Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Hidup Ada di Dalam Darah & Bagaimana Mengaplikasikan Darah – Bagian 3




eBahana.com – Ada yang perlu kita tahu untuk mengerti pentingnya Yesus mencurahkan darah-Nya tujuh kali dalam Kesengsaraan. Kita mulai dengan dua nas dalam Perjanjian Lama yang menolong kita mengerti implikasi pencurahan darah Yesus.

Kebenaran pertama ditemukan dalam kitab Imamat 17. Satu tema Imamat – umat Allah tidak boleh kapan pun makan darah binatang apa pun. Peringatan itu masih juga berlaku bagi orang-orang Kristen. Apakah kita menyadari itu? Kita perlu sadar larangan ini.

Dalam Kisah Para Rasul 15, gereja mula-mula, yang secara eksklusif orang Yahudi, harus menghadapi masalah apa yang harus dilakukan orang-orang non-Yahudi yang percaya pada Yesus. Ada satu kelompok yang berkata, “Mereka harus berada dibawah hukum Musa, disunat, mematuhi Hukum, dan menjadi seperti orang Yahudi. Lalu mereka bisa diselamatkan.” Namun Paulus dan Barnabas, termasuk Petrus dan Yakobus, mengambil sikap melawan kelompok ini. Mereka berkata, “Tidak, itu tidak perlu.” Petrus berkata, “Kita saja orang Yahudi tidak bisa menjalankan Hukum dan mentaatinya. Kenapa kita harus mencoba membuat orang-orang non-Yahudi menjalankan sesuatu yang kita sendiri tidak bisa jalankan?”

Ini keputusan final dewan di akhir Kisah Para Rasul 15:28-29: “Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami…” Itu cara membuat keputusan yang kita perlu lakukan di Gereja masa kini – keputusan Roh Kudus dan keputusan kita. Kadang-kadang kita tidak melibatkan Roh Kudus. “…supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan…”

Ada empat larangan yang dinyatakan: pertama, hal-hal yang dipersembahkan kepada berhala; kedua, makan darah; ketiga, binatang yang mati dicekik – kenapa? Karena jika di cekik, darahnya masih tinggal didalamnya; keempat, percabulan.

Kita melihat disini bahwa makan darah masuk katagori sama dengan amoralitas sexual. Sangat jelas, standar-standar kita tidak selalu sama dengan Allah. Orang-orang Kristen dilarang makan darah. Di mata Allah sama dengan amoralitas.

Setelah melihat pentingnya berpantangan makan darah, mari kita lanjutkan pembelajaran kita dari Imamat 17, yang berurusan dengan isu tidak makan darah. Kita melihat berbagai peraturan-peraturan alkitabiah mengenai menghindari praktik ini dan alasan-alasan dibelakangnya.

Dalam ayat 10 dari Imamat 17, Tuhan berkata melalui Musa: “Setiap orang dari bangsa Israel dan dari orang asing yang tinggal di tengah-tengah mereka, yang makan darah apa pun juga Aku sendiri akan menentang dia dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya.” Dalam ayat 11, Tuhan memberi alasannya, dan alasan ini juga satu dari nubuatan-nubuatan Alkitab paling indah: “Karena nyawa makhluk ada didalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu.”

Di mana dikatakan, “nyawa makhluk,” Ibrani berkata, “jiwa [dalam Ibrani nephesh] daging.” Jadi, kehidupan jiwa ada dalam darah. Ini konfirmasi dari apa yang kita tahu – ketika darah berhenti bersikulasi, tidak ada lagi kehidupan dalam tubuh.

Mandat alkitabiah terkesan seperti peraturan: engkau akan menggunakan darah untuk penebusan, karenanya engkau tidak mengambil bagian darinya. Namun juga nubuatan, karena Tuhan berbicara, “Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah [salib] untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu…”

Di salib, Yesus memberi kehidupan jiwa-Nya, yang ada dalam darah- Nya, sebagai harga penebusan untuk jiwa kita. Ini mengikuti pola hukum penebusan, mata ganti mata, gigi ganti gigi, bakaran ganti bakaran, menampar ganti menampar, jiwa ganti jiwa. Di salib, Yesus memberi jiwa-Nya untuk menebus setiap jiwa umat manusia.

Mari kita lihat sejenak ayat terakhir Yesaya 52, yang memperkenalkan pasal penebusan dalam Yesaya 53. Ayat 13 dari Yesaya 52 memperkenalkan Hamba Tuhan, Hamba yang menderita, dan dikatakan: “Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, [Ia akan menanggung seluruh kehendak Allah]; ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan.”

Dengan cara serupa, Filipi 2:9 berkata: “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama…”

Luar biasa sebelum penghinaan Yesus yang digambarkan dalam Yesaya 53, Firman Allah menjanjikan akan ditinggikannya Dia di akhir Yesaya pasal 52.

