Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Satu Orang dan Doanya – Bagian 5




eBahana.com – Kesombongan dan pemberontakkan Satan mengorbankan tempat kehormatan privelese-nya di surga (heavenlies – jamak). Banyak orang Kristen berasumsi ia secara permanen sudah diasingkan dari wilayah surgawi. Mereka berbicara dan berdoa seolah-olah Satan di neraka, namun itu bukan gambaran yang diberikan oleh Kitab Suci.

Menurut Wahyu 20:13-15, Kematian dan Hades (Neraka) adalah malaikat-malaikat satanik yang memerintah saat ini di dunia bawah dimana orang-orang fasik (orang-orang yang tidak percaya) diasingkan sampai mati, bersama dengan makhluk-makhluk lain yang sudah memberontak melawan Pencipta mereka (lihat 2 Petrus 2:4). Ini termasuk malaikat-malaikat yang melakukan hubungan badan dengan perempuan-perempuan manusia, seperti digambarkan dalam Kejadian 6:2-4.

Hades juga nama untuk daerah yang mereka perintah. Namun Satan sendiri tidak dipenjarakan dengan mereka disana. Pada akhirnya Kematian dan Hades akan dilempar kedalam lautan api bersama dengan semua sisa musuh-musuh Allah.

Dalam Efesus 2:2, Satan disebut “penguasa kerajaan angkasa,” berarti pemerintah wilayah spiritual satanik yang di definisi sebagai “angkasa.” Dalam bahasa Yunani, ada dua kata untuk “angkasa”: “aither,” yang diasosiasikan dengan kata Inggris “ether,” dan “aer,” menunjukkan angkasa yang langsung berdekatan dengan permukaan bumi.

Secara signifikan, dimanapun Satan disebut “penguasa angkasa” kata “aer” yang digunakan. Dengan kata lain, Satan mengklaim dominion atas seluruh permukaan bumi.

Dalam Daniel 10, kita diberi pandangan sekilas aktifitas yang berlangsung diantara malaikat-malaikat, malaikat-malaikat Allah dan malaikat-malaikat Satan. Ada konflik yang sedang berlangsung antara malaikat-malaikat Allah dan kekuatan-kekuatan Satan yang melawan mereka. Ini terjadi di wilayah yang diacu sebagai surga tengah (surga kedua).

Dalam Daniel 10:2-3, kita menemukan Daniel berkabung dan berpuasa selama 21 hari. Ia mencari Allah dalam kesedihan mendalam karena perbudakkan umatnya Israel dan penghancuran kota Yerusalem:
“Pada waktu itu aku, Daniel, berkabung tiga minggu penuh: makanan yang sedap tidak kumakan, daging dan anggur tidak masuk kedalam mulutku dan aku tidak berurap sampai berlalu tiga minggu penuh.”

Daniel dibalas dengan kunjungan Gabriel, malaikat agung Allah. Sementara kita mempelajari kunjungan Gabriel pada Daniel, kita perlu camkan di pikiran bahwa pasal 10, 11 dan 12 dari kitab Daniel adalah satu pewahyuan peristiwa-peristiwa berkelanjutan yang akan membawa sejarah Israel sampai zaman sekarang menuju klimaks.

Gabriel memulai pesannya dengan kata-kata memberi semangat:
“Lalu katanya kepadaku: “Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu” (ayat 12).

Daniel sudah berdoa selama 21 hari dan doanya didengarkan sejak hari pertama. “Namun jawabannya baru datang di hari ke dua puluh satu.” Apa alasan atas keterlambatan itu? Alasan itu diberikan dalam ayat 13:
“Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia.”

Perhatikan peristiwa-peristiwa ini seluruhnya berlangsung di tingkat malaikat. Satu-satunya manusia yang terlibat adalah Daniel. Malaikat agung Gabriel diutus Allah sebagai jawaban doa Daniel untuk membawa pewahyuan.

Satan, meski demikian, mengetahui signifikans pewahyuan itu, melepas semua kekuatannya di surga tengah (surga kedua) untuk mencegah malaikat agung Gabriel datang ke bumi dengan pewahyuannya.

Gabriel dilawan oleh “raja-raja orang Persia.” Ini bukan manusia melainkan malaikat satanik yang diperintahkan oleh Satan dengan dua tugas: melawan tujuan-tujuan Allah dan melakukan kehendak Satan dalam kerajaan Persia.

Penting untuk di ingat Satan memiliki bumi – kerajaan-kerajaannya, imperium-imperiumnya dan pemerintahan-pemerintahannya – ditugaskan dan didelegasikan kepada berbagai malaikat dibawahnya. Kasus serupa terjadi pada situasi politik kita zaman sekarang. Satan memiliki satu dari malaikat-malaikat utamanya untuk bertanggung jawab menabur kebingungan di Jakarta. Ia memiliki malaikat lain yang bertanggung jawab untuk Beijing dan yang lain untuk Moscow. Jika kita tidak mengerti hal-hal ini, kita tidak pernah bisa menjadi pendoa efektif sesuai panggilan Allah.

Konflik malaikat di angkasa antara kekuatan-kekuatan Allah dan kekuatan-kekuatan Satan, yang tercatat dalam Daniel 10, menjadi begitu intens sehingga malaikat agung kedua, Mikhael, harus datang untuk menolong Gabriel.

Konfrontasi antara Gabriel dan Mikhael disatu pihak dan malaikat- malaikat Satan di pihak lain bukan pertempuran kecil. Dibutuhkan 21 hari untuk Gabriel menerobos barisan malaikat-malaikat Satan, yang melawan turunnya dari surga Allah ke bumi manusia.

Apa aktifitas malaikat-malaikat ketika mereka berperang satu sama lain? Satu kata kuncinya: “menahan.” Dalam Daniel 10:13, Gabriel berkata, “raja-raja Persia menahanku dua puluh satu hari.” Ini berarti “menahan melawanku.”

Dalam Daniel 11:1, malaikat yang sama berkata: “seperti dahulu aku juga ‘mendampinginya’ untuk menguatkan dan menyokongnya, yakni pada tahun pertama pemerintahan Darius, orang Media itu.”
Dua malaikat agung ini, Gabriel dan Mikhael, bersatu dalam tugas melayani Daniel dan membawa jawaban untuk doanya.

Lalu, dalam memenuhi misinya, Gabriel mengatakan pada Daniel apa yang akan terjadi di masa depan:

“Lalu aku datang untuk membuat engkau mengerti apa yang akan terjadi pada bangsamu pada hari-hari yang terakhir; sebab penglihatan ini juga mengenai hari-hari itu…Lalu katanya: “Tahukah engkau, mengapa aku datang kepadamu? Sebentar lagi aku kembali untuk berperang dengan pemimpin orang Persia, dan sesudah aku selesai dengan dia, maka pemimpin orang Yunani akan datang.

Namun demikian, aku akan memberitahukan kepadamu apa yang tercantum dalam Kitab Kebenaran. [Tidak ada satu pun yang berdiri di pihakku dengan tetap hati melawan mereka, kecuali Mikhael, ‘pemimpinmu’ itu].” (Daniel 10:14, 20-21).

Perhatikan bahwa Mikhael disebut “pemimpinmu” sehubungan dengan fakta bahwa Daniel orang Israel. Mikhael malaikat agung yang secara khusus bertanggungjawab untuk melaksanakan tujuan- tujuan Allah bagi Israel. Lihat Daniel 12:1: “Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak- anak bangsamu (Israel).”

Kapanpun Kitab Suci menggambarkan Mikhael aktif secara khusus, kita bisa simpulkan Israel titik sentral di bumi.

Seperti Gabriel berkata, “Pertempuranku belum dimenangkan.” Lalu ia melanjutkan, “Sebentar lagi aku kembali untuk berperang dengan pemimpin orang Persia, dan sesudah aku selesai dengan dia, maka pemimpin orang Yunani akan datang.” [“Pemimpin orang Yunani” adalah malaikat satanik yang bertanggungjawab untuk melihat kehendak Satan dilaksanakan di imperium Yunani].

Kenapa Persia dan Yunani penting pada tahap ini? Karena hubungan mereka dengan Israel.

Empat kerajaan berturut-turut bertanggungjawab atas penawanan Israel dan memerintah atas negeri mereka dan kota Yerusalem. Kerajaan-kerajaan ini Babylon, Persia, Yunani dan Roma. Fokus dari nubuatan pada tahap ini negeri dan orang-orang Israel. Setiap dari empat negara imperium ini penting karena keterlibatan historikal mereka dengan Israel.

Lalu pada 70 Masehi ketika orang-orang Yahudi dicerai beraikan dan Israel tidak ada lagi sebagai negara dalam peta geografis, fokus nubuat berubah. Tujuh belas atau delapan belas abad berikutnya, nubuat alkitabiah yang relevan hanya sedikit dalam peristiwa- peristiwa signifikan dunia. Namun hari ini orang-orang Yahudi telah kembali ke tanah Israel, nubuat mulai relevan lagi. Jam nubuatan Allah mulai berdetak sekali lagi.

Panggung sedang dipersiapkan untuk kulminasi (puncak) zaman. Daniel 7, 8, 11 dan 12 semua fokus pada periode dimana kita sekarang hidup.

Pelayanan doa syafaat (intercession) memainkan peran menentukan. Surga tidak bergerak sampai Daniel berdoa. Malaikat- malaikat surga tidak bisa melewati sampai Daniel berdoa.

