Doa Bersama Setiap Valentine Tiba
eBahana.com – Sederhana saja. Sejak aku meraihmu dalam satu tarikan nafas dan setelah kau berikan sehelai senyum, kau berbalik menjauh. Tatapku menyentuh tengkukmu. Dulu tak begitu. Dulu jenjangnya menjulang. Dan kemeja yang kau kenakan, juga tak seusang sehelai senyummu. Dunia memang telah berubah. Menua begitu cepat, meskipun langkahmu melambat. Kisah hidupmu melaju bersama kitab yang terbuka. Terhampar dari satu mimbar ke mimbar berikutnya. Manusia memang hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Lalu aku enggan menghembuskan gumpalan-gumpalan pagi dan siang, sebab aku hendak bermalam dalam doa.
Sekarang aku memberanikan diri memanggilmu lewat perasaanku. Kukirimkan bersama angin, sebab aku selalu yakin bahwa roh manusia tak pernah berhenti bekerja. Alih-alih Roh Allah begitu adanya. Membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Hingga malam. Sampai larut. Jauh malam. Dan aku terus menyelam dalam doa, sebab malam hanyalah bekuan-bekuan air mata.
Terima kasih untuk janji berdoa bersama setiap Valentine tiba. Untuk menolongku menemukan diksi dari tetesan air mata dan mulut yang terbata-bata. Kisah kita adalah cerita yang hanya kita miliki, sebab orang lain punya ceritanya sendiri. Mari kita namai saja “cerita doa” atau “doa yang bercerita.” Atau doa-doa yang menjadi cerita bagi anak cucu kita. Bahwa kita pernah berdoa bersama di belasan perayaan Valentine. Hingga salah satu dari kita mulai saling melupakan. Lalu terisak sendiri tanpa suara. Ya, sesekali malam memang perlu diisaki dalam satu atau beberapa tarikan nafas. Dan pada satu tarikan nafas yang terakhir, kita kembali menemukan ketiadaan. (SAN)
Oleh: Pdt. Seno Adhi Noegroho