Jalan kerendahan hati, kehormatan dan kemuliaan yang mengikutinya dengan indah digambarkan dalam Filipi 2, dimulai dalam ayat 5: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus…”

Berikut tujuh kali penghinaan yang Yesus lalui: “…yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah…”

Terjemahan lebih baik: “tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sesuatu untuk direbut.” Ia sudah memilikinya melalui hak kekal ilahi dan Ia tidak perlu merebutnya.

“….melainkan telah mengsongkan diri-Nya sendiri…” “….mengambil rupa seorang hamba…”

Ini langkah kedua kebawah. Meski Ia Anak Allah, Yesus menjadi hamba, “sama seperti manusia.” Ia turun ke tingkat manusia, yang sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat.

“Menjadi sama dengan manusia”

Ia tidak spesial. Ia hanya manusia biasa. “Ia telah merendahkan dirinya”

Ia menjadi manusia yang rendah hati. Ia bukan imam atau pemerintah.

“…(Ia) taat sampai mati…”

Ini langkah keenam. Langkah kebawah keenam. Langkah kebawah ketujuh.

“…mati di kayu salib…”

Untuk meringkas langkah-langkah kebawah, kita letakkan sebagai berikut: Pertama, mengosongkan diri-Nya. Kedua, mengambil rupa seorang hamba. Meski Ia Anak Allah. Ketiga, menjadi sama dengan manusia. Ia dalam bentuk manusia, namun dalam kesempurnaan Adam sebelum jatuh dalam dosa. Keempat, rupa manusia. Ketika Petrus berkata, “Engkau Kristus.” Yesus menjawab, “Daging dan darah tidak mengungkapkan ini padamu.” Tidak ada dalam penampilan luar-Nya mengindikasikan siapa Dia. Kelima, Ia telah merendahkan diri-Nya.

Yesus seorang pekerja tukang kayu. Keenam, Ia taat sampai mati.

Ketujuh, Ia mati di kayu salib. Kematian seorang kriminal dalam penderitaan dan penghinaan.

Ini tujuh langkah kebawah. Namun Paulus melanjutkan dengan tujuh langkah ke atas. Apakah kita bisa melihat bagaimana sempurnanya struktur Alkitab? Kita harus ingat ini hanya tertulis sebagai surat-surat. Paulus tidak duduk dan memiliki skema teologikal. Ia kemungkinan tidak membuat ringkasan. Namun Roh Kudus memimpinnya dengan kesempurnaan total.

Tolong perhatikan kata penting dalam Filipi 2, ayat 9: “Itulah.” Itulah apa? Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia. Karena Yesus merendahkan diri-Nya. Yesus Sendiri berkata, “Barangsiapa meninggikan dirinya akan direndahkan, dan ia yang merendahkan dirinya akan ditinggikan.” Kebenaran ini berlaku bagi setiap orang.

Dua contoh paling jelas dari prinsip ini Yesus dan Satan. Satan yang awalnya “Lucifer” meninggikan dirinya, menggapai sesuatu yang ia tidak berhak, dan jatuh, Yesus, di lain pihak, berhak atas posisi setara dengan Allah, secara suka rela menolaknya, dan turun – hanya untuk dibangkitkan dalam kemuliaan.

Ini “itulah” – menandakan hasil-hasil dari Ia merendahkan diri-Nya. Yesus tidak menerima posisi yang Ia miliki dalam alam semesta sebagai Anak favorit.; Ia memperolehnya melalui pengorbanan. Ia memiliki kualifikasi untuk itu. Bagaimana? Dengan merendahkan diri-Nya.

Mari sekarang kita lihat tujuh langkah ke atas dalam pengalaman Yesus.

“Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia…”

Jika kita kembali pada Yesaya 52:13, kita menemukan, “Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan.” Dalam Filipi 2:9:

“….dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama…”

“….supaya dalam Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Berikut ringkasan ditinggikannya Yesus.

Pertama, sangat ditinggikan. Kedua, Nama diatas segala nama. Ketiga, setiap lutut bertekuk dalam nama-Nya. Keempat, mereka yang di langit (surga). Kelima, mereka yang di atas bumi. Keenam, mereka yang dibawah bumi. Ketujuh, segala lidah mengaku.

Apakah kita melihat bagaimana sempurnanya struktur itu? Tujuh langkah turun dan tujuh langkah ke atas.

Mari kita teruskan pada Yesaya 53, ayat 12, yang segaris dengan Imamat 17:11 – ayat yang mengatakan: “Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya.” Yesaya 53:12 berkata: “Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, justru sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya……………………………………………………………. ”

Bagaimana Ia menyerahkan nyawa-Nya sampai mati? Melalui apa? Darah-Nya. Melalui darah-Nya Ia menyerahkan nyawa-Nya. Yesus

memberi tetes terakhir darah-Nya – Ia menyerahkan seluruh jiwa- Nya sebagai satu, pengorbanan final cukup untuk seluruh dunia.

