Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Melakukan Isolasi Mandiri Versi Para Murid Yesus




eBahana.com – Sejak wabah Covid-19 melanda dunia, akhir 2019, Pembatasan sosial bagi masyarakat baik berskala besar maupun berskala kecil pada saat ini banyak dilakukan  bukan hanya di sebagian daerah di Indonesia saja tetapi hampir di semua negara juga mengeluarkan kebijakan serupa.

Hal ini dilakukan supaya rantai penyebaran virus Covid-19 bisa dihambat dan dimusnahkan. Sebab hanya dengan jalan yang demikianlah virus ini dapat dimusnahkan dari muka bumi termasuk dari Indonesia ini. Walaupun kebijakan ini di satu sisi juga menimbulkan gejolak di masyarakat khususnya ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Sebab masyarakat Indonesia penduduknya banyak bekerja di sektor riil seperti buruh harian lepas, buruh tani, petani dan yang lainnya. Dan mereka sangat rentan terhadap bencana apapun termasuk wabah virus Covid-19, sebab mereka bekerja hasilnya cukup untuk kebutuhan hari itu juga, sedangkan kebutuhan besuk dan selanjutnya harus dipikirkan dan dikerjakan besuk hari itu juga. Apabila kebijakan  ini dilakukan seperti negara negara lain akan menimbulkan goncangan  yang lebih besar lagi yaitu krisis ekonomi.

Pembatasan sosial tersebut juga pernah dilakukan oleh murid Yesus itu sendiri, bahkan sampai dua kali, yang pertama: Manakala Yesus ditangkap oleh pasukan Romawi dan ahli ahli taurat lalu menghukum-Nya dengan salib. Paska kematian Dia mereka bersembunyi dari kegiatan sosial di masyarakat karena takut di tangkap oleh para pasukan Romawi dan yang lainnya.

“Dan ketika Ia sedang  memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke Surga. Mereka sujud menyembah kepadaNya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita.” Sementara Dia memberkati, mereka sujud menyembah kepadaNya, kata itu adalah bisa mewakili  sikap hati yang rendah hati dari para murid-Nya kepada guru dan Tuhan mereka. Tetapi menyembah kepadaNya juga menunjukan bahwa para murid sudah tau siapa Yesus sebenarnya sehingga mereka telah siap melakukan apa yang Ia mau. Hal itu ditunjukkan para murid dalam perjalanan pulang dari bukit zaitun  paska kenaikan Dia ke Surga. Kata: “Lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita.” Kata bersuka cita disini menandakan bahwa rasa kecewa, frustasi tidak berpengharapan yang sempat melanda mereka, telah pulih kembali, bahkan lebih dari hal itu. Mereka kembali ke Yerusalem dari Bukit Zaitun dengan bersuka cita karena eksistensi mereka sebagai murid Kristus telah kembali.

pembatasan sosial yang ke dua itu juga dilakukan kembali oleh para murid Yesus. Tetapi kali ini mereka melakukannya bukan karena ketakutan dikejar dan ditangkap pasukan Romawi  serta ahli Taurat seperti alasan yang pertama. Kali ini mereka melakukan pembatasan sosial selama sepuluh hari dimulai sejak Yesus naik ke Surga sampai Pentakosta atau Roh Kudus turun atas mereka supaya ketika Roh Kudus turun atas mereka sudah siap sedia menerima-Nya. Pembatasan sosial dilakukan para murid selama sepuluh hari di dalam sebuah rumah di Yerusalem untuk menyambut kedatangan Roh Kudus:

“Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama sama dengan beberapa perempuan serta Maria ibu Yesus dan dengan saudara saudara Yesus.”

Selama 10 hari ketika mereka mengkarantina diri dengan bertekun sehati dalam doa bersama. Kata bertekun itu artinya dengan giat senantiasa melakukannya. Apa yang dilakukan para murid dan yang lain selama menanti nantikan kedatangan Roh Kudus? Yang dilakukan adalah berdoa bersama sama. Oleh karena berdoa itu dilakukan bersama sama maka yang dibutuhkan kesehatian. Dengan kata lain menyatukan hati satu dengan yang lain atau bersepakat bersama untuk melakukan doa. Dengan kesehatian berdoa kepada Allah maka sudah bisa dipastikan semua yang didoakan pasti akan didengar Tuhan. Karena satu dua orang berkumpul dalam nama-Nya pasti Dia akan hadir.

Mengisolasi atau mengkarantina diri itu tidak selalu berkonotasi negatif, dengan kata lain mereka tidak anti sosial, tetapi melakukan introspeksi diri dan bukan berarti tidak mau bergaul dengan lingkungan dan lain sebagainya. Dalam hal hal tertentu seseorang atau sekelompok orang bisa mengisolasi diri, apabila menghadapi keadaan yang berbahaya seperti saat ini yaitu karena dunia sedang menghadapi pandemi Covid-19. Apabila tidak melakukannya bisa  saja terjangkit virus Corona tersebut. Atau melakukan isolasi diri karena memang kondisi sosial  penduduknya berperilaku yang melanggar hukum Allah dan hukum pemerintahan seperti ketika zaman Nuh sehingga Dia menjatuhkan hukuman dengan cara menurunkan air bah. Mengisolasi diri terpaksa dilakukan supaya tidak tertular virus virus amoral.

Sedangkan para murid mengisolasi diri dalam rangka mempersiapkan diri (merefleksikan diri) dengan cara bersehati, bertekun, berdoa bersama sehingga hati mereka dalam keadaan kudus ketika Roh Kudus turun atas mereka.

Demikian pula dengan kita sebagai para pengikut Kristus, apakah, kita juga sudah melakukan hal yang sama yaitu berdiam diri dari bersehati bertekun berdoa bersama menanti nanti kedatangan Roh Kudus, sehingga pada saatnya kita menjadi siap menerima Dia dalam hati dan pikiran kita.

Oleh Markus S.



Leave a Reply