

Sumber: http://aang-alfian.blogspot.com
dr. Elizabeth Subrata pernah menyatakan demikian kepada BAHANA, Tuhan tidak terlalu suka jika kita over eating. Seperti pernyataan firman yang disebutkan dalam Lukas 21:34, “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.” Pesta pora di ayat ini dalam bahasa Inggris oleh dr. Elizabeth ditulis over eating atau bahasa sederhananya adalah rakus.
Dalam Perjanjian Lama, kata dr. Elizabeth, bangsa Israel pernah meminta daging kepada Tuhan dan Tuhan mengirimkan mereka jutaan burung puyuh ke tempat mereka berkemah. Namun, sayangnya mereka memakannya dengan rakus. Dan, mereka akhirnya ditewaskan oleh Tuhan karena kerakusan mereka tersebut. Mereka tewas di tempat yang bernama Kibrot-Taawa.
Alkitab menganjurkan kepada kita untuk tidak over eating. Dalam Doa Bapa Kami pun anjuran yang demikian terlihat jelas, “Berilah pada kami hari ini makanan kami yang secukupnya.” Benyamin Franklyn sendiri pernah berkata, “Untuk panjangkan usiamu, kurangi makanmu,” kutip dr. Elizabeth. Dalam medis kita belajar bahwa orang yang makannya terkontrol, tidak over eat, berumur lebih panjang. Karena jika kerap makan dan makan tanpa dikontrol sesuai prosedur kesehatan, sisa pembakaran juga akan menumpuk. Apalagi, jika yang dikonsumsi mengandung radikal bebas, nah, akhirnya akan membuat kita cepat tua. Atau kita memakan junkfood, ini akan sangat sulit sekali untuk proses metabolismenya. Perlu energi ekstra untuk memprosesnya. Jika bekerja demikian, organ tubuh kita akan cepat tua pula. Kalau tubuh kita ini bak mesin yang bekerja lembur, mesin itu bisa cepat aus, kata dr. Elizabeth.
Dalam bukunya yang berjudul Daniel Plan (40 Hari untuk Hidup Lebih Sehat), Rick Waren bersama dua dokter penulis di New York Times, singgung dr. Elizabeth Subrata, menyatakan bahwa ketika tubuh kita naik, ternyata otak kita menurun. Ini sangat menarik, jadi kalau kita over eat, kita jadi obesitas, otak kita pun mengecil, ungkapnya.
Sementara dr. Sutaryo (76), pensiunan dokter di RS. Panti Rapih, menyatakan bahwa terjadinya diabetes karena orang banyak mengonsumsi gula dan juga karena faktor keturunan. Sebenarnya, ungkap dr. Sutaryo, hampir semua zat kimia, termasuk MSG yang masuk ke dalam tubuh akan berpengaruh tergantung dari kepekaan daya tahan tubuh kita sendiri, apakah zat itu akan memicu suatu penyakit atau tidak. Anjurannya, jangan berlebihan menggunakan MSG.
Untuk minuman, kata dr. Sutaryo, yang paling baik adalah minum air yang jernih, air mineral yang tidak dikemas bersamaan dengan bahan pengawet.
Dalam catatan dr. Yahya Wardoyo yang diterima Redaksi, menyebutkan bahwa, ahli jantung dr. Aseem Malhotra, yang bekerja dengan kelompok Aksi Melawan Gula berharap target berikutnya adalah produsen makanan, agar mereka mengurangi produksi pangan kaya gula. Katanya, “Menambahkan gula sama sekali tidak menambah nilai nutrisi bahan pangan (apa pun); ini bertentangan dengan promosi industri makanan karena kenyataannya tubuh kita tidak membutuhkan tambahan energi dengan penambahan gula itu, dan kita tahu, industri pangan telah memaksakan meningkatkan penambahan gula pada makanan hasil produksi mereka. Kita tentu saja paham, karbohidrat miskin serat. Gula adalah salah satunya yang memberikan efek terbesar pada sistem insulin, yang menyebabkan meningkatnya kadar insulin dalam darah (karena dibutuhkan untuk mencerna karbohidrat) dan insulin adalah hormon yang mempercepat penimbunan lemak dalam tubuh. Singkatnya, kurangi sebanyak mungkin pemakaian gula dan makan makanan manis dan beralihlah ke makanan tinggi lemak termasuk buah alpukat (dan susu lemak penuh).
Dalam catatannya pula dr. Wardoyo menyarankan untuk kita melakukan kiat hidup lebih sehat dan bugar dengan kiat-kiat yang bisa dipraktikkan setiap hari.