Yesaya 53:10 berkata: “Tetapi TUHAN [Allah Bapa] berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah ”

Terjemahan lain dari konsep itu, “ketika jiwa-Nya menjadi pengorbanan dosa.” Jiwa-Nya pengorbanan dosa tertinggi dan Ia mencurahkan jiwa-Nya dalam darah-Nya.

Kita bisa melihat bagaimana sangat tepatnya Alkitab. Tidak ada pikiran manusia bisa merancang pekerjaan seperti itu. Satu ditulis oleh Musa, satu ditulis oleh Yesaya, dan satu ditulis oleh Paulus, ketiganya dalam kesepakatan sempurna dan lengkap. Sedangkan penulis-penulisnya sendiri terpisah selama berabad-abad. Banyak orang yang mengabaikan Firman Allah berpikir mereka pintar, namun mereka sebenarnya bodoh.

Mari kita pelajari bagaimana mengaplikasikan apa yang disediakan melalui pencurahan darah Yesus.

Wahyu 12:11 berkata: “Dan mereka [orang-orang percaya di bumi] mengalahkan dia [Satan] oleh darah Anak Domba, dan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.”

Hanya orang-orang yang sudah kehilangan hidup mereka memenuhi syarat untuk menjadi pemenang. Kita ingat langkah-langkah untuk mengikut Yesus seperti digambarkan dalam Lukas 9:23? Menyangkal diri dan memikul salib kita setiap hari. Menyerahkan hidup kita untuk mendapatkan hidup baru. Orang-orang yang Yohanes sebut dalam Wahyu 12:11 adalah orang-orang yang sudah melakukan ini.

Dengan menyerahkan hidup mereka, mereka memiliki kualifikasi mengalahkan Satan.

Satan tidak sedikit pun takut pada orang-orang Kristen yang tidak memiliki komitmen – meski bisa berdoa dan menggunakan macam- macam kata-kata spiritual dalam kotbah mereka. Mereka tidak memiliki dampak pada Satan. Satu-satunya orang-orang yang ia takut adalah orang-orang Kristen yang memiliki komitmen mempertaruhkan hidup mereka.

Ketika Alkitab berkata, “mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut,” berarti bagi mereka, bertahan hidup bukan prioritas utama. Prioritas utama mereka adalah melakukan kehendak Allah, apakah mereka hidup atau tidak. Kewajiban paling penting mereka setia pada Tuhan.

Ayat setelah Wahyu 12:11 memberi pewahyuan menarik: “Karena itu bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis [Satan] telah turun kepadamu dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.”

Di titik yang digambarkan dalam ayat ini, surga sudah dibersihkan – “bersukacitalah, hai sorga.” Namun awas dunia! Kenapa? Karena sekarang Iblis tidak lagi di surga. Ia di bumi. Ia sudah turun ke bumi karena tahu ia hanya memiliki beberapa tahun untuk bisa melakukan semua kerusakan dan kejahatan.

Waktu yang Satan miliki di bumi sangat erat berkaitan dengan nubuatan tujuh puluh minggu Daniel. Apakah seluruh minggu atau setengah minggu tidak ada yang tahu. Namun jelas dalam Wahyu 12:12 kita sudah sampai pada periode waktu tertentu. Satan, yang ahli nubuatan, tahu cukup baik. Ketika ia turun dari surga ke bumi, ia tahu ia memiliki tiga setengah tahun untuk melakukan kejahatannya.

Yesus berkata dalam Markus 13:20, “Dan sekiranya Tuhan tidak mempersingkat waktunya, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan yang telah dipilih-Nya, Tuhan mempersingkat waktunya.” Meskipun secara teori tiga setengah tahun, mungkin akan ada beberapa hari yang dikurangi di akhir. Meski demikian, Satan akan melakukan kerusakan secara maksimal dalam kurun waktu pendek itu sebelum ia diikat rantai dan di penjara dalam lobang jurang maut.

Jika kita melihat Wahyu 12:11, kita belajar bahwa orang-orang percaya di bumi mengalahkan Satan dengan darah Domba dan dengan kesaksian mereka. Apakah kita melihat pada akhirnya orang percaya di bumi yang menurunkan Satan dari surga? Bukan hanya malaikat-malaikat. Mereka memiliki peran mereka, seperti mereka lakukan dengan Daniel. Namun pada akhirnya, orang-orang percaya di bumi yang mengalahkan dan mengusir turun Satan.

