Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Bintang Fajar yang Cemerlang & Raja di Atas raja dan Tuhan di Atas tuhan – Bagian 5




eBahana.com – Seperti “Alfa dan Omega,” gelar yang akan kita pelajari diambil dari kitab Wahyu. Diakhir kitab, Yesus berbicara pada Yohanes Pewahyu, dengan mengatakan, “Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang (Bintang Fajar yang cemerlang)” (Wahyu 22:16).

Ada dua gelar dalam ayat ini: “Tunas yaitu keturunan Daud” dan “Bintang Timur yang gilang gemilang (Bintang Fajar yang cemerlang)” Jika kita melihat sejenak pada “Tunas yaitu keturunan Daud,” kita melihat hubungannya dengan “Alfa dan Omega.” Namun memiliki apliksasi spesial dengan Daud dan keluarganya. Sebagai Tunas, Yesus Alfa bagi keluarga Daud. Sebagai keturunan, Ia Omega. Ia Satu darinya mereka dimulai, namun juga Satu dalamnya mereka akan digenapi.

Gelar yang kita ingin fokus dari ayat ini, meski demikian, adalah Bintang Timur yang gilang gemilang (Bintang Fajar yang cemerlang). Istilah Bintang fajar digunakan oleh beberapa orang untuk mengacu pada matahari.

Yesus disebut Bintang Fajar, atau matahari, karena ciri-ciri spesifik dan unik matahari dalam dunia kita. Kita akan menekankan dua dari ciri-ciri ini.

Pertama, matahari satu-satunya, sumber terang dan panas universal untuk bumi; karenanya, sumber kehidupan itu sendiri. Tanpa matahari, tidak bisa ada kehidupan di dunia kita. Menyediakan terang dan panas dimana-mana.

Kedua, matahari, karena terbit dan tenggelam – muncul dan hilang – selalu membawa dengannya janji matahari terbit setelah kegelapan.

Dalam beberapa ayat Kitab Suci yang berhubungan dengan aplikasi pertama – matahari adalah sumber universal terang dan panas bumi. Mazmur 19 memberi gambaran jelas dan indah mengenai benda-benda langit – khususnya matahari. Pemazmur menulis, “Ia memasang kemah di langit untuk matahari, yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya. Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas sinarnya” (Mazmur 19:5-7).

Tidakkah indah deskripsi itu? Langit seperti kemah untuk matahari. Ayat-ayat ini berbicara mengenai keindahan dan kekuatan matahari. Seperti pengantin laki-laki terselubung dalam pakaiannya yang mulia, dan seperti pahlawan yang berlari dalam perlombaan dengan kekuatan penuh.

Segala sesuatu dalam dunia kita mendapat terang dan panas dari satu sumber unik – matahari – kebenaran ilmiah yang kita ketahui hari ini. Itu bagaimana Yesus bagi dunia. Ia Sumber satu-satunya terang dan panas, karenanya, Ia kehidupan itu sendiri. Ia seperti pengantin laki-laki. Seperti orang kuat. Ia indah dan mulia.

Mari kita lihat lagi dalam Ibrani 1 untuk aplikasi lebih jauh dari kebenaran ini: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi- nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan” (Ibrani 1:1-3).

Tentunya, kata “Anak” dalam frasa terakhir itu dieja A-N-A-K, namun frasa “cahaya kemuliaan Allah” mengingatkan kita pada matahari,

M-A-T-A-H-A-R-I. Yesus cahaya kemuliaan “matahari,” yang adalah Allah Bapa. Ada perumpamaan dalam realita matahari dan terangnya. Gambaran kodrat total Allah – Bapa, Anak dan Roh Kudus. Direpresentasi kepada kita dengan matahari, dengan terangnya, dan pengalaman kita.

Substansi matahari merepresentasi Allah Bapa. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat substansi matahari; tidak seorang pun yang pernah melihat Allah Bapa. Manifestasi kecermelangan – cahaya matahari – merepresentasi Allah Anak. Sinar yang menyampaikan kecemerlangan itu kepada kita, yang memungkinkan kita melihat kecermelangan, merepresentasi Allah Roh Kudus.

