Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Happiness in Hardtimes




Shenzhen. Sore hari. Hujan terus mengguyur kota ajaib yang pertumbuhannya disebut-sebut paling cepat di seluruh daratan Republik Rakyat Tiongkok. Bersama istri dan anak-anak, saya jalan cepat menuju Lowu Commercial City Mal atau sering disebut Lowu Mal. Terus terang, saya tidak begitu antusias. Mengapa? Karena mal modern di mana pun mirip satu sama lain. Apalagi hujan! Namun, ketimbang meringkuk sendirian di hotel, lebih baik jalan-jalan. Siapa tahu bertemu toko buku.

Setelah berjam-jam keliling mal raksasa itu, kami pulang. Istri saya sempat membeli beberapa potong baju di sana, sedangkan saya tidak keluar satu yuan pun! Lembaranlembaran Renminbi (RMB, mata uang RRT) tetap utuh di dompet saya. Makan malam pun istri yang bayarin, meskipun uang saya juga he, he, he. Saya mengira hujan sudah reda, ternyata masih saja deras. Saya bersama istri dan anak saya yang bungsu, Yosafat, berjalan di bawah payung lipat kecil yang sebenarnya tidak bisa melindungi tubuh kami dari tempias air hujan. Sedangkan Yonatan dan Verawati berjalan di depan. Di sebuah tikungan, tiba-tiba kaki kiri saya terperosok ke selokan yang cukup dalam. Meskipun itu kesalahan saya sendiri, mood saya berubah. Apalagi setelah tahu kami tersesat. Kami harus tanya orang di pinggir jalan untuk menunjukkan jalan ke hotel yang sebenarnya tidak terlalu jauh. Saya tidak lagi mengingat ayat Firman Tuhan yang menyatakan: “Bersukacitalah senantiasa!”

Mungkin karena usia saya yang tidak lagi muda, kaki saya cepat sekali lelah jika dipakai berjalan jauh atau lama. Ketika menemani istri dan anak jalan-jalan ke Disneyland, kaki saya sempat kram, sehingga saya memilih untuk istirahat di depan air mancur dan membiarkan anak dan istri berjalan-jalan. Karena kejadian itulah maka keesokan harinya ketika temanteman mengajak saya ke shopping center lain, saya menolak. Saya memilih jalan jalan di sekitar hotel bersama istri dan anak bungsu saya. Saya tidak menyesal karena justru dari jalan-jalan itulah saya menemukan Oyster bakar yang enak sekali.

Saat kembali ke tanah air, di Hong Kong International Airport, saya menemukan sebuah toko buku Page One. Di sana ada sebuah buku baru yang menarik perhatian saya. Pertama, penulisnya adalah penulis favorit saya, yaitu Andrew Mathews. Buku pertamanya Being Happy, saya baca saat saya berada di Perth lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Kedua, saya mengagumi penulis asal Australia ini karena dia bukan hanya bisa menulis tetapi juga memberi ilustrasi sendiri. Nah, gambar sampul buku terbarunya itu yang menohok saya sekaligus membuat saya geli. Situasinya persis seperti yang saya alami di Shenzhen. Di sampul buku itu tampak seorang pria sedang berjalan dengan payung kecil yang robek di sana-sini di tengah hujan deras. Satu kaki pria itu dalam posisi melangkah dan di depannya ada genangan air berlumpur. Kok pas sekali dengan yang saya alami di Lowu Mal! Yang membedakannya, waktu itu wajah saya pasti sepekat mendung yang menggantung di udara malam Shenzhen, sedangkan wajah pria di sampul buku Andrew Mathews itu justru tersenyum lebar. Judulnya pun luar biasa. Happiness in Hardtimes!

Kisahnya belum selesai. Ketika saya kembali ke tanah air, saya membaptis jemaat di HFC Jogja. Mungkin karena udara yang panas dan kolam renang hotel yang dingin, perut saya langsung mulas. Saya murus-murus. Di saat ‘menderita’ seperti itu ada BlackBerry Message yang masuk. Bunyinya: “Apa yang lebih cepat dari roket? Jawabannya, mencret!” Kok bisa pas? Saya tertawa geli. Andrew Mathews benar. Kita masih bisa tertawa di saat menderita!

 

Dr. Xavier Quentin Pranata, MACE
Penulis buku 100 Teka-Teki yang Mencerdaskan Anda. Dapat ditemui di www.xavierquentin.com. Tinggal di Surabaya.



Leave a Reply