Namun itu menuntut “kegigihan.” Jika kita berdoa doa yang tidak dijawab langsung, mungkin bukan karena doa kita tidak sesuai dengan kehendak Allah. Mungkin karena ada pemimpin satanik di angkasa berdiri menghalangi jawaban doa kita. Jadi apa yang harus kita lakukan? Doakan agar ia menyingkir!

Daniel tidak membiarkan inisiatifnya pada musuh. Ia sendiri memilih medan perang doa. Ketika dikonfrontasi dengan perlawanan, ia gigih. Kadang-kadang perlawanan dari Satan salah satu indikasi kita berdoa sesuai kehendak Allah.

Kita menemukan dua elemen pelengkap dalam kehidupan doa Daniel. Pertama, ia sudah mengkultivasi kehidupan doa sejak muda. Ini begitu penting baginya bahkan ancaman dibuang kedalam sarang singa pun tidak menghalanginya. Ia mengatur waktu-waktu secara reguler untuk berdoa sepanjang hari.

Kedua, Daniel tidak berdoa sesuai ide-idenya sendiri, melainkan untuk memenuhi tujuan Allah seperti diungkapkan dalam Kitab Suci. TUHAN Allah mengingatkan padanya nas dari nabi Yeremia:
“Pada tahun pertama kerajaannya itu aku, Daniel, memperhatikan dalam kumpulan Kitab jumlah tahun yang menurut firman TUHAN kepada nabi Yeremia akan berlaku atas timbunan puing Yerusalem, yakni tujuh puluh tahun.

Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu” (Daniel 9:2-3).

Orang percaya yang memberi dirinya untuk pelayanan doa syafaat (intercession) perlu menjadi murid nubuat alkitabiah yang rajin dan tekun karena ini dasar utama berdoa yang efektif. Gambaran kerja tujuan-tujuan Allah diungkapkan dalam nubuat yang diberikan oleh Yesus Sendiri dalam Matius 24 dan 25.

Orang percaya yang menyerahkan dirinya untuk bidang ini harus belajar dengan tekun mengenai akhir zaman yang Yesus sendiri berikan dalam dua pasal ini.

Masalah serius dengan banyak orang percaya, kita meremehkan pengaruh dan potensi kita sendiri. Dalam arti tertentu, alam semesta berputar disekitar kita. Ketika kita berdoa, surga bergerak.

Jika kita bertahan dalam doa, tujuan-tujuan surga dipenuhi. Jika kita berhenti berdoa, tujuan-tujuan Allah terganggu.

Supaya bisa naik dari bumi ke takhta otoritas Allah, doa-doa kita mungkin harus melewati teritori yang diduduki musuh kita. Ini terjadi dengan doa-doa Daniel yang dicatat diatas. Dihalangi pimpinan satanik di angkasa yang disebut “raja-raja Persia.” Pada akhirnya, meski demikian, doa gigih Daniel mengakibatkan pimpinan satanik ini menyerah. Keefektifan Daniel berdoa tidak dimanifestasi dalam alam natural. Ia tidak berurusan dengan manusia; ia menghalau kekuatan-kekuatan satanik di angkasa yang melawan tujuan-tujuan Allah.

Melihat contoh Daniel, kita perlu bertanya sebelum memberi diri kita untuk doa:
Apakah doa-doa saya berdasarkan Kitab Suci atau hanya ekspresi angan-angan saya sendiri?

Apakah saya berdoa doa-doa agresif yang akan mencapai takhta Allah?

Ketika saya berdoa, apakah saya siap berhadapan dengan kekuatan- kekuatan spiritual satanik di alam surgawi dan bukan hanya dengan situasi-situasi di tingkat manusia?

Beberapa orang membaca doa, beberapa orang mengucapkan doa dan beberapa orang berdoa.

Seseorang yang benar-benar berdoa bukan hanya membaca doa atau mengucapkan doa, tetapi ia menjadi doanya sendiri.

Ini dialami Daud ketika ia berada dibawah tekanan besar, seperti dicatat dalam Mazmur 109:3-4: “dengan kata-kata kebencian mereka menyerang aku dan memerangi aku tanpa alasan.

Sebagai balasan terhadap kasihku mereka menuduh aku, [sedang aku mendoakan mereka].”

Terjemahan Inggris, “sedang aku mendoakan mereka.” Kata-kata dalam Ibrani asli apa yang sebenarnya Daud katakan, “Namun aku doa.” Dengan kata lain, “Aku menjadi doaku sendiri.”

Elia di Gunung Karmel memberi kita gambaran doa sejenis ini:
“Lalu Ahab pergi untuk makan dan minum. Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya.