Menariknya, sinar ini dibiaskan dalam pelangi ke dalam tujuh warna, angka istimewa Roh Kudus. Itu perumpamaan kecil dalam alam.

Menggunakan analogi, karenanya, substansi matahari adalah Allah Bapa, cahaya kemuliaan matahari adalah Yesus Kristus Anak, dan sinar yang menyampaikan cahaya kepada kita adalah Roh Kudus.

Karakteristik kedua mengenai matahari, sementara merepresentasi Yesus, selalu membawa dengannya janji matahari akan terbit setelah kegelapan. Realita spiritual ini dengan jelas diprediksi dalam Maleaki: “Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka. Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang” (Maleakhi 4:1-2).

Kitab Suci memperingatkan kita akan datang waktunya murka Allah dan kemarahan pada kefasikan dan pemberontakkan. Namun pada waktu yang sama, di tengah peringatan, Allah memberi kita janji kelepasan dan pertolongan yang datang dalam Pribadi “Surya Kebenaran” – Tuhan Yesus.

Keluar dari tengah semua penderitaan yang berat, kesengsaraan, dan kegelapan, akan terbit Bintang Fajar yang cemerlang, Surya Kebenaran, dengan kesembuhan di sayapnya. Akan membawa kelepasan dan kesembuhan, istirahat dan damai bagi mereka yang takut akan nama Allah.

Petrus, berbicara mengenai janji kedatangan Tuhan Yesus dalam kemuliaan, berkata dibutuhkan persiapan di pihak kita. Harus ada persiapan dalam hati kita, sebelum Surya Kebenaran terbit membawa kesembuhan dan kelepasan. Itu artinya sesuatu harus terjadi didalam setiap dari kita secara pribadi. Penting bagi kita untuk mengerti ini. Petrus menulis, “Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya.

Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan. Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus” (2 Petrus 1:16-18).

Petrus melihat kebelakang dalam ingatannya – pemandangan Transfigurasi di Gunung ketika Yesus menjelma dihadapan mereka dan mereka melihat-Nya dalam kemuliaan-Nya, dalam keagungan- Nya, dan dalam kecermelangan-Nya. Lalu, Petrus mengatakan, “Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu” (2 Petrus 1:19).

Bintang Fajar yang cemerlang terbit dalam hati kita tidak mengacu pada kedatangan Yesus dalam kuasa dan kemuliaan-Nya untuk menghakimi alam semesta. Sebaliknya, mengacu pada pengalaman pribadi didalam hati kita. Ketika kita sudah mengenal-Nya secara pribadi dan melalui pewahyuan Firman Allah dan nubuat-nubuat Kitab Suci. Ketika kita datang pada keyakinan tidak tergoyahkan, didalam hati kita bahwa Yesus datang kembali untuk memerintah. Itu ketika Yesus, Surya Kebenaran, akan terbit bagi mereka yang takut akan nama Allah.

Apakah kita memiliki jaminan didalam hati kita bahwa kedatangan Yesus kembali dalam kemuliaan-Nya realita bagi kita. Apakah Bintang Fajar yang cemerlang sudah terbit dalam hati kita?

Kitab Suci berkata sebaiknya kita memberi perhatian pada nubuat- nubuat Alkitab. Jika kita mengikatkan pikiran-pikiran kita pada Firman Allah, bermeditasi padanya, dan membiarkan Roh Kudus berbicara kepada kita melaluinya, Ia akan membuat kedatangan Yesus dimasa depan sesuatu yang sangat riil bagi kita, sesuatu yang kita yakin secara absolut. Akan seperti bintang terbit dalam hati kita. Akan ada disana “sampai hari terbenam,” sampai peristiwa besar yang sesungguhnya terjadi, sampai Matahari Kebenaran terbit keluar dari kegelapan penderitaan dan kesengsaraan untuk memberi terang dan harapan kepada penduduk bumi.

Maka, kita harus mengkultivasi kesadaran Yesus akan datang kembali dan menjadi bintang yang terbit dalam hati kita.

