Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Pantulan Kehidupan




eBahana.com – Di saat kita dalam ruangan atau dalam gua misalnya, saat kita berteriak, suara kita bergema atau memantul, seolah apa yang kita katakan kembali bisa kita mendengarnya.

Begitu juga saat kita bercermin, gerakan kita ditiru persis oleh bayangan yang ada di dalam pantulan cermin itu. Jadi suara bisa dipantulkan, bayangan kita pun juga bisa dipantulkan. Dan yang menarik lagi, ternyata bukan hanya suara dan bayangan saja yang bisa dipantulkan, ternyata perbuatan kita pun juga bisa dipantulkan. Oleh karena itu, semua dari aspek hidup kita bisa terpantulkan maka kita harus berperilaku yang baik, supaya saat terpantul, pantulannya menjadi baik. Mari kita hindari berperilaku yang tidak baik seperti pada nats di bawah ini, Lukas 6:37-42.

Pertama, jangan menghakimi supaya tidak dihakimi, ayat 37, 41,42.

Mengapa kita tidak boleh menghakimi, jawabannya mudah dan sederhana saja, karena kita bukan hakim, yang hakim itu Tuhan, dan kita pun tak berhak menuntut seperti jaksa, karena jaksa itu tugasnya mendakwa, kita bukan jaksa, namun ada yang bukan jaksa tapi yang suka mendakwa, dia itu adalah iblis. Jadi memang kita tidak boleh menghakimi ataupun mendakwa, karena itu bukan tugas kita. Kalau kita melakukan yang bukan tanggung jawab kita, maka kita akan disalahkan atau dihakimi karena melakukan tindakan yang bukan hak kita.

Kedua, jangan pelit supaya kita dapat kemurahan, ayat 38.

Kita tak akan menjadi kaya saat kita menjadi perhitungan atau pelit, dan kita tak akan menjadi miskin disaat kita berkemurahan. Ada orang suka mengumpulkan hartanya namun saja, selalu merasa berkekurangan ada orang pula, orang yang suka membagi bagikan hartanya tetapi tak pernah  merasa berkekurangan. Kalau kita berkemurahan maka kita akan berjumpa dengan orang yang berkemurahan, apa yang kita lakukan itulah yang akan kita dapatkan, kata Firman Tuhan.

Ketiga, jangan belajar pada orang yang salah, ayat 39-40.

Sekarang banyak orang tua memilih sekolah buat anaknya, mereka rela antri atau membayar mahal hanya demi masa depan anaknya. Bagi kita orang percaya, seharusnya juga sama dengan orang tua diatas, jangan mudah belajar atau bersekutu pada orang-orang yang tidak tahu Alkitab atau Firman Tuhan, jangan berguru pada yang bukan guru. Semua orang memang bisa berbicara firman, sama dengan orang bisa juga mata pelajaran dari sekolah, namun kalau orang itu bukan guru, maka orang itu tak berhak mengajar.

Begitu juga kalau orang itu bukan dokter, dia tak berhak memeriksa orang yang sakit, walau dia tahu obat, tapi dia bukan dokter. Karena guru dan dokter, sebelum praktek harus sekolah dahulu di keguruan atau kedokteran.

Begitu juga dengan belajar Firman, belajarlah pada orang yang memang hidupnya untuk Firman, bukan belajar pada orang yang menggunakan Firman buat hidupnya. Atau pada orang yang mengabdikan seluruh hidupnya buat Tuhan bukan setengah hidupnya buat Tuhan. Sering kita mendengar jangan jadi ahli farisi dan ahli taurat, yang salah bukan ahli farisi dan ahli tauratnya, namun yang salah itu sikap hidup dari oknumnya. Bayangkan saja, yang ahli saja sikap hidupnya bisa salah apalagi yang bukan ahli namun mengaku tahu.

Oleh Y. R. Suryanto.



Leave a Reply