang Satan-dasar ayat suci untuk melakukan itu ada dalam
Kolose 2:15 yang menggambarkan apa yang Allah sudah kerjakan melalui kematian Kristus di kayu salib
menggantikan kita. “Ia (Yesus Kristus) telah melucuti pemerintah-­pemerintah dan penguasa-­penguasa….”

Pemerintah-­pemerintah dan penguasa-­penguasa adalah pasukan spiritual Satan yang disebut dalam Efesus 6:12. Melalui salib, Allah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-­penguasa itu. Apakah kita pernah berpikir bahwa Satan sudah tidak memiliki perlengkapan senjata? Karena ia sudah dilucuti dari senjata-senjatanya. Allah, melalui salib, melucuti pemerintah-­pemerintah dan penguasa-­penguasa kerajaan Satan. Lalu dikatakan “Ia (Yesus) menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-­Nya atas mereka (Kolose 2:15).

Jadi Allah melalui salib sudah melucuti kerajaan Satan, Ia menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-­Nya atas mereka di kayu salib.

Kemenangan bukan semata-­mata hanya memenangkan kemenangan, melainkan merayakan kemenangan yang sesungguhnya sudah dimenangkan. Demonstrasi publik yang menyatakan kemenangan sudah dimenangkan.

Pada kayu salib, Yesus tidak memenangkan kemenangan untuk diri-­Nya Sendiri. Dia tidak membutuhkan itu. Dia selalu memiliki kemenangan. Sebagai wakil kita, Ia memenangkan kemenangan mewakili kita. Maka kemenangan-­Nya menjadi kemenangan kita. 2 Korintus 2:14 mendeklarasikan “Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan ‘kemenangan-­Nya.’ Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-­mana.”

“Selalu” dan “di mana-­‐mana” kita merepresentasikan kemenangan Kristus. Allah mendemonstrasikan secara
umum, kemenangan yang Kristus sudah menangkan melalui kita. Itu adalah kemenangan atas pemerintah-­pemerintah dan penguasa-­‐penguasa atau penghulu-­penghulu dan kekuatan-­kekuatan dibawah Satan. Ini
kemenangan yang di kerjakan melalui kita.

Ini amanat agung terakhir yang Yesus berikan kepada murid-­murid-­Nya dalam Matius 28:18-­19, “Kepada-­Ku
telah di berikan segala kuasa di sorga dan di bumi. (Jika Yesus memiliki semua otoritas, berarti tidak ada lagi yang memiliki, kecuali Ia yang memberi dan menyerahkannya kepada umat-­Nya) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-­Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus…”

Yesus berkata, “Semua otoritas sudah diberikan kepada-­Ku.” “Karena itu pergilah…” Apa arti “karena itu”? Ini artinya “pergilah dan lakukan atau praktikkan, mewakili Aku, otoritas yang Aku sudah menangkan.” Tugas kita mengelola kemenangan, mendemonstrasikan kemenangan dan melakukan otoritas yang Yesus sudah menangkan bagi kita. Otoritas hanya menjadi efektif ketika di dipraktikkan. Jika kita tidak mempraktikkan otoritas yang Ia sudah berikan kepada kita, maka tidak akan menjadi efektif.

Dunia hanya bisa melihat kemenangan Yesus ketika kita mendemonstrasikannya. Kristus sudah memenangkan kemenangan tetapi tugas kita untuk mendemonstrasikan kemenangan-­Nya atas Satan dan
kerajaannya, yang Yesus sudah menangkan dan ini hanya bisa kita lakukan ketika kita melangkah dari sikap bertahan menjadi sikap menyerang.

Agar kita bisa menyerbu dan merobohkan benteng-­benteng Satan, Allah sudah menyediakan bagi kita senjata-senjata rohani yang diperlukan. 2 Korintus 10:4 berkata “karena senjata kami dalam perjuangan
bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk
meruntuhkan benteng-­‐benteng.” Dengan kata lain, Allah sudah menyediakan bagi kita senjata-­senjata rohani. Kitab Suci mengungkapkan empat senjata penyerangan rohani yaitu, Doa, pujian, khotbah (pengajaran) dan kesaksian.

