Rumah Singgah SOS Wilayah Indonesia Timur di Makassar, Diresmikan, Project Pertama SOS di Dunia
Makassar, eBahana
(Catatan: Joanny F. M. Pesulima-Jurnalis Freelance)
Semenjak SOS Kota Makassar mulai ada jaringannya, banyak pasien yang mendapat perhatian khusus, namun dari pasien yang ditangani, dari Kota Ambon, Area Mangkutana, Palopo, dan Makassar, mulai dari sewa kos, kebutuhan makan dan minum, transportasi ke rumah sakit, dan pelayanan lainnya, membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sehingga terpikirkan oleh SOS Makassar, dan pengurus SOS wilayah Indonesia Timur, untuk memiliki rumah singgah demi mempermudah pelayanan SOS di Kota Makassar ini, apalagi pasien yang dirujuk, tidak mampu, tidak punya keluarga di Makassar. Atas mediasi ketua wilayah dengan salah satu anak Tuhan yang dengan tulus ingin membantu SOS dan koordinasi SOS Makassar, maka rumah singgah itu bisa direalisasikan, dan bisa diresmikan saat ini oleh Founder SOS Internasional, Ps. Stefanus Wijaya di Jalan Bonerate 22 Makassar (02/12/19).
Pantauan eBahana saat acara peresmian dilaksanakan, ketua SOS Makassar, Yasin Effrien Boernardi dalam arahan singkatnya mengatakan kalau, semua ini setelah melalui doa dan gumulan SOS, sehingga melalui salah satu anak Tuhan, Nelvy Lianto, terbantulah pelayanan kami, yang meminjamkan rumahnya untuk dipakai sebagai rumah singgah bagi para pasien yang dilayani oleh SOS, tidak mempunyai tempat tinggal selama rujuk ke rumah sakit di kota Makassar. “Kami bersyukur setelah melakukan pelayanan dan melihat banyak orang yang tidak mampu saat dirujuk ke Makassar, tidak memiliki tempat tinggal, melalui Nelvy, kami bisa mendapatkan tempat ini secara gratis, kesempatan ini kami gunakan semaksimal mungkin, kami pun sangat berterima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu kami, baik dalam proses renovasi, bantuan perabot dan peralatan, serta acara peresmian ini, kami berharap dukungan ini tidak sampai di sini saja tapi, bisa tetap ada dari orang-orang yang termotivasi dengan pelayanan yang punya Tuhan ini,” harapnya.
Sementara itu, Ps. Stefanus Wijaya dalam khotbahnya yang mengangkat cerita Alkitab, bagaimana mukjizat Tuhan menjadikan lima roti dan dua ekor ikan yang dibawa oleh seorang anak kecil, berubah menjadi dua belas bakul sisanya ,setelah dimakan oleh lima ribu orang. Dirinya mengatakan, kalau melayani orang sakit di Rumah Sakit dan di rumah singgah, tidak hanya menyediakan tempat,tapi harus menguatkan,mendoakan mereka tiap pagi, untuk kuat menghadapi setiap tantangan yang ada. “Saya percaya, ada rencana Tuhan yang besar, bukan hanya rumah kecil ini saja. Kalau dilihat tempat ini jauh dari sempurna, tetapi kita bukan bawa kemanusiaan untuk kesombongan hati tapi membawanya ke Tuhan, dengan segala kesederhanaan, menyatakan inilah kemampuan yang dimiliki,apa adanya dengan kerendahan hati,” ujarnya.
Menurutnya, bicara soal kerendahan hati, hati kita yang mau melayani Tuhan, bayar harga, karena selama kita punya hati yang penuh kerendahan hati, maka tempat ini bukan hanya satu, tetapi dua, tiga, empat, lima, dan ini sebuah cara untuk ditularkan ke kota-kota di wilayah lainnya. “Ketika kita melayani dengan hati dan penuh kerendahan, tidak sombong maka akan semakin banyak rumah singgah yang kita dapatkan, ini adalah project pertama bagi SOS di seluruh dunia, cara ini menjadi contoh, dan semoga menular bagi kota-kota lainnya,” paparnya.
Dikatakan lebih lanjut, Tuhan memberkati lima roti dan dua ikan, dengan menaikkan syukur kepada Bapa-Nya, begitu pun dengan SOS, harus bersyukur dengan tempat yang sudah disediakan, biarkan Tuhan yang beracara dan bekerja, melangkah dengan iman, niscaya akan mendapatkan yang terbaik.
Wijaya juga berbagi pengalaman, dirinya dan keluarga, memberikan kamar utama dan kamar lainnya, di Singapura dipakai ketika ada pasien maupun akademi yang tinggal, bahkan ia dan keluarganya harus tidur di ruang tamu, karena baginya pasien adalah yang paling utama, SOS harus siap berkorban di mana dan kapanpun juga.
“Saya tekankan lagi, hati yang penuh kerendahan hati, hati yang bersyukur,hati yang percaya mendapatkan yang terbaik, Tuhan kita Tuhan yang ajaib. Tahun depan ada cara-cara Tuhan yang lebih ajaib lagi, memberkati tempat hingga sehingga menjadi nyaman, kita percaya rumah ini menjadi rumah berkat bagi banyak orang, khususnya pasien-pasien yang ada, dan saat mereka sudah sembuh, mereka bisa menjadi berkat bagi banyak orang juga,” tegasnya.
Acara ini ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Ps. Stefanus Wijaya, dan makan bersama serta kunjungan dan doa pada setiap kamar pada gedung rumah singgah itu, dan foto bersama. (JFMP)