Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Tak Boleh Hilang dari Hidup ini




eBahana.com – Ada ungkapan peribahasa kuno yang bijak, yang kita sering dengar atau ucapkan, dimana bumi dipijak di situlah langit harus  dijunjung  yang artinya kemana kita berada di situlah kita harus hormati dimana kita tinggal.  Hal itu tidak boleh hilang dalam norma kehidupan kita sebagai bangsa perantau.

Sering kali, kita sebagai orang percaya, kita kehilangan jati diri, yang mencirikan diri sebagai orang percaya. Bukti bahwa kita hidup dalam kebenaran adalah, disaat hidup kita bisa menerapkan nilai nilai dari kebenaran itu sendiri. Oleh karena itu, ada hal-hal yang prinsip, yang kita tidak bisa hilangkan dalam hidup ini, karena kalau ciri khas itu dalam kehidupan kita, maka sangat diragukan bahwa kita ini orang percaya.

Oleh karena itu mari kita belajar prinsip karakter, yang sebagai pertanda bahwa kita ini  orang percaya.

Prinsip itu kita lihat, dari kisah di dalam Lukas 5:17-26,  sebagai berikut;

Pertama, kita dapati kisah dalam ayat 17 hingga 19, bahwa ada pengusung yang membawa orang lumpuh, namun mendapat kendala karena banyaknya orang. Karena para pembawa itu, mempunyai hati, maka disaat ada kendala, mereka menemukan solusi. Dengan membongkar atap rumah, yang bukan rumahnya, agar orang bisa berjumpa dengan Tuhan. Jadi  prinsip pertama milikilah hati untuk membawa orang yang lemah, agar bisa berjumpa dengan Tuhan. Di saat kita bertemu dengan jalan buntu  dalam kehidupan ini, itu semua disebabkan karena  kita tak memiliki cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Namun kalau kita tinjau lebih dalam lagi, mengapa kita tak mampu mengatasi suatu tekanan hidup itu. Itu semua  disebabkan karena kita tidak memiliki hati terhadap permasalahan tersebut. Kalau kita mempunyai hati, maka hasilnya kita akan menemukan banyak cara untuk mengatasi semua problema kehidupan ini. Seperti peristiwa orang lumpuh, yang tak berdaya mau berbuat apa, karena ada orang orang yang mempunyai hati maka semua permasalahan bisa dihadapinya. Di saat kita mempunyai hati, di situlah akan lahir suatu cara atau solusi yang mampu menolong orang yang lemah.

Kedua, disamping kita mempunyai hati agar orang lemah bisa berjumpa dengan Tuhan, selanjutnya kita juga harus memiliki belas kasihan, Karena orang yang memiliki belas kasihan akan melahirkan pengertian, disaat ada orang yang bersalah dihadapan kita, berusaha untuk memahami bukan menyalahkan. Seperti, kisah yang terdapat di Lukas 5:20–24, disaat orang menjebol atap rumah, tuan rumah tidak marah, Yesus pun juga tidak marah, yang lebih dahsyat lagi, orang lumpuh itu disembuhkan plus dosanya diampuni, begitu juga para pengusung dosanya juga diampuni bukan dimarahi. Namun disisi yang lain ada seorang  Ahli kitab dengan alasan theologi, cenderung bersikukuh berpegangan Firman Tuhan tanpa mempertimbangkan nilai kemanusiaan, malah dalam hatinya mempersoalkan theologi masalah pengampunan dosa. Artinya dengan alasan kebenaran dalam tanda kutip, tidak peka lagi terhadap penderitaan orang. Jadi disaat kita memiliki belas kasihan di situlah akan lahir suatu pengertian. Dan dari pengertian yang benar berdasarkan kebenaran Firman, yang akan tercermin dalam sikap hidupnya, dengan lebih mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dari pada format agamawi.

Ketiga, selain memiliki hati dan belas kasihan, yang tak kalah penting juga, kita harus memiliki sukacita. Ada orang yang senang saat melihat orang susah dan susah saat melihat orang yang senang.  Hal itu jangan sampai  terjadi dalam hidup kita. Seharusnya kita mempunyai sukacita, karena dari sukacita inilah yang akan  memunculkan kebahagian atas kita. Seperti dalam  Lukas 5:25-26. Sukacita kita seharusnya sukacita karena orang lain bahagia, atau kebahagian kita adalah disaat orang lain bahagia. Di saat orang lumpuh itu sembuh, maka seluruh orang yang melihat peristiwa itu bersukacita, disaat orang lumpuh itu sembuh dan berbahagia maka semua orang lain pun turut bahagia. Tetapi orang yang tetap marah atau tak bisa  bersukacita adalah mereka yang mengklaim diri  yang tahu Alkitab namun tak punya pengertian, tak punya hati kepada mereka yang menderita.

Jadi yang harus tetap  kita punyai adalah, hati yang berbelas kasihan terhadap orang lemah, serta senantiasa bersukacita karena orang lain mendapat pertolongan.

Oleh Y. R. Suryanto.



Leave a Reply