Doa lebih dari sebuah senjata. Ada banyak aspek mengenai doa, salah satunya, doa adalah senjata peperangan rohani-dari semua senjata, doa adalah senjata rohani paling ampuh yang Allah sudah sediakan bagi kita.

Dalam Efesus 6:18, setelah Paulus memberi daftar enam perlengkapan senjata pertahanan rohani, ia berkata “dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-­jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-­putusnya untuk segala orang Kudus.”

Pada titik itulah ia berpindah dari posisi bertahan menjadi posisi menyerang. Bukan kebetulan bahwa itu
ditulis langsung sesudah daftar perlengkapan senjata pertahanan rohani. Ia menyebut disitu dari semua
senjata penyerang rohani yang paling kuat adalah doa. Tidak ada batas waktu atau jarak dalam doa. Dengannya, kita bisa menyerbu benteng-­benteng Satan di mana saja, bahkan di udara (heavenlies).

Janji-­janji Firman Tuhan bukan pengganti doa. Janji-­janji Firman Tuhan menghidupkan doa dan di butuhkan
doa-­doa kita untuk membuat janji-­janji Firman Tuhan efektif dalam roh kita. Juga dibutuhkan doa kita untuk
melepaskan intervensi malaikat-­malaikat mewakili kita.

Kitab Suci berkata bahwa malaikat-­malaikat adalah roh-­roh yang melayani, dikirim untuk kepentingan dan
keperluan kita. Namun mereka tidak akan datang sampai kita berdoa. Dengan doa, kita melepaskan campur tangan malaikat-­malaikat, yang adalah jawaban Allah. Camkan di pikiran bahwa doa menembus kerajaan Satan di udara (heavenlies) dan melepaskan campur tangan ilahi malaikat.

Senjata penyerang rohani selanjutnya adalah pujian. Dalam beberapa hal, kita bisa memandang pujian sebagai satu jenis doa.

Dalam Alkitab, pujian sering dihubungkan dengan takjub atau takut akan Allah. Pujian mengundang campur tangan supernatural Allah.

Mazmur 8:3 berkata “Dari mulut bayi-­bayi dan anak-­anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan
karena lawan-­Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.”

melihat disini bahwa Allah sudah menyediakan kekuatan bagi umat-­Nya untuk melawan musuh. Dua
kata digunakan untuk musuh. Pertama, “musuh atau lawan” dalam bentuk jamak. Ini berarti kerajaan Satan
secara umum. Ini adalah penguasa-­penguasa, penghulu-­penghulu, pemerintah-­pemerintah dan roh-­roh jahat dalam Efesus 6:12. Kata kedua adalah “musuh” dalam bentuk tunggal, mengacu kepada Satan sendiri.

Allah sudah menyediakan kekuatan bagi umat-­Nya untuk menghadapi seluruh kerajaan Satan ini. Kodrat
kekuatan yang Allah sediakan diungkapkan lebih lengkap dalam Matius 21:15-­‐16. Yesus sedang berada di Bait Allah melakukan mujizat dan anak-­anak kecil berlarian berseru “hosana,” pemimpin-­pemimpin agama minta Yesus menenangkan anak-­anak itu.

“Tetapi ketika imam-­imam kepala dan ahli-­ahli Taurat melihat mukjizat-­mukjizat yang dibuat-­Nya itu dan anak-­anak yang berseru dalam Bait Allah: “Hosana bagi Anak Daud!” hati mereka sangat jengkel, lalu mereka
berkata kepada-­Nya: “Engkau dengar apa yang dikatakan anak-­‐anak ini?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-­bayi dan anak-­anak yang menyusu Engkau telah
menyediakan puji-­pujian?”

Yesus menjawab mereka dengan mengutip Mazmur 8:3, namun Ia merubah kutipannya sedikit. Ia memberi
kita komentarnya. Pemazmur berkata, “Dari mulut bayi-­‐bayi dan anak-­‐anak yang menyusu telah Kau
letakkan dasar kekuatan.” Tetapi Yesus berkata, “…Engkau telah menyediakan puji-­‐pujian.” Jadi ini
mengungkapkan bahwa kekuatan umat Allah adalah pujian. Pujian adalah sumber kekuatan besar kita.

