Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Malaikat di Pesta Taman




eBahana.com – Cithra Indica: Malam itu aku menjadi pendamping pengantin wanita. Gaun yang kupakai seperti baju pengantin. Hmm… bagus deh.

Sahabatku, Kak Ruth, memintaku untuk menjadi pendampingnya pada acara pernikahannya. Kuterima tawarannya. Suatu kebahagiaan bagiku mendampinginya pada momen istimewanya. Tak hanya itu, Kak Ruth adalah putri dari bapak dan ibu gembala gerejaku. Aku menjalani fitting baju dan mengikuti gladi resik.

Sepatu Gold
Tugasku benar-benar menjadi asisten atau ajudan pengantin wanita. Hari pernikahan Kak Ruth dan Kak Adhit di Taman Mini Indonesia Indah pada hari itu. Hal penting adalah membantu pengantin wanita merasa nyaman dalam menjalani prosesi pernikahannya. Salah satunya, mengangkat jumbai gaun pengantin yang cukup panjang. Aku memakai sepatu semi selop warna gold yang kubeli ketika wisuda. Cocok dengan warna gaun, nyaman, dan baru 3 kali dipakai. Pokoknya, siiippp deh di kaki.

Acara pencatatan sipil dan pemberkatan pada pagi hari berlangsung lancar. Lega. “Dik, mau ganti sepatu nggak? tanya Kak Ruth. Ia menawarkan sepatunya yang seukuran dengan kakiku, nomor 39. Karena aku
merasa nyaman, untuk apa ganti. “Makasih, Kak Ruth. Pakai sepatu ini aja,” jawabku.

Sepatu Longgar
Malam hari resepsi diadakan di Keong Emas dengan konsep garden party. Pesta Taman. Ketika aku mendampingi Kak Ruth turun dari mobil, aku merasa sepatuku agak longgar. Namun, tidak kuhiraukan. Percaya diri aja deh, kataku dalam hati.

Setelah berjalan menuju panggung pelaminan, para penari diikuti pengantin menari untuk membuka acara tersebut. Aku pun ikut menari. Lantas para tamu mulai memberi salam pada pengantin yang didampingi orangtua. Pada sesi ini aku bisa meninggalkan Kak Ruth. Kugunakan kesempatan ini untuk menemui teman-teman gerejaku yang menjadi panitia. Aku turun ke taman mencicipi zuppa soup.

Telingaku harus konsentrasi mendengarkan MC sebab ada acara pengantin turun ke taman menyapa para tamu yang menyebar di taman yang dipenuhi berbagai hidangan. Tugasku memegangi jumbai, buntut, atau
ekor baju pengantin. Aku harus segera ke atas, ke pengantin. Jangan sampai terlambat!

Tali Sepatu Putus
Darahku berdesir. Jantungku berdetak kencang ketika kurasakan tali sepatu kananku putus. Lalu? Nyeker? Nggak mungkin ah. Tapi? Aku benar-benar panik. Oh, Tuhan! Bagaimana ini? “Sepatuku no 37, Cit…” kata Kak Hotma ketika dengan kilat kukatakan kepanikanku. Tidak ada jalan lain kecuali ke kamar rias meminjam sandal siapa saja yang cocok denganku. Karena kunci kamar dipegang Kak Catur, aku minta tolong beberapa orang mencarinya. “Kak, sepatuku no 39, mau? Kakak pakai saja…” kata Yati yang langsung melepaskan
sepatunya. Kucoba, pas! “Terus, kamu pakai apa, Yati?” tanyaku. Yati juga panitia yang sibuk membantu di bagian konsumsi. Masa nyeker? “Kak Cit, tenang saja…” Yati tersenyum. Aku merasakan ketulusan hatinya. Aku pun memakai sepatu Yati.

Ketika aku berjalan ke arah pengantin, seorang wanita dari Wedding Organizer sedang memegangi jumbai gaun pengantin Kak Ruth. Langsung saja aku menggantikannya, itu tugasku!

Satu per satu tamu meninggalkan taman. Pesta usai. Kupandangi gadis asal Indramayu yang sederhana dan baik hati itu. “Yati, makasih banget. Ini sepatumu,” kataku. “Pakai aja, Kak. Besok ajalah, nggak apa-apa. Tenang…” ucapnya tersenyum. Panitia foto bersama. Kaki Yati hanya beralas sandal jepit. Terima kasih Yati,
kamu adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk menolongku di pesta taman itu.
(Kisah Cithra pada Niken)



Leave a Reply