Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Tuhan Yesus dan Dewa Janus




Dalam ritus Gereja Timur, Epifania (kedatangan orang Majus mencari Yesus; Mat. 2:1-12) merupakan puncak perayaan kehadiran Yesus ke dunia, yang dirayakan pada 25 Desember—5 Januari. Namun, secara historis, dari rangkaian hari tersebut, ada dua catatan hari yang membuat Yesus dan dewa-dewa saling berhadap-hadapan. Tulisan sebelumnya, Yesus berhadap-hadapan dengan Dewa Matahari pada 25 Desember  (https://ebahana.com/serba-serbi/artikel/natal-peristiwa-yang-selalu-diperdebatkan/)

Nama Dewa Dijadikan Nama Bulan

Hari ini 1 Januari 2022. Tahun baru telah tiba. Bulan Januari sudah dimasuki. Arti kata “Januari” adalah iānuārius (Lat), yang arti­nya “bulan Dewa Janus”, yang di­ambil dari nama dewa Janus (Iānus, Lat), dewa orang Romawi. Menurut Katie Kubesh, Niki McNeil, dan Kimm Bellotto, “New Year’s Celebrations” (2007), Janus di­pilih se­bagai nama awal bulan untuk me­rayakan pergantian tahun karena di­­yakini sebagai dewa permulaan dan penjaga pintu, barang­­kali, karena berwajah ganda ke depan (berwajah tua karena me­lihat tahun baru) dan ke belakang (berwajah muda karena melihat tahun lama).

Menjelang 1 Januari, pada tengah malam 31 Desember, orang Roma­wi mem­per­­sembahkan koin emas ber­gambar Janus supaya ia memberkati se­­tahun ke depan. Mereka juga saling memberi hadiah. Rumah dan ling­kungan se­kitar dihiasi lampu warna-warni supaya setahun ke depan hidup mereka cemerlang.

Perayaan Oktav Natal

Oktav Natal, yang jatuh pada 1 Januari, adalah hari kedelapan setelah Yesus lahir. Saat itu, Yesus dinamai dan disunat (Kej. 21:3-4 bdk. Luk. 2:21). Namun, Oktav Natal ini dirayakan tidak sampai abad ke-6/7.

Khotbah, Bapa Gereja, Agustinus (13 Oktober 354—28 Agustus 430), yang mengomentari Oktav Natal dan perayaan pergantian tahun dari paganisme Romawi, adalah “Sukacita mereka jangan dilakukan, lebih baik berderma dan membaca Alkitab”. Jika Oktav Natal dirayakan gereja tidak sampai abad ke-6/7, kemudian dibandingkan masa hidup Agustinus, sepertinya, khotbahnya disampaikan saat Oktav Natal masih berlaku.

Refleksi yang Harus Digelar

Pertama, bukan kepada “Janus” (ilah-ilah lain atau ramalan), melainkan hanya kepada Yesus, kita mempertaruhkan iman  kita sepanjang 2022.

Kedua, seperti Yesus yang disunat saat hari kedelapan (Oktav Natal) dan anjuran Agustinus  untuk “membaca Alkitab”, tindakan kita adalah “sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk” (Ul. 10:16). Untuk lebih jelas memahami ayat tersebut, beberapa versi Alkitab akan dipaparkan. “Jadi mulai saat ini kamu harus taat kepada TUHAN dan janganlah berkeras kepala lagi” (BIS). “Karena itu, sucikanlah hatimu yang berdosa dan jangan lagi keras kepala” (FAYH). Jadi makna “menyunat” hati adalah ketaatan dan kesucian hati.

Ketiga, saat malam pergantian tahun dirayakan, ada kemiripan. Orang Romawi saling memberi hadiah (pertukaran; memberi dan mendapat). Agustinus mengajar untuk “lebih baik berderma” (pemberian: memberi tetapi tidak mendapat). Untuk jelasnya, jika dibandingkan dengan pandemi sekarang, yang entah kapan kelar, dengan musim kemarau zaman Elia, mari belajar dari janda Sarfat dan Elia. Karena si janda memberi roti terlebih dulu kepada Elia, Tuhan berfirman “Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan” (1 Raj. 17:14). Karena kemarau yang berlangsung selama 3,5 tahun (Yak, 5:7), sudah pasti air saat sangat sedikit tetapi Elia berkata, “Penuhilah empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api itu!” Kemudian katanya: “Buatlah begitu untuk kedua kalinya!” Dan mereka berbuat begitu untuk kedua kalinya. Kemudian katanya: “Buatlah begitu untuk ketiga kalinya!” Dan mereka berbuat begitu untuk ketiga kalinya sehingga air mengalir sekeliling mezbah itu; bahkan parit itupun penuh dengan air. Hasilnya?! TUHAN menurunkan api dan membakar habis kurban, kayu, batu, dan tanah sekitar mezbah itu. Api juga mengeringkan air yang ada dalam parit itu (VMD) (1 Raj. 18:34-35,38). Belajar dari mereka yang mengalami musim kemarau, berikan apa yang Anda punya jika Anda ingin menerima mukjizat. Jika krisis pangan atau uang sedang Anda alami saat pandemi seperti sekarang, dengan perhitungan yang cermat, jangan simpan dan timbun semua itu tetapi bagikanlah kepada mereka yang membutuhkan.

Keempat, jika ditelisik secara historis, dasar, malam pergantian tahun yang selalu dirayakan dan 1 Januari yang merupakan hari libur, adalah penyembahan kepada dewa. Bahkan, ritusnya diteruskan sampai sekarang. Meski harus ditanya, apakah mereka yang merayakan malam pergantian tahun mengetahui sejarah ini atau sekadar ikut-ikutan tanpa pemahaman yang jelas? Seperti perayaan Natal, yang tidak bisa dipungkiri, sejak Konstantine beragama Kristen, kelahiran Yesus dirayakan sebagai kelanjutan perayaan paganisme, yang mustahil bisa diubah dengan sekejab karena sudah berabad-abad. Demikian, juga dengan perayaan pergantian tahun. Untuk itu, daripada berniat untuk mengubah perayaan tersebut, yang sudah mendarah daging, mari kita ubah diri kita sendiri dengan cara menggantungkan hidup kita hanya kepada Yesus, “menyunat” hati kita, dan memberi dari apa yang kita punya. (ryp)

Selamat Datang Tahun 2022. Kami Sambut Anda dengan Semangat Oktav Natal



Leave a Reply