Setelah itu ia berkata kepada bujangnya: “Naiklah ke atas, lihatlah ke arah laut.” Bujang itu naik ke atas, ia melihat dan berkata: “Tidak ada apa-apa.” Kata Elia: “Pergilah sekali lagi.” Demikianlah sampai tujuh kali.

Pada ketujuh kalinya berkatalah bujang itu: “Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut.” Lalu kata Elia: “Pergilah, katakan kepada Ahab: Pasang keretamu dan turunlah, jangan sampai engkau terhalang oleh hujan” (1 Raja-Raja 18:42-44).

Di titik ini Elia tidak hanya mengucapkan doa, “ia menjadi doanya sendiri.” Seluruh tubuhnya menjadi instrumen yang merespons pada Roh Allah yang bergerak didalamnya, dan melepaskan kuasa supernatural Allah melaluinya.

Namun dalam Ibrani 5:7 ada satu pola lebih besar dari jenis doa ini ketika penulis menggambarkan Yesus:
“Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.”

Elia di Gunung Karmel dan Yesus di Getsemani menjadi saluran kuasa supernatural yang menghancurkan semua oposisi satanik dan melepas tujuan-tujuan Allah.

Untuk doa yang efektif, ada dua hal yang kita butuhkan: “otoritas” dan “kuasa.” Otoritas satu konsep legal. Untuk memiliki otoritas kita harus memiliki keyakinan bahwa kita sudah memenuhi semua persyaratan legal. Begitu kita sudah memenuhi ini, berdoa dalam nama Yesus memperkuat otoritas-Nya atas doa kita.

Dia Sendiri menegaskan terus menerus: “Jika kamu minta apa pun ‘dalam nama-Ku,’ Aku akan melakukannya.” Berdoa doa seperti itu seperti mengirim surat terdaftar. Tidak seorang pun bisa merusak atau menyetopnya. Dijamin sampai tujuannya.

Sebagai orang Kristen di dunia hari ini, kita mungkin dikonfrontasi dengan situasi-situasi dimana jika tidak melakukan jenis doa seperti doa Elia dan Yesus – bisa membawa kemenangan. Doa-doa kita butuh memiliki kuasa supernatural untuk mempenetrasi daerah di angkasa (surga kedua) dimana Satan mencoba melawan kita.

Pelepasan kuasa yang dibutuhkan untuk memproyeksi doa-doa kita melalui surga kedua memiliki dampak kuat pada panca indera. Kadang-kadang kita mendapat kesan doa harus khidmat dan bermartabat. Namun tidak ada yang khidmat atau bermartabat mengenai melepas kuasa.

Konflik spiritual akan menguji karakter kita. Daniel memberi kita tiga contoh tantangan.
Pertama, dalam doa Daniel ada harga yang harus dibayar. Dengan berpuasa parsial selama tiga minggu, ia mengorbankan kesenangan duniawinya.

Kedua, ia “tidak menyerah pada” keputusasaan. Meski tidak ada bukti Allah mendengar doanya dan jawaban masih dalam perjalanan, ia terus mencurahkan hatinya dihadapan Allah.

Ketiga, karena “keberanian dan kegigihan” Daniel bekerja agar tujuan Allah selanjutnya bagi Israel dilepaskan. Kehidupan doanya yang memberinya posisi unik dalam sejarah bangsanya.

Pelajaran-pelajaran penting yang kita bisa belajar dari kehidupan doa Daniel:
Sejak muda, doa Daniel menjadi gaya hidupnya, bukan aktifitas agamawi. Ia menyediakan waktu dan meluangkan setiap hari secara eksklusif untuk doa.

Daniel berdoa seadanya tanpa improvisasi. Gerakkan hati untuk berdoa datang dari nubuat Kitab Suci. Ia berdoa untuk penggenapan kehendak Allah untuk umat-Nya seperti diungkapkan dalam Kitab Suci.

Doa Daniel menuntut penyangkalan diri dan disertai dengan berpuasa. Dalam khotbah di Bukit, Yesus berkata kepada murid-muridNya, ” Ketika kamu berdoa….ketika kamu berpuasa….” Ia tidak berkata, “Jika kamu berdoa” atau “jika kamu berpuasa.” Ia tahu bahwa murid-murid-Nya akan mempraktikkan doa dan berpuasa. Ada waktu-waktu ketika hanya doa tidak cukup. Dibutuhkan kuasa supernatural dengan berpuasa.

Daniel memiliki komitmen total untuk berdoa.
Ini mengungkapkan satu fakta yang sering diabaikan oleh orang- orang Kristen sepanjang konflik supernatural: Berdoa efektif menguji karakter kita. Menuntut komitmen satu hati.
Berdoa seperti yang ia lakukan memproyeksi Daniel kedalam tingkat aktifitas jauh diatas bumi.

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO



Leave a Reply