Gelar terakhir yang kita pilih adalah Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuan. Gelar ini juga diambil dari kitab Wahyu. Dalam Wahyu 17, kita memiliki gambaran konflik-konflik besar, global, akhir zaman dimana Satan dan pemerintah-pemerintah yang diasosiasikan dengannya akan benar-benar disejajarkan dalam perang terbuka melawan Allah dan pemerintah-Nya yang ditetapkan, Yesus. Ini bagian dari deskripsi: “Dan kesepuluh tanduk yang telah kaulihat itu adalah sepuluh raja, yang belum mulai memerintah, tetapi satu jam lamanya mereka akan menerima kuasa sebagai raja, bersama-sama dengan binatang itu [Antikristus].

Mereka seia sekata, kekuatan dan kekuasaan mereka mereka berikan kepada binatang itu.

Mereka akan berperang melawan Anak Domba [Yesus]. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan setia” (Wahyu 17:12-14).

Kita melihat Yesus tidak ingin memenangkan kemenangan-Nya sendirian. Ia ingin membaginya dengan pengikut-pengikut-Nya. Itu adalah Dia – Ia ingin membawa kita kedalam segala sesuatu, bahkan kemenangan-Nya.

Kita sebelumnya sudah melihat bahwa Domba adalah juga Singa. Dalam nas diatas, Domba disebut “Tuhan diatas segala tuhan dan Raja diatas segala raja (Wahyu 17:14). Lagi, ada paradoks dalam Domba yang adalah Tuhan diatas segala tuhan dan Raja diatas segala raja.

Gelar sama ini digunakan lebih jauh dalam kitab Wahyu, dimana kita memiliki pewahyuan Yesus siap kembali dari surga dalam kuasa dan kemuliaan untuk menghakimi bumi dan mengambil alih kerajaan- kerajaannya. Yohanes menulis, “Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia [Yesus] yang menungganginya bernama: “Yang Setia dan Yang Benar”, Ia menghakimi dan berperang dengan adil.

Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota [banyak mahkota merepresentasi semua kerajaan milik-Nya sesuai hak] dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorang pun, kecuali Ia sendiri.

Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama- Nya ialah: “Firman Allah.”

Dan semua pasukan yang di sorga mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang putih bersih.

Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa.

Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: “Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan” (Wahyu 19:11-16).

Yesus disini dipresentasikan sangat jelas dan secara empatikal sebagai pemerintah terakhir dalam alam semesta. Nas ini menggambarkan berdirinya otoritas-Nya melawan semua oposisi.

Mari kita lihat jalur Yesus sampai pada posisi ini. Seperti diungkapkan dalam kitab Wahyu:

“Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang (Allah Bapa), dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya (Roh Kudus), dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini” (Wahyu 1:4- 5).

Ada urutan tertentu yang kita perlu perhatikan. Pertama, Yesus dalam kemanusiaan-Nya, “Saksi yang setia,” Satu yang tidak pernah berbalik dari kebenaran, Satu yang berbicara kebenaran bahkan tentang diri-Nya sendiri, meski mengorbankan hidup-Nya. Dia Saksi yang setia.

Lalu, karena Yesus Saksi yang setia, Allah membenarkan kesetiaan- Nya dan kebenaran-Nya dan membangkitkan-Nya dari antara orang mati. Maka Ia menjadi “yang pertama bangkit dari antara orang mati,” orang pertama yang pernah bangkit dalam kebangkitan dari kematian, tidak pernah mati lagi – “yang pertama lahir” berarti, umat percaya yang lain, mengikuti-Nya dalam kebangkitan.

Ketiga, sebagai yang yang bangkit dari antara orang mati, kepala ciptaan baru, Ia juga pemerintah orde baru. Ia adalah “pemerintah yang berkuasa atas raja-raja di bumi.”

Mari kita lihat kata-kata itu sekali lagi. Ia “Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati,” dan karenanya, “pemerintah yang berkuasa atas raja-raja di bumi ini” (Wahyu 1:5). Penting melihat, juga, bahwa Yesus menerima otoritas-Nya dari Bapa. Ia tidak merebutnya untuk diri-Nya Sendiri. Diberikan pada- Nya karena Ia layak.

Ia pantas mendapatkannya. Ia telah memenuhi syarat-syarat untuk itu.

