Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Pembukaan WEA General Assembly 2019




Jakarta, eBahana

Untuk kali pertama, Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Sedunia (World Evangelical Alliance/WEA) menggelar Sidang Umum di Indonesia pada tanggal 7-13 November 2019. Menurut Pdt. Deddy A. Madong, SH selaku anggota host committee, terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah merupakan hal yang tidak terduga. Sebab meski ada beberapa negara lain lebih difavoritkan, para pengambil keputusan justru menetapkan Indonesia sebagai tuan rumah Sidang Umum tahun 2019.

Rangkaian persidangan dibuka pada tanggal 7 November 2019 dengan dihadiri para peserta dan sekitar 7.000 tamu undangan. Dengan dipandu oleh Mark McClendon dan Yolanda Fergina sebagai host, acara dibuka dengan doa oleh Rev. Anton Tarigan.

Dalam sambutannya, Pdt. DR. Rony Mandang (Ketua Umum PGLII/ Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia) berterima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan kepada Indonesia. Sebagaimana di negara lain, kekristenan di Indonesia juga menghadapi banyak tantangan. Namun demikian, ia menegaskan bahwa kekristenan di Indonesia tetap berkomitmen menjadi berkat bagi bangsa dan negara.

Komitmen Pdt. DR. Rony Mandang langsung diapresiasi oleh Bishop Efraim Tandero. Saat menyampaikan sambutannya, Sekjen WEA ini menerangkan bahwa Indonesia terpilih karena merupakan negara multi kultur yang sangat menjunjung tinggi tolerensi antar umat beragama. Ia juga menitipkan pesan agar umat Kristen di Indonesia merawat Pancasila. Bishop Efraim menilai, Pancasila merupakan suatu pemikiran yang perlu dibagikan serta dipelajari oleh bangsa-bangsa lain. Di dalamnya ada ekspresi nilai-nilai Kerajaan Allah yang wajib dibela, dirawat, dan diwujudkan. Teologia Injili sejalan dengan Pancasila. Itu artinya, ideologi Pancasila sama dengan mempertahankan teologi Kristen.

Usai memberi kata sambutan, Pastor Efraim Tandero didampingi para pimpinan teras WEA, pemimpin WEA dari berbagai negara, dan Pdt. Ir. Niko Njotorahardjo secara simbolis membuka rangkaian persidangan dengan pemukulan gong. Acara kemudian dilanjutkan dengan presentasi budaya Indonesia melalui ragam lagu serta tari-tarian. Bagi para peserta, terutama peserta dari manca negara, presentasi ini sangat menarik. Tidak sedikit dari mereka yang mengatakan sangat ingin mengenal Indonesia lebih jauh lagi. Robby Go



Leave a Reply