Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Karunia-Karunia Roh Kudus – Bagian 4




eBahana.com – Kata “pelayanan” adalah satu dari kata-kata agamawi yang gagal menyampaikan arti lengkapnya. Ada banyak kata berbeda dalam Perjanjian Baru untuk “pelayan.” Satu  darinya “diaken,” yang berarti “pelayan.” Banyak gereja akan mengalami transformasi total jika mereka menyebut dewan diakennya “dewan pelayan.” Satu titel jabatan itu akan mentransformasi sikap orang-orang, khususnya para diaken.

Tujuan karunia-karunia adalah untuk membangun dan mendewasakan Tubuh Kristus dalam Gereja-Nya. Dan lima pelayanan esensial adalah rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala-gembala, dan pengajar-pengajar. Pelayanan-pelayanan ini punya empat fungsi utama seperti di definisikan oleh Paulus. Pertama, memperlengkapi orang-orang percaya untuk melakukan pekerjaan mereka. Kedua, membangun Tubuh Kristus. Ketiga, membawa mereka semua kedalam kesatuan. Keempat menghasilkan kedewasaan dan kelengkapan (Efesus 4:15-
16).

“Dan Dia Sendiri yang memberikan baik [rasul-rasul] maupun [nabi-nabi], baik [pemberita-pemberita] Injil mau pun [gembala-gembala] dan [pengajar-pengajar]” (Efesus 4:11).

“Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam jemaat: pertama sebagai [rasul], kedua sebagai [nabi], ketiga sebagai [pengajar]” (1 Korintus 12:28).

“Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan…..Jika karunia itu adalah untuk [bernubuat] baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita….jika karunia untuk [mengajar], baiklah kita mengajar” (Roma 12:6-7).

Dari lima pelayanan ini dua pertama yang terutama, rasul dan nabi. Misteri rencana Allah yang sedang berlangsung untuk Gereja diungkapkan melalui rasul-rasul dan nabi-nabi.

Kita bisa menganalogikan rasul-rasul sebagai arsitek. Arsitek harus tahu semua yang perlu diketahui mengenai setiap tahap dari bangunan dari fondasi sampai atap. Mereka, sesuai profesi, latihan dan praktiknya, bertanggung jawab untuk setiap aspek dari proyek. Di alam natural itu arsitek. Di alam spiritual, rasul. Rasul-rasul meletakkan fondasi untuk gereja dan saluran pewahyuan kepada gereja (Efesus 2:20; 3:4-5).

Rasul secara harfiah “seorang yang diutus.” Jika kita belum pernah di utus, kita tidak bisa menjadi rasul. Tidak ada rasul yang pernah mengutus dirinya sendiri. Ada banyak orang yang pergi keliling mengangkat diri mereka sendiri sebagai rasul, namun mereka tidak memenuhi persyaratan alkitabiah. Seorang rasul diutus dan bertanggung jawab kepada yang mengutusnya.

Dalam Kitab Wahyu pohon zaitun muncul sebagai simbol, dan secara spesifik di interpretasi sebagai “nabi” (Wahyu 11). Pelayanan nabi seperti pohon zaitun yang menyediakan minyak baru
pewahyuan pada kaki-kaki dian, yang adalah Gereja, secara terus menerus, agar pelita pada kaki-kaki dian bisa selalu menyala jelasdan terang.

Nabi seseorang yang menyampaikan pesan. Pesan diterima langsung melalui pewahyuan dari Allah untuk waktu, tempat, situasi atau kelompok orang spesifik. Itu yang membuatnya berbeda dengan pengkhotbah yang mengungkapkan kebenaran-kebenaran umum Firman Allah. Nabi memiliki pesan spesifik.

Yunus, sebagai contoh, lebih dari pengkhotbah. Yunus bisa memasuki Niniwe dan berkata, “Jika engkau terus hidup dengan caramu, Allah akan menghakimi engkau.” Itu benar. Namun ia menyampaikan pewahyuan spesifik. Ia berkata, “Penghakiman datang dalam empat puluh hari.” Itu yang membuatnya nabi.

Kata “evangelis” berasal dari kata Yunani yang berarti “Kabar Baik.” Evangelis memiliki tugas spesifik mengabarkan “Kabar Baik.” Ini orang-orang yang bergerak (mobile). Mereka tidak pernah bisa tinggal lama di satu tempat dimana saja, karena mereka selalu berpikir mengenai orang-orang yang belum pernah mendengar Injil.