Perhatikan hal-­‐hal lain mengenai pewahyuan ini. Pertama, dalam kedua ayat dikatakan, “Dari mulut.” Mulut adalah saluran utama untuk melepaskan senjata-­senjata rohani kita melawan kerajaan Satan. Kedua, berbicara tentang “bayi-­bayi dan anak-­anak yang menyusu.” Ini berarti mereka yang tidak memiliki kekuatan alamiah mereka sendiri, dan harus bergantung pada kekuatan Allah.

Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-­Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil (Matius 11:25)

Ia berbicara mengenai murid-­murid-­Nya. “Bayi-­bayi” tidak berarti mereka yang baru lahir secara alamiah,
melainkan mereka yang tidak memiliki kekuatan alamiah mereka sendiri dan harus bergantung secara total pada kekuatan Allah.

Tujuan menggunakan pujian sebagai senjata adalah untuk membungkam Satan. Ini sejalan dengan Wahyu
12:10. Suatu penglihatan yang akan digenapi, dan menginformasikan banyak kepada kita mengenai
aktivitas Satan saat ini.

Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-­Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-­saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita…”

Ini mengatakan pada kita bahwa aktivitas utama Satan dan senjata utamanya melawan kita adalah dakwaan
(tuduhan). Ia menuduh kita terus menerus dihadapan Allah, siang dan malam. Jika Satan sibuk siang dan
malam, kita tidak mampu hanya sibuk di siang hari. Kita harus menghadapi dia siang dan malam.

Satan menuduh kita agar membuat kita merasa bersalah. Ini senjata utamanya melawan kita.

Kenapa Allah tidak membungkam Satan? Jawabannya sederhana, karena Allah sudah memberi kita cara-­cara
untuk membungkam Satan dan Dia tidak akan melakukannya buat kita. Cara-­cara melakukannya adalah melalui pujian “Dari mulut bayi-­bayi dan anak-­anak yang menyusu.”. Pujian naik ke langit-­langit (heavenlies) mencapai takhta Allah, membungkam tuduhan Satan melawan kita.

Wahyu 16:13-­14 adalah nubuatan akhir zaman. Ada prinsip yang penting di dalamnya. Yohanes berkata “Dan aku melihat dari mulut naga dan dari mulut binatang dan dari mulut nabi palsu itu keluar tiga roh najis yang menyerupai katak.

Itulah roh-­roh setan yang mengadakan perbuatan-­perbuatan ajaib, dan mereka pergi mendapatkan raja-­‐
raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang
Mahakuasa.”

Intinya disini roh-­roh kenajisan setan juga bekerja melalui mulut. Dan pujian yang keluar dari mulut umat
Allah membungkam Satan. Pasukan-­pasukan spiritual Satan dilepaskan melalui mulut mereka yang berada di
pihak Satan. Dari mulut naga, dan dari mulut binatang, dan dari mulut nabi palsu keluar roh najis. Dalam
beberapa hal, ini mengindikasikan bahwa pihak yang menggunakan mulutnya paling efektif akan memenangkan peperangan rohani ini. Jika kita tidak belajar menggunakan mulut kita, kita tidak bisa
memenangkan peperangan rohani.

Roh-­roh najis diperumpamakan dengan katak. Propaganda sering menjadi instrumen setan untuk mempromosikan ideologi-­ideologi palsu, tujuan-­tujuan politik palsu atau pemimpin-­pemimpin palsu dan jahat. Salah satu cara terbaik untuk menghadapi kekuatan-­kekuatan ini adalah dengan pujian yang keluar dari
mulut umat Allah.

Contoh lain dari kuasa pujian adalah dalam Mazmur 149:6-­9 “Biarlah pujian pengagungan Allah ada dalam
kerongkongan mereka, dan pedang bermata dua di tangan mereka, untuk melakukan pembalasan terhadap bangsa-­bangsa, penyiksaan-­penyiksaan terhadap suku-­suku bangsa, untuk membelenggu raja-­raja mereka dengan rantai, dan orang-­orang mereka yang mulia dengan tali-­tali besi, untuk melaksanakan terhadap mereka hukuman seperti yang tertulis. Itulah semarak bagi semua orang yang dikasihi-­Nya. Haleluya!

