Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Anomali Iman




eBahana.com

Sebagai tuan pemilik kebun anggur, ia adalah pribadi yang rajin dan tidak hanya berpangku tangan di rumah menunggu laporan dari pekerjanya. Tetapi karena dia seorang pemilik kebun anggur yang baik dan benar maka ia ingin ke luar rumahnya. Apa tujuannya? Sudah tertulis seperti di bawah ini:

“Kira-kira jam 9 pagi, ia keluar pula dan dilihatnya lagi orang-orang yang menganggur di pasar”

Pemilik kebun anggur keluar yang kedua kalinya pukul 9 pagi. Ternyata tujuan ia keluar dari rumah adalah pergi ke pasar. Biasanya seorang pemilik kebun anggur jika mengunjungi pasar adalah:

  1. Membeli benih (bibit), pupuk, dan alat-alat pertanian
  2. Menjual hasil kebun
  3. Mengecek harga produk pertanian dan atau perkebunan, apakah sedang naik atau turun sehingga ia tidak keliru saat membuat harga pada produknya
  4. Membeli keperluan pribadi atau keluarga

Akan tetapi, di dalam ayat firman Tuhan tidak dijelaskan apa tujuan pemilik kebun anggur itu datang ke pasar. Ayat firman Tuhan di di atas juga lebih fokus kepada penglihatan terhadap pemilik kebun anggur kepada  orang banyak yang sedang menganggur di pasar. Hal inilah yang menarik untuk dilihat dan dianalisis. Orang yang dilihat oleh pemilik kebun anggur ditengarai orang miskin yang tidak mempunyai alat produksi apapun. Sehingga mereka datang ke pasar untuk mencari pekerjaan. Sebab mereka beranggapan di pasar itu banyak pekerjaan. Namun asumsi itu tidak selalu benar. Ternyata mereka datang ke pasar tetapi mereka tidak mendapat pekerjaan apapun. Oleh karena itu, pemilik kebun anggur melihat mereka menganggur.

Di dalam kehidupan nyata hanya sedikit orang kaya yang mempunyai karakter seperti pemilik kebun anggur. Dia adalah seorang kaya yang rendah hati dan empati kepada mereka yang miskin menderita. Kita akan melihat reaksi pemilik kebun anggur ketika melihat penganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas kuberikan padamu

“Dan mereka pun pergi”

Ada dua reaksi dari pemilik kebun anggur kepada para penganganggur yang ada di pasar:

“Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku”, reaksi pertama dari pemilik anggur adalah perintah kepada mereka untuk datang ke kebun anggurnya. Mengapa memberi perintah kepada para penganggur di pasar? Ada dua kemungkinan, Pertama, antara kedua belah pihak sudah saling mengenal. Tuan pemilik kebun anggur itu sekalipun orang yang kaya, ia sangat baik dalam hal bersosialisasi di tengah masyarakat. Ia kaya tetapi bukanlah pribadi yang borjuis (elitis) yang hanya mau bergaul dengan mereka yang sederajat saja. Tetapi dia adalah pribadi yang lowprofile, pribadi yang peduli dengan lingkungan di sekitarnya dan peduli kepada sesamanya tanpa memandang, suku, bangsa, bahasa, warna kulit dan status sosial. Bisa diduga mereka sudah bertemu sebelumnya di pasar saat  dia menjual buah anggurnya.

Dan apa yang pantas kuberikan padamu?

Bisa saja pertanyaan  yang disampaikan kepada mereka itu hanya sebagai kalimat pembuka sebelum masuk kepada permasalahan pokok. Dan bisa saja kalimat pertanyaan itu untuk mencairkan suasana hati dan pikiran yang tentunya kuatir tidak mendapatkan pekerjaan. Yang paling pantas diberikan kepada para penganggur adalah sebuah pekerjaan. Karena hanya itu yang  mereka cari, tanpa pekerjaan mereka tidak bisa melanjutkan kelangsungan hidupnya. Hidup membutuhkan pangan dan seseorang bisa mendapatkannya dengan adanya pekerjaan. Terkait pertanyaan dari pemilik kebun anggur kepada para penganggur di atas,ada benang merahnya dengan pekerjaan yang ia akan berikan  kepada mereka itu sesuai dengan kehendak mereka atau tidak. Di samping itu para penganggur itu mau dan  bisa mengerjakan atau tidak. Pertanyaan dari tuan pemilik kebun anggur itu juga ada hubunganya dengan perjanjian dan upah satu dinar untuk satu hari. Dan rupanya  mereka mau bekerja di kebun anggur seperti pertanyaan di atas:

Dan mereka pun pergi.”