Paulus melakukan pekerjaan sebagai evangelis dalam pelayanannya, sekaligus sebagai rasul. Pelayanan apostolik-nya termasuk menjadi evangelis. Kita melihat objek tertinggi evangelis memperkenalkan orang-orang berdosa kepada Juru Selamat dan membawa mereka kedalam keselamatan dan kedalam baptisan air. Setelah memperkenalkan, ia tidak tinggal untuk memperdalam hubungan dengan mereka yang diselamatkan. Melainkan ia melanjutkan mencari orang-orang lain yang belum pernah mengenal Injil.

Pendeta adalah gembala dari domba-domba. Kata Yunani yang digunakan “poimen,” dan secara reguler diterjemahkan “gembala.” Hanya di satu tempat diterjemahkan “pendeta” dan itu dalam Efesus 4:11, namun banyak orang tidak menyadari ketika mereka membaca daftar itu bahwa kata sebenarnya “gembala.”

Dalam Kitab Suci penatua adalah pengawas, dan tugas mereka menggembalakan gereja, yang adalah domba-domba. Mereka pemimpin-pemimpin gereja lokal yang diakui. Tidak ada seorang pun di atas mereka dalam gereja lokal. Jika ada, maka perlakuan Paulus memanggil penatua dan memberi mereka instruksiinstruksinya sudah pasti sangat tidak etikal. Tidak ada gembala lain di atas mereka yang diabaikan. Orang-orang ini, secara kolektif, gembala atau pendeta. Mereka penatua, pengawas atau uskup.

Pengajar adalah seseorang yang mengungkapkan doktrin kepada umat Allah. Orang dengan karunia pelayanan ini secara esensial interpreter Kitab Suci.

Ada dua tingkat pengajaran. Ada pelayanan kepada seluruh Gereja Yesus Kristus, Gereja Universal, dan ada pelayanan secara spesifik kepada jemaat lokal.

Pengajar yang merangkap pendeta untuk seluruh Tubuh memiliki pelayanan publik mirip evangelis atau rasul. Berpindah-pindah gereja dan terjadi dalam skala besar. Namun dalam gereja lokal ada yang bertanggung jawab untuk mengajar dengan skala kecil pada individu-individu dan kelompok-kelompok kecil.

Aspek pengajaran ini sama dengan evangelis. Paulus menulis, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan” (1 Korintus 3:6). Petani itu memberi kita contoh
bagus. Penanaman benih Firman Allah melalui penginjilan.

Namun benih tidak akan pernah tumbuh dan berbuah tanpa di siram air. Maka pelayanan selanjutnya adalah menyirami dan itu pelayanan Apolos, pengajar.

Karunia-karunia pelayanan ini adalah karunia-karunia kenaikan Kristus, karunia-karunia yang Ia berikan pada Tubuh-Nya setelah Ia naik ke surga. Langkah pertama yang Ia lakukan menyediakan kepemimpinan bagi umat-Nya melalui penganugerahan karuniakarunia. Itu dasar absolut, karena umat tanpa pemimpin adalah umat yang terkalahkan. Domba tanpa gembala tercerai berai. Mereka menjadi mangsa binatang liar.

Poin-poin berikut sangat penting untuk dimengerti: Karunia-karunia ini adalah pribadi-pribadi. Allah memberi rasul-rasul sebagai karunia. Ia memberi nabi-nabi sebagai karunia. Ia memberi evangelis-evangelis sebagai karunia. Ia memberi pendeta atau gembala sebagai karunia. Dan Ia memberi pengajar-pengajar sebagai karunia. Lihat lagi dalam Efesus 4:7: “Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut pemberian Kristus.” Kata “karunia” dalam ayat ini berbeda dengan kata “karunia” yang kita sudah pelajari. Kata Yunani untuk karunia ini “dorea.”

Kata “dorea” biasanya digunakan dalam Perjanjian Baru untuk karunia Pribadi ilahi. Ada dua karunia seperti itu. Satu Yesus dan satunya Roh Kudus. Karunia “pribadi” adalah ukuran karunia Pribadi Yesus.

