Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Galau Karena Belum Menikah




ebahana.com – Usia berapa seseorang harus menikah? Banyak orang selalu “menyindir” orang lain karena belum menikah. Setiap manusia pasti ingin menikah, hanya saja waktunya belum tepat atau pasangan juga belum ada.  Banyak dari mereka sedang fokus mengembangkan diri.

Sebenarnya tidak ada patokan usia berapa seseorang harus menikah. Namun, seperti pada “Scheme of Life” yang berlaku di masyarakat, khususnya Indonesia, urutannya lahir adalah masa kanak-kanak,

  • remaja (12–18)
  • masa SLA, kuliah (18–25),
  • lulus (22–25),
  • bekerja, menikah (25– 30),
  • memiliki anak pertama (24–35),
  • karier (30–55),
  • menjadi tua (55–60),
  • memiliki cucu (60–70),
  • menjadi tua (75–90),
  • meninggal (50–98).

Angkanya tidak ada yang sama. Apabila ada tahap yang tidak dilalui, sepertinya ada yang belum lengkap dalam hidup kita, misalnya sampai usia 50 tahun belum menikah atau sudah berumah tangga lebih dari 5 tahun belum juga memiliki anak. Di situlah krisis jati diri terjadi. Banyak orang yang bergunjing tentang perawan tua, jaka lapuk, dan sebagainya. Label ini jahat karena merupakan bentuk lain bullying.

Mungkin kita mesti cek dan ricek dahulu kenapa seseorang belum menikah. Jangan terlalu pilih-pilih, sadarilah tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah, kembangkan toleransi yang lebih bijak. Ada baiknya memang jangan lewatkan musim hidup Anda berlalu keluar jauh dari scheme of life karena setiap tahap kehidupan memerlukan waktu untuk membangunnya. Kecuali Anda sudah memutuskan dengan hati yang mantap lebih memilih prioritas hidup Anda. Alasan ekonomi pun sebenarnya masih bisa disiasati jika si pria dan wanita sementara sama-sama bekerja dahulu, asal siap hidup sederhana dan berjuang bersama-sama. Kesepakatan adalah kunci yang membuat kita mampu melampaui awal tahun pernikahan. Jangan terjebak asyik berkarier, tetapi pikirkan juga berkeluarga. Berkarir dengan pasangan akan lebih cepat kemajuannya karena dukungannya lebih nyata.

Apakah semua orang harus menikah? Tidak juga. Kenyataannya, statistik demografi di Indonesia menunjukkan jumlah wanita lebih besar daripada laki-laki. Ada pula beberapa laki-laki yang menjalani hidup berpoligami (seharusnya umat Nasrani tidak melakukannya). Dampaknya, tidak semua wanita bisa memasuki kehidupan pernikahan. Apalagi pernikahan dimulai dari masa perkenalan dan dalam
perkenalan itu tentu banyak sekali ketidakcocokan yang ditemukan sehingga akhirnya banyak orang tidak berani melangkah lebih jauh. Semakin dicocok-cocokkan, semakin banyak yang tidak cocok karena wanita terlalu baper, sedangkan pria terlalu logis.

Perasaan itu tidak stabil. Jika emosi sedang tinggi dan Anda mengambil keputusan, banyak kesalahan yang dilakukan. Akhirnya, hubungan perkenalan yang awalnya baik terputus dan tidak sampai ke jenjang pernikahan. Bila terjadi konflik, belajarlah terlebih dahulu menenangkan hati. Ambil waktu agar bisa berpikir jernih, baru memutuskan. Anda harus lebih dekat dengan Tuhan agar bisa menjadi wanita bijak yang hidup tidak situasional dengan emosi Anda. Pria juga harus menanyakan jodoh dengan takut akan Tuhan karena tidak ada manusia yang ideal. Jadi, syarat-syarat memilih jodoh adalah pasangan seiman, takut akan Tuhan, memiliki sikap hati melayani Tuhan dan sesama, rajin bekerja dan ibadah, memiliki kecerdasan yang seimbang sehingga komunikasi bisa berjalan lancar. Masalah perbedaan usia, tinggi badan, perbedaan suku, bangsa, beda gereja janganlah menjadi penghalang utama. Banyak orang gagal menikah karena salah prioritas, yang tidak utama dijadikan utama. Ubah mindset Anda dan temukan jodohmu di rumah Tuhan (baca: pasangan takut akan Tuhan). Red



Leave a Reply