Dengan demikian sudah ada dua angkatan pekerja yang bekerja di kebun anggur. Kepedulian dan empati kepada sesama manusia yang membutuhkan pertolongan yang dilakukan tuan pemilik kebun anggur, bukan hanya isapan jempol belaka. Terbukti ia juga melakukan  hal yang sama seperti yang tertulis di bawah ini:

“Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia ke luar pula dan melakukan  seperti tadi”

Setelah keluar rumah pagi-pagi benar dan jam sembilan pagi, ternyata ia masih keluar pada jam dua belas dan jam tiga petang. Ada hal yang sangat menarik di sini: ia keluar pada jam dua belas. Pada jam tersebut adalah jamnya orang makan siang dan mungkin juga dirinya. Tetapi setelah makan siang, biasanya untuk beristirahat sebelum melanjutkan pekerjaan kembali. Namun pemilik kebun anggur pada jam makan siang dan istirahat itu ia justru pergi ke luar rumah. Pertanyaanya, apa tujuanya dia pergi ke luar lagi? Orientasi dari pemilik kebun anggur ternyata masih sama dengan kepergiannya yang pertama, yaitu menemui mereka yang masih menganggur di luar sana dan menyuruh mereka untuk bekerja di kebun anggurnya. Tetapi mengapa ia tidak pergi lagi pada keesukan harinya? Bahkan tuan pemilik kebun anggur itu keluar rumah sekali lagi dengan tujuan yang sama dengan yang sesudahnya. Seperti yang diungkapkan di bawah ini:

“Kira-kira jam lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada  mereka, ‘Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari?’ Kata mereka kepadanya, ‘Karena tidak ada yang mengupah kami’. Katanya kepada mereka, ‘Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku’”

Apa yang dilakukan tuan pemilik kebun anggur, jika dihitung dengan pola hitungan lazimnya orang bekerja pasti akan rugi. Sebab mereka sebagian tidak bekerja selama dua belas jam tetapi tetap diberi upah satu dinar sama seperti orang yang bekerja dua belas jam. Mengapa tuan pemilik kebun anggur bisa berpikir, berucap dan bertindak yang  demikian?

Sebab ia telah mengukur segala sesuatu tidak hanya dari sudut ekonomisme saja. Tetapi dia juga mengukurnya dari sudut pandang sosial dan sepiritualitas. Dengan kata lain, pikiran, ucapan dan tindakanya bukan hanya didasarkan  pada keinginan daging (duniawi) saja. Tetapi juga didasarkan pada keinginan dan kebutuhan jiwa dan roh. Apalagi sekarang ini era globalisasi, cara berpikir, berucap, dan bertindak seperti tuan pemilik kebun anggur tentu dianggap gila. Sebab di luar kelaziman dan keumuman. Padahal itu adalah tindakan yang baik dan benar menurut Alkitab.

Dan apa yang dilakukan tuan pemilik kebun anggur pada era sekarang disebut anomali iman, yakni sesuatu yang terjadi saat itu bukan yang biasa terjadi setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, dst. Oleh karena itu jika kita ingin merasakan suasana Sorga, tentu harus berani beranomali iman atau berpikir, berucap, dan bertindak yang berkontradiktif dengan kelaziman dan keumuman dunia ini. Kendati risikonya dianggap orang sebagai orang gila dan sesuatu yang lebih dari itu. Kuasa Roh Kudus dan kuasa kebenaran firman-Nya yang akan memampukan.

(Markus Sulag)

 



Leave a Reply