Paulus menyatakan kebenaran ini dalam beberapa kata-kata luarbiasa dan indah yang ditulis kepada Timotius: “Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus (Mesias) yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu (saksi yang setia) juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu: Turutilah perintah ini (pelayanan Timotius), dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya, yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin” (1 Timotius 6:13-16).

Allah Bapa yang akan membawa kemunculan – kembalinya dalam kemuliaan – Tuhan Yesus Kristus. Dan Allah Bapa, dikatakan, Ia “Penguasa yang satu-satunya diberkati.” Alkitab King James Version menggunakan “Potentate,” kata yang penuh kuasa besar. Ia “Raja diatas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan.”

Menarik untuk mengetahui arti riil dari frasa dalam Yunani asli: “Tidak perduli apa pun yang orang-orang klaim, tidak perduli kuasa apa pun yang mereka miliki, Allah Bapa adalah Raja dari semua dan Tuhan dari semua. Ia mengimpartasi otoritas ini kepada Anak-Nya Tuhan Yesus yang dipilih, dan sangat dikasihi. Dan dari impartasi itu, Yesus adalah Raja dari segala raja dan Tuhan dari segala tuhan.

Penguasa alam semesta – gelar indah yang diaplikasikan pada Yesus itu memiliki arti yang sangat spesifik. Raja-raja dan tuhan-tuhan adalah pemerintah. Berarti Yesus adalah Pemerintah (Penguasa) dari semua pemerintah, Pengatur dari semua pemerintahan.

Khususnya semua pemerintah dan pemerintahan di bumi dibawah otoritas-Nya. Ia langsung diatas mereka, dan semua harus tunduk pada-Nya.

Jadi, Yesus memakai di kepala-Nya “banyak mahkota” (Wahyu 19:12). Kata Yunani untuk “mahkota” adalah “diadema”, dari mana kita mendapat kata Inggris “diadem.” Ini bukan mahkota yang merepresentasi kemenangan dalam kontes atletik; lambang mahkota itu diidentifikasi dengan kata lain. Alih-alih, kata kerajaan, “diadem.” Ia memiliki banyak mahkota karena semua raja-raja memperoleh otoritas mereka dan hak mereka untuk memerintah dari-Nya.

Allah memiliki pesan spesial untuk pemerintah-pemerintah mengenai Yesus. Kadang-kadang, kita tidak menyadari bahwa Allah berkata beberapa hal secara khusus untuk pemerintah-pemerintah dan pemimpin-pemimpin. Mari kita lihat seluruh Mazmur 2: “Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia?

Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapi-Nya: “Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka dari pada kita!”

Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa: Tuhan mengolok-olok mereka.

Maka berkatalah Ia kepada mereka dalam murka-Nya dan mengejutkan mereka dalam kehangatan amarah-Nya: “Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!”

Aku mau menceritakan tentang ketetapan Tuhan; Ia berkata kepadaku: “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.

Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.

Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk.

Oleh sebab itu, hai raja-raja, bertindaklah bijaksana, terimalah pengajaran, hai para hakim dunia!

Beribadahlah kepada Tuhan dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar, supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murka-Nya menyala. Berbahagialah semua orang yang berlindung padanya!” (Mazmur 2).

Tentunya, “Raja-ku” adalah Yesus. Tidak masalah apa yang pemerintah-pemerintah akan putuskan, katakan, atau coba lakukan, Yesus, Raja yang ditetapkan, sudah memasang pada Sion surgawi.

Ingat, karena Ia yang pertama dibangkitkan dari antara orang mati, Ia pemerintah dari raja-raja di bumi. Mazmur ini membawa pesan spesial, dan tepat waktunya untuk kita hari ini – pesan pada pemerintah-pemerintah di bumi: agar mereka diperdamaikan dengan Allah melalui Yesus. “Cium Anak,” karena jika kemarahan- Nya menyala, Ia akan membawa penghakiman pada mereka yang tidak bisa mereka lawan.

Didirikannya kerajaan Yesus adalah satu-satunya solusi untuk masalah-masalah dunia dan satu-satunya harapan untuk penduduk- penduduk bumi. Puji syukur pada Allah, Ia Raja dari segala raja dan Tuhan dari segala tuhan. Datanglah segera Tuhan Yesus!

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply