Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Memperalat Tuhan




eBahana.com – Fungsi sebuah alat adalah untuk meringankan suatu pekerjaan yang kita kerjakan. Maka alat merupakan pembantu kinerja yang efektif bagi kita, agar yang kita kerjakan hasilnya lebih cepat dan lebih  maksimal lagi kualitasnya. Apalagi di era sekarang alat bantu kerja semakin canggih, ada yang menggunakan sistem robotik ataupun digital elektronik. Sehingga peranan manusia semakin kecil, karena manusia menjadi tergantung kepada sebuah alat.

Namun yang kita tidak sadari Tuhan pun kita peralat, atau kita jadikan alat. Seharusnya kitalah alat Tuhan namun tanpa sadar hal itu kita balik, Tuhanlah yang menjadi alat kita.  Misal coba kita renungkan Lukas 12:14, Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” Sepintas kata kata yang dikatakan oleh Tuhan Yesus nampak biasa saja.  Namun kalau kita telaah lebih dalam lagi, Yesus sedang berkata “hakmu apa sehingga, dirimu perintahkan saya seperti kemauanmu, kata Tuhan kalau saya bahasakan”.

Apa Tuhan tidak mau kalau kita meminta pertolongan kepada Tuhan, jawabnya, pasti Tuhan mau, namun kalau meminta tolongnya seperti memerintah yang ada indikasi, memperalat Tuhan, pasti Tuhan tidak mau.

Terus apa ciri orang yang memperalat Tuhan. Cirinya ada 3.

Pertama, seorang yang  memaksakan kemauannya, Lukas 12:13.

Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” Ternyata kata seorang dari orang banyak itu bisa diterjemahkan dengan kata anak ‘brandalan’ atau anak yang maunya menang sendiri. Kenapa demikian, seorang yang sedang berbicara kepada Yesus itu, sudah mendapatkan warisan, seperti saudaranya, namun dia ingin saudaranya mau membagikan lagi bagiannya kepada dia. Dengan kata lain seorang itu mau mengunakan Yesus sebagai alat, agar Yesus berbicara kepada saudaranya.

Kesimpulannya seorang itu terbiasa berkuasa atas saudaranya atau anak ‘brandalan’, seorang yang mau menang sendiri, tanpa sadar sikap itu muncul tanpa hormat memerintahkan Yesus untuk melakukan kemauannya. Jadi anak itu mau kalau dirinya mendapatkan lebih daripada saudaranya. Inilah yang disebut dengan memperalat Tuhan, karena dia mau mendapat kan sesuatu yang lebih dibanding orang lain. Dia tidak mau kalau ada orang lain setara dengan dia. Namun Tuhan tidak berkenan dengan sikap seperti itu.

Kedua, seorang yang tamak.

Lukas 12:15, Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Selanjutnya penjelasan hampir mirip dengan penjelasan diatas, namun disini lebih ditekankan, bahwa orang tamak, yaitu orang selalu dan selalu ingin mendapatkan lebih, walau sudah lebih. Orang seperti itu sudah pada posisi berbahaya. Kenapa demikian, orang tamak hidupnya digantungkan kepada kekayaan. Sesuatu titik balik kekayaan bisa tak mampu menolong kita lagi.

Izinkan saya mengutip kata bijak di bawah ini:

Kekayaan bisa membeli tempat tidur namun tidak bisa beli nyenyaknya tidur.

Kekayaan bisa membeli makanan mahal namun tak bisa membeli selera makan.

Kekayaan bisa membeli obat yang mahal, namun tak bisa membeli kesembuhan.

Kekayaan bisa membeli fasilitas hidup yang lengkap namun tak bisa membeli kedamaian.

Jadi orang tamak adalah orang yang memperalat Tuhan untuk menambah kekayaannya. Orang tamak menjadikan, makanan, pakaian, rumah bukan menjadi kebutuhan pokoknya lagi namun  berubah menjadi simbol status sosialnya. Permintaan yang hanya untuk menaikkan derajat status sosial inilah disebut tamak dan orang ini adalah orang yang memperalat Tuhan.

Ketiga, seorang yang sudah puas.

Lukas 12:16, 20-21, Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. . . . Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”

Di zaman sekarang orang akan puas apabila memiliki investasi berupa apa saja, dan orang itu berkata, aku sudah cukup dan bahagia. Karena sakit ada asuransi, rusak ada garansi, nyaman karena ada keamanan, semua sudah diraih. Namun survei berkata, ada banyak orang berjerih lelah sepanjang hidupnya namun dia hanya menikmati 10% hasil jerih lelahnya, 90% yang menikmati adalah orang lain, seperti anaknya, saudaranya  atau orang sekitarnya. Kata Tuhan dalam bahasa saya,  kalau semua yang kamu raih dan hari ini kamu mati, semua yang kamu miliki buat siapa, bukankah buat orang lain, itulah tindakan yang bodoh kata Tuhan.

Oleh karena itu kumpulkan juga kekayaan rohani bukan hanya kekayaan jasmani. Jangan puas hanya memikirkan jasmani saja, karena orang yang fokusnya hanya material saja, orang itu sudah memperalat Tuhan, namun kalau orang itu melakukan juga hal hal rohani,  orang itu kaya dihadapan Tuhan. Camkanlah

Matius 6:33, Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Kerajaan Allah berbicara karakter Kristus, sedangkan kebenaran berbicara Firman Tuhan. YrSurya

 

Dua hari lagi, pengumuman yang mendapatkan ekspresi kasih (12 Februari 2020).



Leave a Reply