Tidakkah itu membuat kita semangat. Namun ada sesuatu yang penting untuk kita sadari. Satan ingin membuat kita masa bodoh terhadap peran vital yang kita akan lakukan. Selama ia berhasil membuat orang-orang percaya tidak sadar, mereka tidak akan melakukan apa yang Allah tetapkan mereka untuk lakukan. Jadi, Satan memerangi dengan segala cara dalam kuasanya untuk

menahan kita tidak sadar: bahwa Allah sudah memberi kita senjata- senjata spiritual yang bisa mengusir Satan turun kebawah dari tempatnya di surga kedua (heavenlies).

Sebelum kita masuk lebih detil, kita diingatkan dalam 2 Korintus 10:4-5: “karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.

Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah…. ”

Senjata-senjata spiritual yang diberikan kepada kita akan memampukan kita meruntuhkan setiap hal tinggi yang melawan Allah dan kerajaan-Nya. Hal tertinggi, terakhir yang melawan Allah adalah kerajaan Satan di surga kedua (heavenlies). Luar biasanya, Allah memberi kepada kita senjata-senjata yang akan memampukan kita melakukannya.

Orang-orang Kristen secara reguler berbicara tentang menjadi prajurit dalam tentara Tuhan. Namun banyak dari kita memiliki ide sangat kabur dan agak sentimental bagaimana menjadi prajurit.

Dalam tentara Tuhan. Kita tidak memiliki jaminan bahwa kita tidak akan menyerahkan hidup kita. Orang-orang yang Satan takuti adalah mereka yang tidak takut menyerahkan hidup mereka. Lagipula, hidup relatif pendek. Tidak akan berlanjut selama-lamanya. Bodoh kehilangan kemuliaan kekal demi beberapa tahun di bumi.

Orang-orang yang disebut dalam Wahyu 12:11 secara total memiliki komitmen pada Allah. Apakah mereka hidup atau apakah mereka mati tidak penting untuk mereka. Apa yang penting untuk mereka, mereka harus memenuhi fungsi yang Allah tetapkan untuk menggulingkan Satan dan melemparnya kebawah.

Perspektif itu ditegaskan dalam 1 Yohanes: “Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya” (1 Yohanes 2:17).

Ketika kita menyatukan kehendak kita dalam komitmen total dengan kehendak Allah, kita tidak bisa tenggelam. Kita tak terkalahkan. Kita tak tergoyahkan. Apakah kita hidup atau apakah kita mati adalah sekunder. Apa pun yang terjadi, kita tidak bisa dikalahkan.

Pengertian dari Wahyu 12:11 menjawab pertanyaan: Bagaimana kita mengalahkan Satan? Banyak orang tahu dengan darah Domba dan dengan kesaksian kita. Namun mereka cenderung membuat frasa itu di ulang-ulang seperti, “Dalam darah…dalam darah…………………………………………………………………………………… dalam darah…” kita tidak ingin meremehkan cara itu, namun kadang- kadang melakukan itu tidak mempengaruhi Satan. Kita harus mengaplikasikan kebenaran praktik ini lebih cerdas.

Bagaimana kita mengalahkan Satan? Dengan darah Domba dan dengan kesaksian kita. Ada tiga elemen dalam nas ini – darah, Firman (Firman Allah), dan kesaksian kita.

Ini kuncinya. Bersaksi secara pribadi pada apa yang Firman katakan tentang darah lakukan untuk kita. Kata kuncinya “kesaksian, firman dan darah. Jadi kita bersaksi secara pribadi apa yang Firman (Kitab Suci) katakan darah lakukan untuk kita. Dengan kata lain, untuk membuatnya efektif, kita harus membuatnya pribadi.

Kepada siapa kita bersaksi? Kepada Satan. Ini bukan kesaksian orang percaya dimana kita membagi cerita kasih karunia Allah dalam hidup kita. Ini terjadi ketika kita berhadapan muka dengan musuh jiwa kita. Kita berbicara langsung kepadanya dalam nama dan otoritas Tuhan Yesus Kristus, dan kita mengatakan pada Satan apa yang Firman Allah katakan darah Yesus lakukan untuk kita.

Harus jelas bahwa agar kita bisa melakukan itu, kita harus tahu apa yang Firman katakan tentang darah. Jika kita tidak tahu itu, kita tidak bisa menggunakan senjata ini. Selama kita tetap masa bodoh terhadap Firman Allah, pada akhirnya kita akan menjadi mangsa Satan. Senjata besar penyerangan adalah pedang Roh, yang adalah Firman Allah. Kitab Suci berkata tanggung jawab kita untuk mengambilnya. Efesus 6:17 berkata: “terimalah…pedang Roh, yaitu firman Allah.”

Ini yang kita harus mengerti. Kita harus mengambil darah dan memasukannya kedalam hidup kita. Upacara Paskah menunjukkan bagaimana kita bisa mengambil darah dan mengaplikasikannya pada hidup kita.

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply