Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Meresponi Sapaan Allah di Masa Sukar




eBahana.com – Sebelum masuk dalam pembahasan renungan ini, alangkah baiknya membaca terlebih dahulu Ulangan 7:6-8,

  • 7:6 Sebab engkaulah umat yang kudus  bagi TUHAN, Allahmu;  engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya. 
  • 7:7 Bukan karena lebih banyak  jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu–bukankah kamu ini yang paling kecil  dari segala bangsa? 
  • 7:8 tetapi karena TUHAN mengasihi  kamu dan memegang sumpah-Nya  yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan  yang kuat dan menebus  engkau dari rumah perbudakan,  dari tangan Firaun, raja Mesir.

Kitab Ulangan merupakan kitab hukum dalam kelompok kitab Pentateukh. Pasal ini memuat tentang janji dan pemilihan Allah atas Israel. Ini merupakan refleksi atau “seperti” Allah mengingatkan Israel tentang sebuah proses penebusan, yakni Allah menebus Israel dari Mesir, rumah perbudakan. Pada saat firman ini disampaikan, Israel sudah dalam posisi berada di padang gurun; sudah berada pada tahap yang lain dalam janji dan penebusan.

Allah mengingatkan Israel agar mengingat Allah dan perbuatan-Nya. Mengingat Allah dengan meresponi penebusan sebagai bentuk kasih nyata Allah kepada Israel. Pemilihan dan penebusan Israel dilakukan bukan karena jumlah dan bukan karena Israel memiliki kualifikasi tertentu yang memikat Allah; juga bukan kebaikan Israel melainkan kasih Allah kepada mereka.

Allah menyampaikan hal ini agar Israel tidak lupa dan semangat mereka mengasihi Allah menjadi kendor. Pemilihan dan penebusan Israel pada pasal ini juga berarti Allah memisahkan Israel dalam penyembahan. Jelas bahwa Israel dipilih hanya untuk menyembah Allah.

Dari penjelasan ini, kita belajar tentang:

  1. Allah memilih kita karena Allah mengasihi. Tidak ada faktor kebetulan kita percaya kepada Kristus. Kita dipilih Kristus berarti kita menjadi umat tebusannya. Bila Israel dipilih dan dibebaskan (ditebus) dari Mesir, maka kita dipilih dan dibebaskan dari kuasa dosa (ay. 6,7)
  2. Pemilihan menjadi dasar pemeliharaan Allah. Posisi Israel di padang gurun merupakan fase atau tahap dari penebusan sekaligus sebagai bukti pemeliharaan Allah. Perhatikan kata-kata: engkaulah umat yang kudus, engkau umat kesayanganku, Tuhan mengasihi kamu merupakan kata-kata yang menunjukkan bahwa Ia sekali-kali tidak akan meninggalkan Israel. Ia akan memelihara hidup mereka. Meskipun mungkin dari sisi Israel, seperti berada di bawa bayang-bayang maut, gelap, tidak ada harapan. Namun bagi Allah, tidak demikian.
  3. Padang gurun bukan tempat Allah melampiaskan amarah-Nya. Allah mengasihi dan menyayangi Israel hanya saja Israel terkadang lupa terhadap janji pemeliharaan Allah. Israel melihat padang gurun sebagai kenyataan yang pahit, gelap dan tidak ada masa depan. Namun bagi Allah, hai anakku Israel, tidak ada jalan lain untuk sampai ke “Kanaan, rumah anugerah-home of gracesecond Eden”. Padang gurun sebagai rute yang harus dilalui untuk tiba di Kanaan, tanah Allah.

Saudara-saudara, Allah memilih kita menjadi umat-Nya bukan karena kita baik (ingat lagu: Semua Karena Anugerah-Nya, bukan karena kebaikanmu, bukan kar’na fasih lidahmu, bukan kar’na kekayaanmu, kau dipilih, kau dipanggil-Nya, semua karena anug’rah-Nya, dib’rikan kepada kita, semua anug’rah-Nya bagi kita, bila Engkau dipakai-Nya…). Kita percaya Yesus bukan karena faktor kebetulan (Kebetulan orang tua saya Kristen, tidak!). Pernyataan Allah, aku yang memilih dan melepaskan kamu harus dibaca sebagai pernyataan, sampaikanlah kepada anak cucumu, Aku memilih kamu, bukan kamu kebetulan percaya kepada-Ku.

Saudara-saudara, dalam situasi seperti ini (stay at home, karena COVID-19-red), jangan ragukan kasih dan pemeliharaan Allah. Padang gurun bukan ajang Allah bermain-main dengan Israel dan bukan tempat Allah melampiaskan amarah-Nya. Masa di padang gurun sebagai bagian dari Israel belajar bergantung sepenuhnya kepada Allah, mengandalkan Allah, memercayai Allah. Situasi kita saat ini harus dilihat sebagai masa memercayai dan bergantung sepenuhnya kepada Allah. Amin.

Oleh Noh Ibrahim Boiliu, Dosen FKIP Universitas Kristen Indonesia, Jakarta.



Leave a Reply