Yesus contoh sempurna dari karunia-karunia ini. Ia rasul sempurna, nabi sempurna, evangelis sempurna, gembala sempurna, pengajar sempurna.

Apa yang bisa dicapai seseorang dalam pelayanannya, tergantung sebanyak apa Yesus mengimpartasi orang itu. Jika pelayanan kita berada dalam satu dari katagori-katagori ini, Yesus dalam kitalah yang melaksanakan pelayanan-Nya sebagai gembala, sebagai pengajar, evangelis, nabi atau rasul.

Karunia-karunia pelayanan ini berbeda dari karunia-karunia Roh Kudus. Karunia-karunia Roh contoh-contoh dimana Roh Kudus memanifestasi diri-Nya Sendiri dalam orang percaya. Hanya
sebentar dan sementara. Datang dan pergi. Namun karunia-karunia pelayanan adalah karunia-karunia kehidupan. Apa yang mengkualifikasi kita menjadi pendeta? Bukan fakta bahwa kita sudah sekolah di STT atau seminari. Fakta bahwa Yesus sebagai Pendeta dan Gembala memberi diri-Nya Sendiri pada umat-Nya di dalam kita. Begitupula untuk evangelis dan karunia-karunia pelayanan yang lain.

Karunia-karunia ini berdaulat; tidak bergantung pada pilihan manusia. Sebagai contoh, kita tidak mempekerjakan pendeta, (Allah melarang). Jika kita mempekerjakan pendeta, kita memiliki orang sewaan. Allah memilih pendeta. Apa yang kita bisa lakukan adalah mengetahui pilihan Allah. Pilihannya bukan milik kita, karena Gereja di perintah dari atas. Gereja bukan sebuah demokrasi; Kepala dari segala sesuatu adalah Yesus, dan Ia mengoperasikan kebawah. Tingkat pertama operasi-Nya adalah lima pelayanan utama, yang tanpanya Gereja tidak akan bisa berfungsi dengan cara yang diintensikan untuknya berfungsi.

Pikiran kita dalam memperkatakan karunia-karunia, sudah terdistorsi oleh tradisi dan penyalahgunaan kata-kata. Banyak gereja menyambut evangelis, sebagai contoh, namun banyak dari gerejagereja yang sama tidak menerima rasul-rasul. Menarik dalam hal itu bahwa hanya satu orang dalam Perjanjian Baru disebut evangelis. Itu Filipus (Kisah Para Rasul 21:8). Bisa dihitung hanya 28 orang disebut rasul, 14 sebelum Pentakosta dan 14 setelah Pentakosta. Seperti kita sudah catat sebelumnya, Allah sudah “mengatur” (1 Korintus 12:28) dalam gereja, yang mengarahkan kita bertanya: Siapa yang memiliki otoritas untuk menyingkirkan yang sudah “diatur”?

Selanjutnya ada karunia-karunia “lain” yang tipikal dan signifikan dalam menggambarkan apa yang beroperasi dalam Gereja mulamula. Dalam suratnya kepada orang-orang Romawi dan Korintus, Paulus mendaftar sembilan karunia. Petrus, dalam suratnya pertama, memberi dua tambahan. Sebelas karunia ini bukan daftar yang sudah selesai; diberikan dalam Kitab Suci sebagai contoh pekerjaan Roh Kudus. Sementara kita mempelajari, pikirkan mengenai setiap karunia dan tanya Tuhan, “Yang mana dari “charismata” ini yang Tuhan ingin kita miliki?”

Mari kita kembali ke tiga ayat Kitab Suci yang mencatat karuniakarunia ini:

“Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk “bernubuat” baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.

Jika karunia untuk “melayani,” baiklah kita melayani; jika karunia untuk “mengajar,” baiklah kita mengajar; jika karunia untuk “menasihati,” baiklah kita menasihati. Siapa yang “membagibagikan” sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi “pimpinan,” hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan “kemurahan,” hendaklah ia melakukannya dengan sukacita” (Roma 12:6-8).

Allah sudah menetapkan…”rasul-rasul”…”pengajarpengajar”…”penolong-penolong” (1 Korintus 12:28).

Berilah “tumpangan” seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut…Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia “berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah” (1 Petrus 4:9, 11).

Sementara nabi adalah “karunia pribadi,” siapa saja bisa menerima nubuat untuk dibagikan. Ini bisa impartasi dari Roh Kudus untuk situasi tertentu.

Apa yang orang nubuatkan kepada gereja? Ia membangun, menasihati dan menghibur…siapa yang bernubuat, ia membangun jemaat (1 Korintus 14:3-4). Nubuat terbatas pada pembaharuan, nasihat dan menghibur karena Allah tidak mau mengecilkan hati dan mematahkan semangat orang-orang percaya. Ia tidak mencurahkan peringatan-peringatan penghakiman terhadap orang-orang percaya, melainkan hanya kepada orang-orang tidak percaya.

Kata “edifikasi” atau pembaharuan terdengar kuno dan gerejawi. Sebagian besar orang biasa dengan istilah “edifikasi,” yang adalah membangun. Meng-edifikasi berarti “membangun atau memperkuat,” untuk membuat orang-orang lebih efektif sebagai anggota-anggota Tubuh Kristus dalam apapun pelayanan khusus mereka.

Jika kita menerima karunia bernubuat, maka, harus membuat kita menjadi lebih baik dalam melayani Tuhan dan umat-Nya. “Menasihati” berarti “menggairahkan, memberi dorongan semangat, mengingatkan dan menggalakkan. Menggalakkan bisa termasuk peringatan serius dan bahkan memarahi; meski demikian, menasihati tidak termasuk penghukuman. “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.

Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut” (Roma 8:1-2).

“Menghibur,” dalam bahasa kontemporer, berarti “memberi semangat.”

Nubuat sejati dan menasihati, khususnya, tidak membawa penghukuman. Banyak contoh orang-orang bernubuat, namun efek nya sering disimpulkan sebagai kekacauan dan penghukuman. Itu bukan manifestasi asli dari Roh Kudus. Allah bukan pencipta kekacauan, begitupula Roh Kudus tidak pernah melayani penghukuman kepada umat Allah.

Nubuat sejati tidak melayani tujuan Satan; sebaliknya “membatalkan” tujuan Satan. Jika nubuat menghukum, mengecilkan hati dan mematahkan semangat, itu pekerjaan Satan. Dua senjata
terbesar dan paling sering dipakai Satan melawan umat Allah adalah penghukuman dan mengecilkan hati dan mematahkan semangat. Jika pengaruh atau pesan datang kedalam hidup kita dan memiliki efek mematahkan semangat, jangan menghubungkannya dengan Roh Kudus.

Satu dari masalah-masalah, banyak orang Kristen percaya mereka menjadi rendah hati ketika mereka merasa di hukum dan mengatakan kepada orang-orang betapa buruknya mereka. Namun jika kita ciptaan baru dalam Yesus Kristus dan pekerjaan tangan Allah, maka setiap saat kita mengkritik diri sendiri, kita mengkritik pekerjaan Allah. Kita tidak memuliakan Allah; kita memuliakan Satan.

Kata Yunani untuk “pelayanan” “melayani.” Berhubungan dengan asal usul kata “diaken.” Ini secara esensial bentuk pelayanan dalam alam kehidupan material.

Melayani adalah jalan dalam Tubuh Kristus menuju kepemimpinan. Tuhan tidak pernah mengangkat seseorang dan langsung membuatnya menjadi pemimpin. Yesus memanggil murid-muridNya kepada-Nya dan berkata: “Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu” (Matius 20:26-27).

Kita perhatikan lebih tinggi kita ingin capai, lebih rendah kita harus mulai. Jika hanya ingin “besar,” kita harus menjadi pelayan. Namun jika ingin menjadi “pertama,” kita harus menjadi hamba.

Mengajar, seperti nubuat, adalah satu dari karunia-karunia.

Tujuan instruksi kita adalah kasih. Setiap instruksi yang tidak menghasilkan kasih meleset tujuannya. Ayat pertama yang kita lihat, meski demikian, bisa menurunkan antusiasme kita mencari karunia pelayanan: “Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat” (Yakobus 3:1).

Arti ayat itu adalah menjadi guru doktrin. Kisah Para Rasul 2:42 berkata mengenai orang-orang percaya baru di Yerusalem:

“Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” Syarat utama pengajaran adalah melanjutkan doktrin rasul-rasul. Dimanapun gereja-gereja sudah meninggalkan doktrin rasul-rasul, mereka berakhir dengan masalah dan kegagalan. Pelayanan yang Yakobus bicarakan adalah mengenai pengajaran doktrin alkitabiah.

Ada dua tingkat pengajaran. Ada mereka yang memulai dan mereka yang mereproduksi. Mereka yang memulai memiliki tanggung jawab untuk menentukan apa yang diajarkan. Mereka yang mereproduksi mengajarkan apa yang mereka sudah diajar.

Dalam 2 Timotius 2:2 Paulus berkata: “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.” Dikemukakan bahwa empat generasi direpresentasi dalam ayat itu. Ada Paulus, ada Timotius, ada orang-orang setia yang diajar Timotius dan ada orang-orang setia yang selanjutnya mereka akan ajar. Mereka mengajar apa yang Paulus sudah ajar Timotius. Semua berlandaskan pada doktrin rasul-rasul.

Karunia pelayanan “menasihati” atau “mendorong semangat” kita masukan dalam daftar karena kata Yunani yang digunakan termasuk karunia. Tubuh Kristus sangat butuh pelayanan mendorong semangat. Mengecilkan hati dan mematahkan semangat satu dari senjata terkuat Satan.

Kata yang digunakan disini memiliki dua arti, “memberi gairah” atau “menggerakkan.” Jika orang-orang patah semangat, kita gairahkan mereka. Jika orang-orang malas, letih dan bosan, kita gerakkan.

Bahasa Yunani untuk “memberi” secara harfiah berarti “membagi.” Kita mungkin tidak menyadari bahwa “membagi” adalah karunia pelayanan. Ini satu alasan kenapa “kita tidak boleh” percaya Allah ingin semua orang Kristen menjadi miskin. Allah memberkati beberapa orang Kristen dengan kekayaan. Kenapa? Karena Ia sudah memberi mereka karunia pelayanan membagi. Mereka menggunakan kekayaan mereka untuk Kerajaan Allah – untuk memberkati hamba-hamba Allah lain, untuk menolong pekerjaan pelayanan. Kita harus berdoa agar Allah mengarahkan keuangan dalam Kerajaan-Nya kepada orang-orang, pelayanan-pelayanan dan operasi-operasi yang melakukan apa yang Ia inginkan. Sangat banyak uang yang mengalir ke saluran agamawi dan menyedihkan. Memberi, atau membagi, membutuhkan hikmat dan sensitifitas terhadap keinginan Roh Kudus.

Dalam Alkitab “New American Standard” dan “New International Version,” kata “memimpin” diterjemahkan “memerintah” atau “menonjol di depan.”

Paulus mengajarkan jika seseorang tidak bisa mengatur keluarganya sendiri, ia tidak bisa mengatur gereja Allah (1 Timotius 3:5). Kata yang sama digunakan disini. Berarti mengambil tanggung jawab, menjadi pemimpin, menjadi “menonjol di depan,” menjadi pelindung. Berdiri diantara orang-orang yang kita pimpin dan kekuatan-kekuatan yang melawan mereka. Tanpa kepemimpinan, operasi apa saja gagal.

“Siapa yang menunjukkan [kemurahan], hendaklah ia melakukannya dengan sukacita” (Roma 12:8). Betapa mendesaknya kita membutuhkan karunia pelayanan ini!

Untuk dua “charismata” selanjutnya kita kembali ke 1 Korintus 12:28:

“Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani [menolong], untuk [memimpin], dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh.”

Mujizat, menyembuhkan dan bahasa roh, tentunya, termasuk dalam daftar sembilan karunia spiritual Roh Kudus (1 Korintus 12:7-10). Namun kita mendapatkan dua karunia lain dalam ayat 28 yang dikualifikasi sebagai karunia pelayanan. Pertama “menolong”, kedua “memimpin.”

Arti “menolong” cukup jelas. “Memimpin” kata yang menarik. Diambil langsung dari kata Yunani “memimpin atau mengarahkan.” Tidak berarti memerintah; melainkan mengarahkan, memutar kemudi. Ini pelayanan yang hanya dengan membuat satu gerakan merubah arah satu kelompok atau pertemuan.