Ini berbicara tentang hal yang semua orang-­orang kudus Allah bisa lakukan melalui pujian. Akan tetapi,
pujian itu disertai dengan pedang bermata dua, yang adalah Firman Allah. Dengan kata lain, Firman Allah
dan pujian harus berjalan berdampingan. Dikombinasikan dengan Firman Allah, pujian menjadi sebuah instrumen penghakiman atas raja-­raja dan bangsa-­bangsa. Raja-­raja dan bangsawan-­bangsawan yang di maksud adalah pangeran-­pangeran malaikat Satan dan raja-­raja dari dunia yang tidak kelihatan di alam spiritual. Bagi kita, umat percaya Allah, kita mendapat otoritas menjalankan hukuman tertulis atas mereka. Dengan kata lain, kita menjalankan penghukuman atas mereka sesuai diungkapkan Allah kepada kita, dan hak istimewa ini diberikan kepada semua orang-­orang kudus Allah.

Dalam 1 Korintus 6:2-­‐3, Paulus berkata kepada orang-­orang Kristen, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-­orang kudus akan menghakimi dunia?

Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-­malaikat?.”

Kita memiliki otoritas sesuai komitmen Allah kepada kita, melalui Firman Tuhan dan melalui senjata rohani
pujian, untuk melaksanakan penghukuman Allah atas malaikat-­malaikat, pemerintah-­pemerintah, raja-­raja,
suku-­suku bangsa. Itu berarti kuasa dan otoritas yang besar.

Senjata penyerang rohani ini berhubungan secara spesifik dengan Firman Allah. Satu-­satunya dan secara
eksklusif hanya dengan pemberitaan Firman Allah. Ini tidak berlaku dengan pemberitaan-­‐pemberitaan lain
seperti filsafat manusia, ideologi politik atau bahkan teologi yang rumit dan terperinci.

Perintah Paulus kepada Timotius dalam 2 Timotius 4:1-­4 “Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan
menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-­sungguh kepadamu demi
penyataan-­Nya dan demi Kerajaan-­‐Nya:

Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan
nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.

Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-­guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.

Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.

Pertama, pentingnya perintah itu. Diberikan di hadapan Allah dan Kristus Yesus, berdasarkan fakta bahwa Kristus akan menghakimi orang yang hidup dan orang yang mati dihadapan-­Nya dan di dalam kerajaan-­Nya. Salah satu perintah penting yang pernah diberikan kepada seorang hamba Allah.

Kedua, perintahnya itu adalah untuk memberitakan Firman. Dengan implikasi, ada tanggung jawab dari
pengkhotbah atas apa yang ia khotbahkan. Karena Yesus akan menghakimi orang yang mati dan orang yang
hidup, mengindikasikan pengkhotbah harus mempertanggungjawabkan kepada Tuhan berita dan pengajaran apa yang ia khotbahkan.

Suatu peringatan untuk tidak mengakomodasi keinginan-­keinginan dari pemberontak-­pemberontak yang menyenangkan dirinya sendiri, yang tidak mau mendengarkan kebenaran dan mencari pengkhotbah-­pengkhotbah yang memberitakan hal-­hal yang mereka ingin dengarkan. Ada peringatan bahwa tidak semua
akan menerima kebenaran. Namun demikian, meskipun ada perlawanan dan kritik, perintahnya itu adalah untuk tetap memberitakan Firman Allah.

Kitab Suci memiliki banyak yang harus dikatakan mengenai efektivitas Firman Allah. Dalam Yesaya 55:22,
Allah berkata “demikianlah firman-­‐Ku yang keluar dari mulut-­Ku: ia tidak akan kembali kepada-­Ku dengan sia-­sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.”

Dalam Yeremia 23:29, Allah berkata “Bukankah firman-­Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?”

Dalam Ibrani 4:12, dikatakan “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata
dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-­sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.”

