Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

“Disorgasm”




eBahana.com – Jika ada seorang suami dan istri yang sudah menikah 4 tahun namun tidak pernah merasakan kenikmatan dalam hubungan intim, tidak pernah merasakan yang namanya orgasme, apakah ini suatu penyakit? Atau sedang mengalami orgasme terlambat yang mengakibatkan setiap berhubungan intim menjadi penderitaan bagi pasangan tersebut, bagaimana solusinya?

Berikut ulasannya.

Ada 4 fase yang akan dilalui setiap kali seseorang melakukan hubungan seksual, yaitu excitement, plateau, orgasm, dan resolution.

Fase excitement adalah fase yang terjadi akibat adanya stimulasi seksual. Stimulasi seksual sendiri bisa diterima dari 5 indra, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan. Seseorang bisa masuk dalam fase excitement ini, jika dalam dirinya fungsi-fungsi seksualnya sehat dan ada stimulasi seksual dari luar. Jika seseorang mendapat stimulasi seksual, tetapi gairah seksualnya tidak dibangkitkan, orang tersebut dikatakan mengalami gangguan fungsi seksual yang disebut Hypoactive sexual Desire Disorder. Orang seperti ini biasanya mengeluh tidak ada gairah seksual, atau mengeluh Dyspareunia atau nyeri waktu berhubungan intim. Dyspareunia ini terjadi akibat produksi cairan vagina yang minim karena rendahnya gairah seksual.

Fase plateau adalah fase dataran tinggi, atau fase menjelang terjadinya orgasme.

Fase orgasm adalah fase puncak kepuasan seksual yang ditandai terjadinya ejakulasi pada pria dan gerakan involunteer pada dinding vagina bahkan uterus. Pada saat tersebut tubuh akan memproduksi berbagai neurotransmitter, contohnya endorphin, serotonin, prolactin, oxytocin. Jika seseorang tidak bisa mengalami orgasme, penyebabnya ada 2, yaitu sang suami mengalami ejakulasi dini, atau sang istri mengalami disorgasm.

Disorgasm bisa terjadi karena gangguan fisik, psikis, maupun lingkungan. Gangguan fisik yang menyebabkan seseorang mengalami disorgasm sering kali terkait dengan gangguan fungsi syaraf pusat dan atau gangguan fungsi hormonal. Gangguan psikis, terkait dengan hubungan emosional suami istri. Jika ada perselisihan, kecurigaan, kejengkelan yang tidak diselesaikan secara tuntas, hal ini bisa menyebabkan seseorang mengalami disorgasm. Suasana lingkungan juga berpengaruh pada pencapaian orgasm. Rumah yang sempit di mana kamar suami istri berimpitan dengan kamar anak atau kamar anggota keluarga lain, membuat seseorang cenderung sulit untuk mencapai orgasme.

Fase resolution adalah fase setelah orgasme, yang ditandai dengan kepuasan fisik, psikis, dan perasaan bahagia karena dicintai oleh pasangannya. Perasaan puas dan bahagia ini dipengaruhi oleh berbagai neurotransmitter yang dihasilkan pada fase orgasme. Endorphin memberi kelegaan fisik karena menghilangkan kelelahan dan kepenatan fisik. Serotonin memberi kelegaan emosional, karena menghilangkan berbagai macam tekanan emosional. Selain itu, prolactin dan oxytocin memberi perasaan dekat atau intim.

Jadi, kalau seseorang tidak mengalami atau sulit orgasme manfaat tersebut tidak akan dialaminya. Bahkan orang yang sulit orgasme berada dalam pengaruh dopamine adrenalin yang membuat kondisi emosionalnya
tegang, gampang marah, gampang tersinggung.

Melalui penjelasan ini, saya berharap pembaca punya gambaran umum tentang apa yang mungkin dikeluhkan.
Untuk pengobatan yang tuntas, jika diperlukan datanglah kepada dokter yang memahami pengobatan fungsi seksual.

“Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu: rusa yang manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau, dan engkau senantiasa berahi karena cintanya”. (Ams. 5:18-19).

Oleh Dr. Andik Wijaya, M.Rep.Med., Seksolog.



Leave a Reply