Ini “charismatic” yang sangat memukau untuk di observasi. Sering sekali dalam rapat pada satu titik Allah ingin kita pergi ke satu arah ketika pikiran kita memutuskan untuk pergi ke arah lain. Karunia pelayanan “mengarahkan” hanya mengindikasi jalan yang suatu kelompok harus pergi dan memutar kemudi agar pergi ke arah tertentu.

Dalam 1 Petrus kita menemukan dua “charismata” menarik:

“Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungutsungut.

Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Petrus 4:9-11).

Karunia pertama yang didaftar dalam referensi ini ada dalam ayat 9: “Berilah tumpangan seorang akan yang lain.” Berapa banyak dari kita menyadari bahwa “keramahan atau keramahtamahan menerima tamu” adalah “charismata?” Berapa banyak dari kita menyadari menggerutu adalah dosa.

Terakhir, karunia berbicara, “baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah” (ayat 11). Beberapa orang memiliki karunia menentukan kata terakhir ditengah pembicaraan. Setelah itu, tidak ada lagi yang perlu dikatakan. Ini bukan setiap kata yang seseorang katakan firman Allah, namun dalam kasus-kasus tertentu ia berbicara dengan otoritas yang tidak diperdebatkan oleh orangorang lainnya.

Mari kita ambil waktu dan pikirkan empat daftar karunia yang sudah kita pelajari: dasar, pribadi, spiritual dan pelayanan. Sementara kita berdoa pada Allah untuk menunjukkan kita tempat kita, kita harus juga bertanya agar Ia mengindikasi “charismata” yang kita butuhkan dan yang Ia ingin berikan pada kita. Ini pola doa yang kita gunakan:

“Bapa, saya mengucap syukur pada-Mu untuk Firman-Mu. Sementara saya membaca Firman-Mu, saya melihat hubungan antara tempat saya dalam Tubuh Kristus dan karunia-karunia
“charismatik”-Mu. Tuhan, saya berdoa mulai saat ini dan seterusnya, Engkau menuntun saya kedalam tempat saya yang absah dalam Tubuh. Tolong saya hidup dalam iman yang Engkau
telah anugerahkan agar saya mempraktikkan karunia-karunia “charismatik” khusus yang cocok dengan tempat dan fungsi saya. Saya mengkomitkan diri saya pada-Mu, Tuhan Yesus. Dalam nama Yesus. Amin.”

Ayat indah dalam Efesus berbicara mengenai mereka yang menerima Yesus sebagai Juru Selamat:

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Efesus 2:8-10).

Jangan pernah meremehkan diri kita sendiri atau karunia-karunia kita, karena kita pekerjaan tangan Allah. Ingat: jika kita berbicara negatif mengenai diri kita atau karunia-karunia kita, kita mengkritik pekerjaan tangan-Nya. Kata Yunani yang digunakan untuk “pekerjaan tangan” adalah “poiema,” atau dalam bahasa Inggris “poem.” Karya kreatif. Ketika Allah ingin menunjukkan seluruh alam semesta apa yang Ia bisa ciptakan, Ia memutuskan menciptakan kita. Tidakkah itu ajaib?

Kita karya kreatif Allah, diciptakan untuk satu tujuan. Untuk tujuan apa? Untuk perbuatan-perbuatan baik, yang Allah sudah persiapkan sebelumnya untuk kita masuki. Itu panggilan kita, tugas kita. Ketika Allah menciptakan kita dalam Kristus, Ia memiliki sesuatu untuk kita lakukan. Kita tidak harus memikirkan, “Apa yang saya lakukan?” Tidak ada seorang pun di bumi hari ini diciptakan dalam Kristus Yesus yang mana Allah tidak punya panggilan spesifik untuknya.

Apakah kita tahu pekerjaan-pekerjaan baik yang untuknya Allah menciptakan kita? Kita mungkin tidak tahu semua, namun kita memiliki arah? Sementara kita tumbuh dan mendengar, kita akan menemukan, seperti orang-orang lain yang tidak terhitung banyaknya, tugas kita dalam Kerajaan.

Kita juga akan segera menyadari bahwa “musuh” tidak menganggur selama kita mencari tempat kita. Ia memiliki intensi mengalahkan agar kita tidak menemukan sukacita dan memenuhi panggilan kita.

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO



Leave a Reply