Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Persembahan Persepuluhan dan Persembahan Khusus




eBahana.com – Pertanyaan

Shalom, Bapak Pdt. Noor Anggraito.

Ada hal yang hendak saya tanyakan kepada Bapak, yaitu Kitab Maleakhi 3:10. Dalam kitab ini lebih banyak ditekankan mengenai persembahan persepuluhan, sedangkan sisi yang belum banyak diketahui oleh banyak orang adalah persembahan khusus. Persembahan khusus bentuknya pada waktu itu seperti apa dan sekarang bagaimana? Apakah persembahan khusus diberikan bersamaan dengan persembahan persepuluhan? Mohon penjelasannya. Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati.

Thomas di Malang

 Jawaban:

Nabi Maleakhi melayani kira-kira pada 500 sebelum Masehi. Bangsa Yehuda sudah pulang dari pembuangan Babel. Mereka sudah membangun kembali rumah mereka masing-masing. Di bawah kepemimpinan Zerubabel dan Ezra, mereka sudah membangun Bait Allah dan dalam kepahlawanan Nehemia, mereka juga sudah membangun tembok Yerusalem. Hal itu menunjukkan bahwa eksistensi dan kekuatan sebuah bangsa Yahudi sudah benar-benar ada.

Namun demikian, kehidupan mereka ternyata tidak mudah. Di bawah dominasi pemerintahan Persia (istilah bupati dalam Maleakhi. 1:8), kehidupan mereka tidak seperti yang mereka harapkan. Kehidupan sosial, budaya, dan politik mereka masih dikontrol oleh Persia. Panen mereka gagal karena diserang oleh belalang pelahap (Mal. 3:11). Kondisi demikian membuat mereka kecewa sehingga mereka bukan saja marah kepada Tuhan, melainkan juga memberontak kepada Tuhan, termasuk di dalamnya adalah para imam. Mereka mengecilkan arti kesetiaan perjanjian Tuhan dengan dibuktikan adanya percampuran penyembahan terhadap Tuhan dan berhala, banyaknya perceraian, dan amburadulnya kehidupan moral kala itu.

Pesan Maleakhi sederhana: Jika kamu setia kepada Taurat, kamu akan diberkati. Namun, jika tidak, kamu akan terkutuk sebagaimana yang dituliskan dalam Kitab Ulangan 28. Termasuk dalam memberikan persembahan kepada Tuhan. Maleakhi menyebutkan persembahan persepuluhan dan persembahan khusus (Mal. 3:8). Namun, dalam pasal 3:10 diperintahkan, bawalah seluruh persembahan. Artinya, jika umat benar-benar ingin merasakan berkat Tuhan, ia harus setia kepada Tuhan. Kesetiaan itu dapat diwujudkan dengan membawa seluruh persembahan (termasuk di dalamnya persembahan khusus) ke Bait Allah.

Dalam Hukum Musa terdapat banyak macam persembahan di samping persembahan persepuluhan (Im. 27:30–32). Ada persembahan dari hasil panen atau ternak yang dibawa pada saat ibadah kudus dan dimakan bersama para imam (Ul. 12:5–18). Ada juga persembahan yang dilakukan tiga tahun sekali untuk diberikan kepada janda-janda, anak yatim piatu, dan para pengembara (Ul. 14:27–29). Ada juga kurban bakaran sebagaimana yang ditunjukkan dalam Mal. 3:8. Intinya, Maleakhi mengajak umat untuk setia kepada Tuhan dengan cara membawa seluruh persembahan.

 Kalau demikian, apa yang dimaksud dengan persembahan khusus di sini? Dalam bahasa aslinya, kata persembahan persepuluhan jelas menunjuk kepada persepuluhan atas hasil bumi dan ternak. Tekanannya memang persepuluhan. Namun, kata persembahan khusus adalah terjemahan dari kata Ibrani “TERUMAH” yang arti harfiahnya bisa “sumbangan, iuran, dan juga persembahan”. Sekali lagi dengan pemahaman seperti itu dapat dimengerti bahwa maksud Maleakhi adalah setia dengan semua yang menjadi tuntutan untuk persembahan hendaklah dilakukan sebagai wujud setia kepada Hukum Tuhan.

Dalam konteks masa kini, tentu persembahan khusus dapat diartikan semua persembahan di luar persembahan persepuluhan dapat dimaknai dengan istilah TERUMAH tersebut. Dalam aplikasinya bisa merupakan persembahan khusus untuk gerakan penginjilan atau khusus untuk aksi sosial menolong masyarakat yang tertimpa bencana atau khusus untuk membantu pembangunan gedung gereja di desa-desa yang kekurangan dana, yang diadakan di gereja di mana kita menjadi anggotanya atau kita bergereja. Namun, dapat juga menunjuk kepada persembahan yang diedarkan di gereja saat ibadah, selain persembahan persepuluhan. Yang jelas segala sesuatu yang kita persembahkan harus sebagai rasa kasih dan setia kita kepada Tuhan karena kita sudah merasakan kasih setia Tuhan yang sangat besar. Tentunya yang tidak kalah penting, semua harus dilakukan dengan sukarela, sukacita, dan iman. Tuhan memberkati! Demikian penjelasan saya. Kiranya menjadikan kita setia kepada Tuhan. Amin.

oleh Pdt. Noor Anggraito.



Leave a Reply