Cinta dan Tetap Mencintai
Cinta adalah keindahan, karena cinta melahirkan segala sesuatu yang indah. Begitu kuatnya sehingga tidak ada satu pun yang dapat menahannya. Ketika cinta itu datang, maka semua yang indah dapat dirasakan dan dialami. Lewat cinta lahir begitu banyak inspirasi dan kisah-kisah yang menyentuh sanubari.
Salah satu di antaranya adalah sebuah kisah yang terjadi di salah satu klinik pengobatan, pagi menjelang siang itu ada sederet pasien datang mengunjungi klinik sederhana di sebuah kota kecil. Salah satu dari sekian banyak pasien yang mengantre adalah seorang pria setengah baya. Pria itu sebagian besar rambut di kepalanya sudah memutih dan kulitnya mulai berkerut di sana-sini. Ruparupanya ia datang untuk membuka jahitan pada luka di salah satu jari tangannya. Selama dalam antrean ia tampak gelisah, berkalikali ia harus melihat jam
tangan penunjuk waktu yang melingkar di tangan kirinya. Itu adalah pertanda bahwa ia sangat ingin buru-buru meninggalkan klinik itu.
Ketika ia sampai pada gilirannya, perawat memerikasa lukanya, dan sambil melakukan pekerjaannya, sang perawat mengajaknya bicara. “Anda tampak begitu gelisah, berkali-kali Anda melihat jam tangan, apakah Anda mempunyai janji dengan seseorang siang hari ini?” Mendengar pertanyaan itu, pria tersebut menjawab:
“Ya, setiap siang aku selalu mengunjungi panti jompo tempat istriku tinggal, kami biasa makan siang bersama”. “Oh, apakah istri Anda akan marah kalau Anda terlambat datang, sehingga Anda tampak begitu gelisah?” demikian pertanyaan perawat kepada pria tadi.
Dengan tenang dan tampak sedih pria itu berkata: ”Nak, karena sakit yang dideritanya, maka sudah hampir lima tahun istriku tidak dapat lagi mengenali diriku sebagai suaminya”. Pria itu kemudian menarik napas dalam-dalam dan melanjutkan kalimatnya: “Jadi pasti ia tidak akan mungkin marah, bahkan kalau aku tidak datang pun ia tidak akan merasakan apa-apa”. Mendengar penjelasannya, maka perawat muda itu melanjutkan perbincangannya: “Wah, istri Anda tidak lagi dapat mengenali Anda, lalu kenapa Anda harus gelisah dan repot-repot mengunjunginya untuk makan siang bersama setiap harinya?”.
Mendengar pendapat tersebut, pria tadi langsung menjawab sambil menatap sang perawat yang ada di hadapannya lekatlekat: “Dia memang sudah tidak mengenali aku tapi aku ´kan mengenalinya, ia tidak tahu aku adalah suaminya tapi aku ´kan tahu kalau ia istriku.”
Itulah cinta, sulit untuk dijelaskan secara utuh dan menyeluruh. Cinta yang dapat dijelaskan secara rasional bukan cinta yang sejati, karena cinta selalu malampaui akal dan nalar. Cinta juga tidak bisa diukur dengan logika dan kewajaran. Cinta yang sejati tidak melulu menuntut untuk mendapatkan semua yang baik dan semua yang indah dari yang kita cintai. Namun cinta yang sejati selalu mau berusaha untuk memberikan
yang terbaik dan terindah bagi yang dicintai.
Hal lain yang penting untuk kita hayati bersama adalah hal jatuh cinta atau mencintai itu mudah tapi tetap mencintai itu adalah sebuah keindahan. Ketika kita jatuh cinta, itu barulah satu langkah dalam sebuah perjalanan yang akan kita perjuangkan, namun tetap mencintai adalah sebuah pesona yang membuat cinta menjadi bermakna. Jatuh cinta itu biasa, tapi tetap mencintai itu menjadi sesuatu yang luar biasa karena jatuh cinta itu selalu muncul dan terjadi dalam segala keindahan tetapi tetap mencintai itu berjalan saat semuanya mungkin tampak berbeda.
Saat ia yang kita cintai mungkin tampak tidak terlalu menarik dan cantik atau tidak selalu tampak sehat dan kuat–tapi itulah kesejatian cinta. Oleh karena itu, lebih dari sekadar jatuh cinta yang membuat kita menjadi berbunga-bunga, tapi tetap mencintai akan membuat setiap kita menjadi bahagia.
Oleh Imanuel Kristo
Penulis, Pendeta Jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gunung Sahari Jakarta Pusat.