Ada kuasa besar dalam Firman Allah yang diberitakan. Hasil-­hasilnya dijamin. Tidak akan kembali dengan sia-­sia. Akan melaksanakan apa yang Allah kehendaki. Seperti palu yang menghancurkan bukit batu yang
menentang tujuan-­tujuan Allah. Seperti pedang tajam yang menusuk amat dalam memisahkan jiwa dan roh
dan sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

Kita perlu membedakan antara kesaksian dengan khotbah. Khotbah adalah mempresentasikan langsung
kebenaran-­kebenaran Firman Allah. Tetapi kesaksian adalah “menyaksikan” atau “menjadi seorang saksi.” Kesaksian adalah berbicara dari pengalaman pribadi mengenai kejadian-­kejadian yang berhubungan dengan Firman Allah dan konfirmasi atas kebenaran Firman Allah.

Jadi kesaksian dan khotbah keduanya berhubungan dengan Firman Allah, namun pendekatannya dari sudut yang berbeda.

Kesaksian adalah dasar strategi Yesus menjangkau seluruh dunia dengan Injil. Ia menyingkap strategi ini
dalam kata-­kata penutup-­Nya di bumi sementara Ia berdiri diatas Bukit Zaitun dengan murid-­murid-­Nya,
sebelum meninggalkan mereka, seperti tertulis dalam Kisah Para Rasul 1:8 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-­Ku di Yerusalem dan di seluruh
Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”

Perhatikan, pertama, agar menjadi saksi-­saksi yang efektif bagi Yesus, kita butuh kuasa supernatural. Kesaksian kita adalah supernatural. Perlu di dukung dan diperkuat dengan kuasa supernatural, kuasa Roh
Kudus. Yesus tidak mengijinkan murid-­murid-­Nya untuk pergi dan mulai bersaksi sampai mereka
dianugerahi dengan kuasa pada hari Pentakosta.

Kedua, Yesus tidak berkata, “engkau akan bersaksi,” seperti banyak dikatakan orang-­‐orang agamawi saat
ini. Ia katakan, ” Engkau akan menjadi saksi-­saksi…” Dengan kata lain, bukan hanya kata-­kata yang kita
ucapkan atau traktat-­traktat yang kita sebarkan, tetapi seluruh hidup kita menjadi saksi bagi Yesus dan
kebenaran Injil.

Ketiga, Yesus membayangkan sebuah lingkaran yang bertambah terus menerus. Ia berkata mulai dari di
mana kamu berada di Yerusalem. Pergi dan katakan pada orang-­orang. Biarlah mereka percaya dan biarlah
mereka dipenuhi dengan Roh Kudus. Lalu biarlah mereka pergi dan mengatakan kepada orang-­orang lain. Sebaliknya, biarlah mereka percaya, dipenuhi dengan Roh Kudus, dan pergi dan mengatakan kepada orang-orang lain lagi. Ia katakan akan di mulai di Yerusalem, pindah ke Yudea, lalu Samaria dan tidak berhenti sampai mencapai bagian terjauh dari bumi.

Itu kata-­kata terakhir yang Yesus katakan di bumi. Pikiran-Nya dan hati-­Nya adalah di bagian terjauh bumi. Ia tidak akan puas sampai itu sudah dijangkau. Strategi dasar-­Nya untuk menjangkaunya adalah agar seluruh umat Allah menjadi saksi-­saksi, bersaksi kepada dan memenangkan orang-­orang lain. Mereka itu, sebaliknya akan bersaksi dan menang sampai, seperti riak ombak kecil yang membesar dari batu-­batu yang di buang kedalam sebuah kolam, mereka menjangkau bagian terjauh dari bumi.

Alkitab mengindikasikan bahwa senjata rohani yang sama (kesaksian) pada akhirnya akan merobohkan benteng-­benteng kerajaan Satan di udara (heavenlies). Ini bisa dilihat dalam pra pertunjukan nubuatan-profetik-dalam Wahyu 12:7-11. Ayat-­ayat ini menggambarkan sebuah konflik besar yang akan menjangkau surga dan bumi pada akhir zaman antara malaikat-­malaikat dan manusia.

“Maka timbullah peperangan di sorga. (Itu masih akan terjadi di masa depan). Mikhael dan malaikat-­malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-­malaikatnya, tetapi mereka tidak
dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat di sorga.”

Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan
kebawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-­sama dengan malaikat-­malaikatnya.

Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: “sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-­Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-­saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.

“Pendakwa saudara-­saudara” adalah Satan. Ini menggambarkan bagaimana dia sudah dibuang dari kerajaannya di udara (heavenlies). Lalu menggambarkan bagaimana orang-­orang percaya mengalahkan Satan. Perhatikan sebuah konflik langsung pribadi lawan pribadi.

Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka
tidak mengasihi nyawa mereka sampai kedalam maut.”

Senjata rohani utama mereka adalah “kesaksian.” Kesaksian mereka yang pada akhirnya menggoyahkan
seluruh kerajaan Satan. Kesaksian mereka berpusat pada dua hal, “Firman Allah” dan “darah Yesus.” Kesaksian mereka melepaskan kuasa yang berada dalam Firman dan darah.

Kita bisa mengaplikasikan ini dengan cara yang sederhana, praktikal pada hidup kita sendiri. Kita mengalahkan Satan ketika kita bersaksi secara pribadi apa yang Firman Allah katakan darah Yesus lakukan
bagi kita. Kita bisa melihat pentingnya kesaksian pribadi tentang Firman dan darah.

Agar bisa bersaksi secara efektif apa yang Firman Allah katakan tentang darah Yesus, kita harus mengerti apa
yang Firman Allah katakan pada kita tentang darah Yesus. Ada lima hal penting yang diungkapkan dalam
Firman Tuhan yang kita terima melalui darah Yesus.

Pertama, kita membaca dalam Efesus 1:7, “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-­Nya kita beroleh penebusan,
yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-­Nya…”

Ini mengatakan kepada kita dua hal yang disediakan bagi kita melalui darah Yesus. Pertama adalah penebusan-kita ditebus. Kedua adalah pengampunan-kita diampuni-seperti ditunjukkan dalam 1 Yohanes
1:7 “Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh
persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-­Nya itu, menyucikan kita dari pada segala
dosa.”

Ketiga, darah Yesus menyucikan kita terus menerus. Melalui darah, tersedia bagi kita penyucian spiritual
terus menerus. Roma 5:9 mengatakan “Lebih-­lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-­Nya,
kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.”

Keempat, kita dijustifikasi. Itu berarti kita dibenarkan. Deskripsi terbaik mengenai “justifikasi” seolah-­olah kita tidak pernah “berdosa” karena kita sudah dibenarkan dengan kebenaran yang tidak mengenal dosa, yang
adalah kebenaran Kristus.

Ibrani 13:12 mendeklarasikan “Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-­Nya dengan darah-­Nya sendiri.”

Kelima, Alkitab mengatakan pada kita bahwa kita bisa dikuduskan melalui darah Yesus. “Menguduskan”
berarti membuat kudus atau memisahkan kita bagi Allah.

Ini lima hal besar yang disediakan melalui darah Yesus sesuai yang diungkapkan oleh Firman Allah.
Pertama, kita ditebus;
Kedua, kita diampuni;
Ketiga, kita disucikan dari dosa;
Keempat, kita di justifikasi (dibenarkan);
Kelima, kita di kuduskan (dibuat kudus).

Persediaan ini hanya menjadi efektif sepenuhnya dalam hidup kita ketika kita bersaksi kepada mereka secara pribadi. Kita harus cukup tegas menyatakan keyakinan kita. Lima hal itu menjadi efektif milik kita, ketika kita bersaksi kepada mereka secara pribadi.

Dengan bersaksi kepada mereka secara pribadi, kita mengalahkan Satan “dengan darah Anak Domba dan
oleh perkataan kesaksian kita.”

Untuk menjadi efektif dalam peperangan rohani, kita harus terus menerus menyerang dengan senjata-­senjata yang Allah telah sediakan bagi kita. Tidak cukup hanya mempertahankan diri kita dan menunggu Tuhan
membebaskan kita. Kita adalah pasukan tentara penakluk. Bangsa-­bangsa di dunia sudah siap ditaklukkan dengan Injil Kerajaan Allah.

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply