Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Asal Usul Kita : Umat Keturunan Adam – Bagian 3




eBahana.com – Allah dikonfrontasi oleh pemberontakkan makhluk-makhluk malaikat – makhluk-makhluk dengan kecantikan, kekuatan dan kecerdasan luar biasa.

Bagaimana Allah merespons? Apakah Ia menciptakan penghuni surgawi lain yang lebih agung – makhluk-makhluk dengan kecantikan, kekuatan dan kecerdasan lebih besar? Sudah pasti Ia bisa melakukan itu jika Ia menghendaki. Namun, Ia melakukan yang berlawanan. Ia menjangkau kebawah dan tidak keatas.

Ia menciptakan umat baru dari sumber terendah yang ada – dari bumi. Nama makhluk yang Ia ciptakan “Adam.” Nama ini berasal dari bahasa Ibrani “adamah,” yang berarti “bumi.” Umat Adam adalah umat “bumi.”

Namun pengungkapan pewahyuan Kitab Suci membuat jelas Allah merencanakan umat Adam untuk satu tujuan lebih tinggi daripada malaikat-malaikat.

Penting untuk disadari bahwa penciptaan Adam dan umat Adam bagian dari respons Allah terhadap pemberontakkan Satan. Dalam arti, umat baru ini dirancang untuk memenuhi tujuan dimana Satan jatuh. Ini satu alasan kenapa Satan menentang umat kita dengan kebencian yang begitu intens. Ia melihat kita sebagai mereka yang akan menggantikannya dan masuk kedalam tujuan yang ia gagal capai. Apa tujuan itu?

Untuk mengerti “tujuan” kita, kita harus terlebih dahulu mengerti “asal-usul” kita – “bagaimana dan kenapa kemanusiaan diciptakan.” Asal-usul kita dan tujuan kita diungkapkan dalam pasal-pasal pembukaan kitab Kejadian.

Ayat pembukaan Kejadian menyatakan: “Pada mulanya Allah menciptakan langit (heavens – jamak) dan bumi” (Kejadian 1:1). Lebih jauh dalam Kejadian 1:26-27 digambarkan penciptaan manusia: “Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, ….’Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” Kita perlu meletakkan penciptaan manusia dengan latar belakang historikal sepanjang periode-periode waktu yang lama sekali.

Allah bekerja sesuai sistim kronologikal yang Ia Sendiri rencanakan. Penting untuk mengetahui dimana kita saat ini dalam kronologi Allah. Mengenai kedatangan Yesus kembali ke bumi, dikatakan pada kita dalam Ibrani 9:26: “……Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, ‘pada zaman akhir’ untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya.” Ini mengindikasi kedatangan Yesus kembali ke bumi adalah kulminasi (puncak) program Allah sepanjang periode yang digambarkan sebagai “zaman-zaman.”

Dalam 1 Korintus 10:11 Paulus berkata semua hal-hal ini “dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, ‘di mana zaman akhir telah tiba’.” Gereja Perjanjian Baru sudah pasti mengerti bahwa itu mengarah pada klimaks tujuan-tujuan ilahi yang sudah dimulai sejak zaman-zaman sebelumnya.

Ayat-ayat Kitab Suci ini mengindikasi kedatangan Yesus dan didirikannya Gereja sebagai peristiwa-peristiwa akhir yang akan menutup periode yang digambarkan sebagai “zaman-zaman.” Bagaimana kita menginterpretasi frasa “zaman”? Dalam Mazmur 90:4 pemazmur berbicara kepada Allah dan berkata: “Sebab di mata-Mu seribu tahun ‘sama seperti’ hari kemarin, apabila berlalu, atau ‘seperti’ suatu giliran jaga di waktu malam.” Dalam kultur Alkitab periode dua belas jam dibagi menjadi tiga “giliran jaga” masing-masing empat jam. Dengan kata lain, seribu tahun sama dengan empat jam.

Dua puluh empat jam per hari sama dengan enam ribu tahun.

Maka kita melihat, peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam Kejadian 1:2 dan kulminasi aktifitas ilahi yang sudah berlangsung sebelumnya sepanjang periode waktu yang jauh lebih lama daripada kapasitas pikiran terbatas kita untuk mengerti.

Dengan ini di pikiran, kita kembali pada ayat-ayat pembukaan kitab Kejadian. Seperti kita sudah lihat, ayat pertama menggambarkan awal penciptaan, dan bagian pertama dari ayat kedua menggambarkan kondisi bumi: “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya.”

Lalu bagian kedua dari ayat 2 berkata: “Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.” Penekanannya pada kegelapan dan air. Dari Kejadian 1:3 “Jadilah terang” dan seterusnya sejauh Kejadian 2:7 “Dan TUHAN Allah membentuk manusia,” temanya bukan awal penciptaan, namun restorasi. Bahan materialnya sudah ada disana. Sederhananya, harus dibuat dan dibentuk kembali.

Selain proses diciptakan kembali, memenuhi bumi dengan makhluk- makhluk air dan hal-hal hidup lain, sebagai orang Kristen kita tidak boleh kehilangan aplikasi proses kreatif ini.

Dalam 2 Korintus 5:17, Paulus berkata: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ‘ciptaan baru’: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”

Ciptaan baru dalam Kristus ini adalah pekerjaan “restorasi.” Ketika kita datang pada Kristus sebagai orang berdosa, seluruh kepribadian kita tidak dihilangkan. Allah tidak membawa sesuatu yang baru secara total, sebaliknya Ia menggunakan kekuatan-kekuatan untuk merestorasi kita, memperbarui kita dan pada akhirnya membawa keluar dari kita sesuatu yang sama sekali baru – lengkap sempurna. Karenanya, pekerjaan restorasi yang digambarkan dalam Kejadian 1 dan 2 sangat relevan dan dapat diapliikasi pada ciptaan baru dalam Kristus.

Itu satu alasan kenapa Kitab Suci mencatatnya dengan detail.

Beberapa aspek penciptaan dalam Kejadian 1:2 direproduksi dalam merestorasi orang berdosa ketika ia datang pada Kristus. “Dunia” atau “bumi” seperti digambarkan dalam Kejadian 1:2 dalam keadaan berantakan (chaos). Begitupula, ketika kita datang pada Yesus sebagai orang berdosa, kita mungkin tahu atau mungkin tidak tahu, namun kita dalam keadaan berantakan (chaos). Tidak hanya kita berantakan, namun seperti bumi dalam Kejadian 1:2, kita dalam kegelapan.

Sementara kita dalam gelap, kita tidak bisa melihat keadaan sebenarnya. Ini kondisi bumi dan kondisi individual orang berdosa.

Ada dua agen restorasi dalam ciptaan baru. Dalam Kejadian 1:2, “Roh” Allah “malayang-layang” dan dalam Kejadian 1:3, Allah
berbicara dan “Firman-Nya” menghasilkan.

Dengan kesatuan Firman dan Roh, penciptaan dan penciptaan kembali terjadi. Apa yang terjadi ketika orang berdosa bertobat? Roh Allah menggerakan hati orang berdosa itu dan ia menerima Firman Allah yang di proklamirkan. Dengan Roh dan Firman proses diciptakan kembali (restorasi) dalam Kristus terjadi.

Produk pertama dari kesatuan Roh dan Firman bekerja sama adalah “terang.” Setelah itu, Allah bekerja dalam terang. Hal pertama yang terjadi ketika orang berdosa datang pada Kristus ia melihat hal-hal – dan dirinya sendiri – dalam keadaan sebenarnya. Dari titik itu Allah terus bekerja dalam hidupnya dalam terang.

Selanjutnya ada proses pemisahan dan pemurnian, pembedaan dan multiplikasi. Banyak bidang ditangani berturut-turut.

Kadang-kadang kita sampai tahap dimana kita berpikir, “Sekarang saya sudah benar-benar selesai. Allah sudah menangani semuanya.”

Betul di titik ini bidang baru dalam hidup kita di singkapkan dan dibawa pada terang oleh Roh Allah, dan lalu Ia mulai menangani bidang itu.

Ini cara Allah bekerja dalam restorasi yang digambarkan dalam Kejadian 1. Ia bekerja secara bertahap: pertama air, lalu bumi, lalu tumbuh-tumbuhan, ikan-ikan, burung-burung, lalu binatang- binatang dan seterusnya. Terakhir, kita sampai pada klimaks proses kreatif: penciptaan manusia.

Penciptaan manusia memberi kita pewahyuan mengenai Allah: ada “pluralitas dalam Allah: “Lalu Allah berkata, ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, ‘” (Kejadian 1:26).

Kata “Allah” Elohim adalah bentuk jamak. Ini sesuai dengan bahasa yang Allah gunakan disini mengenai diri-Nya, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.”

Allah jamak, namun Ia juga “satu.” Kata Ibrani untuk “satu” yang digunakan disini dan diaplikasikan pada Allah adalah “echad.”

Dalam Kejadian 2:24, kata yang sama, “echad,” digunakan lagi: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu ‘echad’ daging.”

Kata yang digunakan disini, “echad,” bukan kata kesatuan yang tidak terpisahkan, “yachid.” Kata Ibrani yang digunakan dalam ayat ini, “echad,” diaplikasikan untuk perkawinan. Menggambarkan ketunggalan dua pribadi yang berbeda menjadi satu. Dalam pewahyuan alkitabiah Allah, meski demikian, bukan dua pribadi, melainkan tiga Pribadi yang dipersatukan untuk menghasilkan ketunggalan – “ketunggalan jamak.”

Kejadian 1:27 menggambarkan klimaks proses dimana Allah menciptakan manusia. “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya.” Allah tidak beristirahat dalam proses penciptaan ini sampai Ia sudah menghasilkan gambar-Nya sendiri. Dalam penciptaan baru dalam Kristus, demikian pula, Allah tidak akan beristirahat sampai Ia sudah menghasilkan dalam kita gambar- Nya sendiri. Ini tujuan akhir-Nya.

Dalam Kejadian 2:7, titel baru yang diberikan pada Allah: “TUHAN Allah.” Dalam bahasa Ibrani “Allah Yahweh” atau “Allah Jehovah.”

Sebagian besar sarjana modern lebih memilih menggunakan “Yahweh” daripada “Jehovah.”
Namun bentuk manapun yang digunakan, fakta paling penting, ini nama pribadi.

Dalam Kejadian 1, kita hanya memiliki nama “Allah.” Namun dalam Kejadian 2 kita memiliki nama sakral tambahan “Yahweh.” Ini signifikan karena Kejadian 1 menggambarkan penciptaan umum, sementara dalam Kejadian 2 penekanannya pada penciptaan Adam sebagai manusia. Ini membangun hubungan pribadi unik antara Allah, Pencipta, dan Adam, makhluk ciptaan.

Ada ciri-ciri unik Adam yang membedakannya dengan makhluk lain Allah. Yang paling signifikan adalah metode penciptaan Adam. “TUHAN Allah “Yahweh” “membentuk” manusia dari debu di tanah” (Kejadian 2:7).

Kata “membentuk” biasanya digunakan untuk pembuat bejana tanah liat. Catatan itu menggambarkan bejana tanah liat yang dibentuk dengan terampil menjadi patung paling sempurna yang bumi pernah lihat.

Namun hanya bentuk tanah liat yang tak bernyawa sampai Allah mengimpartasi diri-Nya padanya: “…..”Allah Yahweh” “menghembuskan” kedalam lubang hidungnya nafas kehidupan; dan manusia menjadi makhluk jiwa hidup” (Kejadian 2:7).

Dalam Ibrani asli, Kejadian 2:7 jelas dan dramatik. Dalam bahasa Ibrani, suara kata sering menggambarkan apa yang kata gambarkan.

Dimana Kitab Suci berkata, “Ia menghembuskan nafas kedalam lubang hidungnya,” kata Ibrani untuk “menghembuskan” adalah yi – pach. Secara fonetis, suara “p” di tengah disebut “plosif [bunyi konsonan].” Dengan kata lain, direproduksi dengan ledakan kecil – nafas keluar.

Dilain pihak, kata Ibrani suara serak “chet,” “ch” di akhir “yi-pach,” terdiri dari nafas yang dikeluarkan terus menerus dari tenggorokan.

Frasa seluruhnya “yi-pach” mengindikasi ada nafas yang keluar dengan keras diikuti aliran udara terus menerus. Bukan desahan lembut.

Keluarnya nafas otoritatif ilahi kedalam kedua lubang hidung dan mulut tanah liat itu – menghasilkan jiwa hidup – manusia.

