Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Sex and Privacy




eBahana.com – Jika Anda adalah pasangan muda, dan saat ini Anda dan pasangan Anda masih tinggal bersama mertua. Kamar kalian terbatas, terpaksa kalian selalu tidur bertiga. Anda, pasangan Anda, dan seorang anak yang masih berumur 3 tahun. Suatu malam saat berhubungan intim, anak Anda terbangun, lalu menangis. Karena malu, kalian hentikan hubungan itu, selain karena kurang nyaman.

Apakah berhubungan intim dilihat anak itu akan mengganggu perkembangan seksual anak kelak kalau dewasa?

Pada dasarnya anak-anak masih bisa tidur bersama orang tua sampai usia 1 tahun, diatas usia tersebut anak-anak sebaiknya tidur di kamarnya sendiri.

Bila sejak awal anak-anak dibiasakan tidur di kamarnya sendiri, paling tidak ada 4 keuntungan yang bisa diperoleh.

  • Pertama, anak bisa sejak dini dilatih bertanggungjawab terhadap kebersihan, maupun kerapian kamarnya. Dengan cara seperti ini, anak akan dilatih untuk bertanggungjawab dan mandiri.
  • Kedua, anak bisa memiliki jam-jam belajar yang lebih teratur dan tidak terganggu oleh kegiatan keluarga dan atau orangtua.
  • Ketiga, anak bisa belajar untuk menghormati privacy orang lain sebagaimana orang lain juga akan menghormati privacy mereka. Kapasitas ini bisa dibangun sejak dini bila anak memiliki kamar pribadi. Setiap kali mereka akan masuk kamar orangtua atau kakak/ adik mereka diajarkan untuk selalu mengetok pintu, sebagaimana juga anggota keluarga lain perlu mengetok pintu jika mau masuk kamarnya.
  • Keempat, untuk mencegah anak melihat situasi seperti yang Ibu alami. Anak yang melihat orangtua berhubungan intim bisa salah mengerti akan hal tersebut. Anak bisa berpikir Ayah menganiaya Ibu, tetapi anak juga bisa terpapar aktivitas seksual yang mempercepat perkembangan seksualnya.

Apa yang dialami pada contoh kejadian di atas, bisa tidak memiliki dampak apapun, tetapi bisa juga berdampak sangat serius yaitu memicu munculnya berbagai penyimpangan seksual seperti homoseksual, lesbianisme.

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh peristiwa tersebut, sedapat mungkin pada pagi harinya orangtua bertanya pada anak apa yang dilihatnya semalam, jika anak menjawab dengan jujur, itu saat yang tepat orangtua (ayah ibu) menjelaskan bahwa itu adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang dewasa yang sudah menikah yang saling menyayangi.

Akan jauh lebih mudah jika anak yang justru bertanya pada orangtuanya. Pada saat tersebut orangtua harus menjawabnya. Yang menjadi masalah jika anak menyimpan itu dalam hatinya, tidak pernah membicarakannya, dan atau orangtua berpura-pura tidak pernah terjadi apapun. Yang seperti ini, berpeluang memunculkan masalah-masalah dalam perkembangan seksual anak.

Karena itu, peristiwa seperti di atas sebaiknya dicegah. Jika suami-istri berada dalam sebuah rumah di mana anak-anak bisa melihat dan atau mendengar jika mereka sedang melakukan hubungan suami-istri, sebaiknya mereka memilih waktu berhubungan ketika anak tidak sedang berada di rumah, biasanya adalah pada jam-jam sekolah. Yang menjadi masalah, pada jam-jam sekolah orangtua juga sedang bekerja.

Jadi yang terbaik tetap memiliki rumah dengan jumlah kamar yang memadai. Kontrak rumah sendiri jauh lebih baik dibandingkan dengan tidur di rumah mertua.

Sejak awal menetapkan pernikahan, Allah telah membuat pola yang amat baik. Jika pola tersebut diikuti, peristiwa seperti di atas bisa dihindari. Pola Ilahi tersebut adalah: “Seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.” (Kejadian 2 : 24-25).

Oleh Dr. Andik Wijaya, M.Rep.Med., Seksolog.



Leave a Reply