Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Tak Lekang oleh Krisis




eBahana.com – Hidup harus diperjuangkan. Jika di tengah kerja keras dan usaha mati-matian itu, keberuntungan belum juga datang, tunggulah sampai ia tiba. Karena Tuhan tidak akan membiarkan orang benar menderita kelaparan (Ams.10:3)

Namanya pendek saja, Agustinus. Tetapi para kolega memanggilnya Agus Artista Foto, merujuk studio foto bernama Artista yang didirikan Agus di rumahnya, Jl. Jambon TR I/479 Jatimulyo, Yogyakarta.

Ruang tamu diubah menjadi studio. Selembar kain dipajang sebagai latar. Tas kamera, tripod dan penyangga lain dari pipa berserakan di lantai. Ruangan 3×4 meter itu menjadi bertambah sempit.

Sebelum menjadi tukang foto keliling, Agus telah mengecap beragam pekerjaan. Sales rokok, supervisor sebuah produk mie instan, staf akunting, pedagang makanan kecil, hingga sopir pribadi.

Berhenti jualan rokok, Agus beralih ke mie instan. Dia naik pangkat, jadi supervisor. Pengalaman di rokok
menjadi acuan. Tetapi tahun 1991 Agus berhenti dan bergabung sebagai staf akunting sebuah studio foto ternama di Yogyakarta. Tugasnya mengawasi pembukuan.

PHK Bersama
Namun krisis besar yang melanda Indonesia pada 1998 membuat studio foto tempat Agus bekerja melakukan perampingan karyawan.

Agus sebenarnya sudah mau ikut dalam PHK bersama itu, namun dia diminta tetap bertahan oleh pemiliknya. Sejak PHK, Agus mulai merangkap kerja. “Karena karyawan lapangan berkurang, saya usul supaya bantu-bantu kalau ada pemotretan. Mulai saat itulah saya belajar teknik memotret secara otodidak,” tutur Agus yang mengaku buta soal teori fotografi, tetapi kalau praktik bisa langsung jalan.

Tahun 2003 Agus benar-benar kena PHK. Dia diberi pesangon tiga kali gaji pokok. Jumlah mencapai Rp 1,4 juta. Agus limbung. Pesangon sedikit, pekerjaan tidak ada, sementara dia kepala keluarga.

“Bingung saya. Seperti layang-layang putus. Ketrampilan sales saya punya. Driver bisa. Akuntansi bisa.
Teknik kimia saya bisa. Akhirnya saya melamar sebagai sopir pribadi,” jelasnya. Tetapi hanya beberapa bulan saja.

Beralih profesi, Agus masuk keluar pasar berjualan makanan kecil. Namun pekerjaan ini pun dia tinggalkan. Seminggu Agus hanya mendapat Rp 100 ribu. Bagaimana bisa menopang kehidupan istri dan seorang anak mereka? Saat terpuruk seperti itu istrinya, Tuti Anggriani, memberi semangat. Tuti minta Agus menekuni profesi yang terakhir digeluti, fotografi.

Kamera Utangan
Agus mengutang kamera di tempat dia pernah bekerja. Angsurannya tanpa bunga. Lembaga pemerintah, sekolah-sekolah, perkumpulan, acara-acara dia datangi dan menawarkan jasa. Kartu nama disebar. Iklan mini rajin dipasang di koran. Ternyata tidak mudah. Mencari konsumen tidak segampang yang diduga. Agus merasa upaya maksimal telah dilakukan. Tetapi hasilnya belum datang juga.

Tidak patah arang. Agus terus berkayuh. Baginya kegagalan seperti sukses yang tertunda saja. Satu tahun
“menawarkan diri”, dia memang lelah jiwa dan raga. Tetapi andaikan dia menyerah, bukankah Amanat Agung
yang diemban setiap orang Kristen juga akan musnah bersamanya? Agus menyadari hal ini. Dia segera
mengubah strategi.

Carilah Dulu…
Akhirnya Agus terlebih dahulu mencari Tuhan. Karakternya diubahkan. Bagi dia keuletan, antusisme yang meledak-ledak menjadi pegangan wajib tiap orang. Tetapi yang lebih utama daripada seribu ikthtiar manusia adalah, firman Tuhan.

Terbukti. Begitu menomorkan satukan Allah melalui pelayanan, jemaat GBI Arjuna Yogyakarta ini memetik
hasilnya. Job tidak pernah sepi datang. Bahkan dalam banyak kesempatan dia membagi pekerjaan kepada teman seprofesi. Seluruh keuntungan masuk kantong mereka, meskipun tetap memakai nama Artista Foto.

Demi kepuasan pelanggan Agus memakai kamera digital. Harga kamera ini Rp 10 juta. Dia datang lagi ke
mantan bosnya. Kamera boleh diambil dengan cara diangsur, tanpa bunga. Agus hanya butuh satu bulan untuk
melunasi angsurannya.

Sekarang tidak ada kekhawatiran pada Agus. Bahkan, katanya, kalau beras sekilo harganya harus Rp 100 ribu, dia tidak takut! “Karena orang benar tidak mungkin dibiarkan kelaparan oleh Tuhan,” ujar Agus yakin. (Alex Japalatu)



Leave a Reply