Pikirkan mujizat yang digambarkan ini – bahkan dalam alam fisikal. Pikirkan fakta luar biasa tanah liat diubah menjadi bola mata, dan semua organ di dalam tubuh tercipta, jantung mulai berdetak, darah mulai bersirkulasi. Jika ada dasar logikal untuk mendapatkan kesembuhan dari Allah, inilah.

Jika tubuh kita butuh restorasi, tempat yang logikal adalah membawanya kepada Satu yang menciptakannya, Pencipta tubuh. Itu dasar kuat untuk pelayanan kesembuhan melalui doa. Ia tidak pernah berhenti menciptakan.

Dalam Yohanes 9:1-7, ketika Yesus bertemu orang yang buta sejak lahir, Ia menyembuhkannya dengan cara luar biasa. Ia meludah ke tanah, membuat tanah liat dari air ludah dan mengurapi mata orang buta itu dengan tanah liat. Ia lalu berkata, “Pergi, basuhlah dalam kolam Siloam.”

Yesus bisa menyembuhkan orang itu dengan banyak cara namun Ia memilih melakukannya dengan cara itu. Kenapa? Orang itu buta sejak lahir. Matanya tidak pernah memiliki pengelihatan. Bukan hanya menyembuhkan penyakit; sebenarnya perbuatan kreatif. Yesus memberi perhatian kepada generasi-Nya: “Aku masih sama Satu yang membuat tanah liat di Taman Eden dan menghembuskan nafas kehidupan kedalamnya. Ketika Aku membentuk tanah liat dan Aku menghembuskan kedalamnya, penciptaan terjadi.”

Ketika Allah menunduk kebawah di Taman Eden dan meletakkan lubang hidung-Nya ke lubang hidung tanah liat, bibir-Nya ke bibir tanah liat, dan mengeluarkan nafas-Nya, manusia menjadi jiwa yang hidup.

Pasal-pasal pembukaan Kejadian mengungkapkan “kehidupan” pada dua tingkat: roh dan jiwa. Masing-masing di ilustrasi jelas dengan kata Ibrani yang digunakan. Kata Ibrani untuk “roh” adalah “ruach” dimana huruf “chet” menggambarkan keluar terus menerus tanpa bergantung pada sumber eksternal. Dilain pihak, kata Ibrani untuk “jiwa” adalah “nefesh.” Ini menggambarkan kehidupan, yang harus menerima sebelum bisa memberi. “Nefesh” dimulai dengan mengambil nafas dan di ikuti dengan melepas nafas yang sudah diterima.

Pasal-pasal pembukaan Kejadian mengandung kata-kata dalam bentuk jamak. Ini berlaku untuk kata “kehidupan” (chaim). Ada dua bentuk kehidupan: kehidupan roh dan kehidupan jiwa. Allah menghembuskan kedalam lubang hidung Adam nafas kehidupan (chaim) – kehidupan dalam semua bentuknya.

Metode penciptaan manusia unik. Disini tidak berbicara tentang membentuk tubuhnya dari tanah liat, namun tentang fakta bahwa Allah menghembuskan kehidupan langsung kedalamnya. Dengan cara ini, Allah dan manusia berhadapan langsung muka dengan muka.

Ini mendemonstrasikan bahwa manusia, dari semua ciptaan di alam semesta, memiliki kapasitas unik untuk akses langsung ke hadirat Allah dan persekutuan terus menerus dengan Allah. Ini berarti ada sesuatu dalam manusia yang secara unik berhubungan dengan sesuatu dalam Allah. Menggunakan ekspresi dalam satu kata: “persekutuan.”

Tujuan tertinggi Injil adalah membawa manusia kembali kedalam persekutuan dengan Allah.

Ini mengungkapkan hubungan unik antara pasal-pasal pembukaan dan penutupan Alkitab. Klimaks hubungan yang dimulai dalam Kejadian pasal 1 dan 2 digambarkan dalam Wahyu 22:3-4, yang adalah deskripsi terakhir dalam Kitab Suci mengenai umat yang ditebus: “hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya, dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka.”

Manusia di titik ini sudah dibawa kembali kedalam persekutuan langsung muka dengan muka dengan Allah Mahabesar yang untuknya ia diciptakan. Tujuan-tujuan Allah yang secara temporer digagalkan oleh Satan pada akhirnya secara sempurna digenapi melalui Yesus Kristus dan pekerjaan penebusan-Nya. Ini membuat hubungan manusia dengan Allah unik dan menentukan. Ia memiliki kapasitas untuk bersekutu dengan Allah tak ada bandingnya bahkan dibanding malaikat-malaikat. Dalam kekekalan, orang-orang yang ditebus dalam Kristus akan lebih dekat dengan Allah daripada malaikat-malaikat.

Satu hal yang paling luar biasa dalam Kitab Suci adalah bagaimana Allah Sendiri prihatin dengan manusia. Pemazmur berkata: “apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah manusia sehingga Engkau mengindahkannya?” (Mazmur 8:5).

Dengan kata lain, “Kenapa Engkau begitu bersusah payah untuk kita manusia?” Namun, jika kita mengerti Kitab Suci secara objektif, kita adalah pusat perhatian Allah. Kita biji mata-Nya. Dalam 1 Korintus 3:21, Paulus berkata pada orang-orang Kristen: “sebab ‘segala sesuatu’ milikmu.” Semua, di surga dan di bumi, milik kita.”

Tidak ada yang lebih menyedihkan daripada melihat orang-orang Kristen berbicara dan bertindak seolah-olah mereka tidak penting.

Berbicara seperti itu mungkin terdengar rendah hati, namun sebenarnya suatu bentuk “ketidak percayaan.” Kita orang-orang paling penting di alam semesta. Bukan karena siapa kita dalam diri kita, namun karena pekerjaan penebusan Kristus mewakili kita. Dalam-Nya kita diciptakan untuk hubungan khusus dengan Allah.

Kejadian 1:26 mengungkapkan ada dua aspek kemiripan antara Allah dan manusia. Pertama, ia dibuat menurut gambar (tselem) Allah dan kedua, ia dibuat menurut rupa (dmut) Allah.

Kata “gambar” (tselem) menggambarkan bentuk eksternal. Kata Ibrani untuk “bayangan,” dan diterjemahkan “bayangan” berkali-kali dalam Perjanjian Lama.

Menariknya, dalam bentuk kata kerja, terulang lagi dalam kata modern Ibrani untuk “menggambil gambar foto kita.” Selama lebih dari 3.500 tahun, bahasa Ibrani selalu menggunakan kata ini untuk mengacu pada bentuk luar yang kelihatan.

Manusia merepresentasi Allah di dalam dan di luar. Dari penampilan luar, ia tampak seperti Allah. Beberapa orang memiliki ide mengenai Allah seperti kabut kabur samar. Mereka tidak bisa membayangkan- Nya dengan bentuk eksternal yang pasti. Namun Alkitab mengungkapkan bahwa Allah memiliki tangan kanan, tangan kiri. Ia memiliki kuping dan mata, Ia memiliki kaki, Ia duduk, Ia berjalan, Ia berdiri, Ia memiliki belakang, Ia memiliki depan. Dalam semua ini Ia seperti kita. Meski demikian, kebenaran yang riil: bukan Allah seperti kita, kita seperti Allah.

Dalam umat manusia, laki-laki ketimbang perempuan merepresentasi penampilan luar Allah. Dalam 1 Korintus 11:7, Paulus menjelaskan: “Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan ‘gambaran dan kemuliaan Allah.’ Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki.”

Penting untuk ditekankan bahwa Paulus disini berbicara mengenai penampilan fisikal, eksternal, bukan mengenai kodrat spiritual di dalam.

Semua ini sampai puncaknya dalam catatan inkarnasi. Allah menjelma dalam Pribadi Yesus Kristus. Allah mengambil tempat tinggal-Nya dalam manusia dan dimanifestasi dalam tubuh daging. Penting tubuh harus tubuh manusia laki-laki.

Dengan kata lain, ada sesuatu mengenai manusia laki-laki yang secara spesifik dirancang untuk memanifestasi Allah. Bahkan malaikat-malaikat tidak memiliki fungsi unik ini untuk menunjukkan kemiripin rupa Allah yang dapat dilihat. Privilese itu disediakan untuk manusia. Ini alasan lain kenapa Iblis membenci laki-laki dan melakukan apa saja yang ia bisa untuk mencemarkan gambar Allah dalam manusia.

Itu bagaimana Satan bereaksi. Ia tidak bisa menyentuh Allah, jadi apa yang ia lakukan? Ia mengambil gambar Allah – manusia – dan merobeknya dan menginjaknya. Setiap kali seorang mabok terhuyung-huyung di jalanan, di selokan dan muntah, disitu Iblis menginjak gambar Allah. Dalam arti, ia berkata, “Itu engkau, Allah. Lihat seperti apa gambar-Mu sekarang? Itu yang aku rasakan mengenai-Mu.

Aku tidak bisa menyentuh-Mu, namun aku sudah pasti bisa mencemarkan gambar-Mu.”

Ada jangka waktu pendek ketika Satan bisa menyentuh Allah. Itu ketika Yesus datang dalam bentuk manusia dan menyerahkan diri- Nya pada penghakiman Pilatus. Maka Satan bisa melakukan apa yang ia benar-benar ingin lakukan – pada Allah – dalam Pribadi Yesus. Hasilnya penyaliban. Namun pada waktu-waktu lain Satan dibatasi melakukan yang terburuk pada umat manusia yang dibuat untuk menunjukan gambar Allah.

Mari kita pelajari “dmut,” kata Ibrani lain yang digunakan dalam Kejadian 1:26 untuk menggambarkan kemiripan manusia dengan Allah. “Dmut” term yang lebih umum daripada “tselem.” Tidak mengacu pada penampilan luar, namun pada seluruh pribadi manusia.

Sudah kita tunjukkan bahwa ada tiga  – kesatuan dalam Allah. Ada tiga – kesatuan yang sama dalam manusia. Tiga elemen dari keberadaannya adalah roh, jiwa dan tubuh.

Dalam 1 Tesalonika 5:23, Paulus berdoa untuk orang-orang Kristen Tesalonika: “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan Kita.” Pengudusan sempurna terdiri dari semua tiga elemen: roh, jiwa dan tubuh.

Roh dihembuskan kedalam manusia saat penciptaan oleh Pencipta. Tubuhnya dibentuk dari tanah liat dari tanah. Kesatuan Roh dari atas dan tanah liat dari bawah menghasilkan “jiwa.”

Jiwa adalah ego individual dalam setiap dari kita. Jiwa bisa berkata “Saya akan” atau “Saya tidak akan.” Elemen pembuat keputusan dalam kepribadian kita. Jiwa mengoperasikan “kemudi” yang mengarahkan jalan kita melalui hidup. Dalam Yakobus 3:1-5, diungkapkan bahwa “kemudinya” lidah.

Keselamatan datang pada jiwa yang membuat keputusan benar dalam merespons pada Injil dan mengikutinya terus dengan gaya hidup yang tepat.

Kesatuan Allah Pencipta dengan tubuh kedagingan menghasilkan “manusia baru.” Manusia baru ini makhluk moral. Tidak seperti binatang, ia tahu perbedaan benar dan salah, antara baik dan jahat. Manusia diciptakan dengan hati nurani yang mengatakan padanya hal-hal tertentu benar dan hal-hal tertentu salah.

Beberapa orang hari ini menganut “moralitas baru,” yang sebenarnya sama tuanya dengan Taman Eden. Dalam setiap generasi, Satan mencoba mengaburkan perbedaan antara benar dan salah, antara baik dan jahat.

Faktanya manusia tetap memiliki rasa moral. Ia tidak bisa lepas darinya. Apapun yang ia lakukan, ia tidak bisa lolos dari fakta bahwa ia tahu ada benar dan ia tahu ada salah.

Ciri perbedaan lain dari manusia ia memiliki kemampuan terbatas dari Allah untuk menciptakan. Ini didemonstrasikan dalam banyak cara. Manusia bisa membuat rencana, memasang dan menjalankan.

Dengan kata lain, manusia memiliki kemampuan kreatif, yang binatang lebih  rendah tidak miliki. Kemampuan untuk merubah dan mengembangkan hanya ada pada manusia.Dalam semua tiga bidang kepribadiannya – spiritual, moral dan intelektual – elemen-elemen dalam manusia sama uniknya dengan elemen-elemen dalam Allah.

 

OLEH
LOKA MANYA PRAWIRO



Leave a Reply