Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Lahir Baru dan Hidup Suci




eBahana.com – Konsep lahir baru di dalam Alkitab sangat jelas dipaparkan dalam percakapan Nikodemus dengan Yesus dalam Yohanes 3:4-7:

Kata Nikodemus kepada-Nya: “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.

Lahir baru yang bisa dipikirkan oleh Nikodemus adalah lahir secara jasmani atau secara fisik. Sementara, Yesus menekankan lahir baru adalah dilahirkan dari Roh. Daging melahirkan daging, Roh melahirkan roh. Tuhan Yesus menekankan, bahwa tanpa dilahirkan Roh maka mustahil masuk dalam Kerajaan Allah.

Yesus mengatakan kepada Nikodemus, “Kamu harus dilahirkan kembali” (Yoh. 3:7), karena orang yang mati secara rohani, tidak akan bisa masuk ke dalam hadirat Allah yang suci. “Jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yoh. 3:3). Untuk masuk dalam Kerajaan Allah, maka harus ada kehidupan rohani, yaitu hidup baru.

Dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana

Dalam 1 Petrus 1:23 dijelaskan “Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal”. Kata “fana” dalam terjemahan lama dikatakan sebagai “binasa”: “karena kamu sudah diperanakkan pula, bukannya daripada benih yang akan binasa, melainkan yang tiada akan binasa, yaitu dengan firman Allah yang hidup dan kekal”. Dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari disebutkan “abadi” untuk antonim dari fana. “Sebab melalui sabda Allah yang hidup dan yang abadi itu, kalian sudah dijadikan manusia baru yang bukannya lahir dari manusia, melainkan dari Bapa yang abadi”.

Ayat ini hendak menegaskan bahwa dilahirkan secara jasmani artinya dilahirkan dengan barang fana, tidak abadi, atau yang bisa binasa. Dilahirkan dari benih yang tidak fana artinya dilahirkan dari benih abadi, kekal atau yang tidak dapat binasa, yaitu Firman Tuhan. Melalui Firman Tuhan yang abadi, kita dijadikan manusia baru yang bukan dilahirkan oleh manusia, melainkan dari Bapa yang abadi.

Tidak terus-menerus berbuat dosa

Orang yang sudah dilahirkan kembali tidak akan berbuat dosa secara berkelanjutan tanpa ada pertobatan, karena benih ilahi ada di dalamnya. Seperti yang dijelaskan dalam I Yohanes 3:9 “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih illahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah”.

Dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari pernyataan “tidak berbuat dosa lagi” dijelaskan  “tidak terus-menerus berbuat dosa”. “Orang yang sudah menjadi Anak Allah, tidak terus-menerus berbuat dosa, sebab sifat Allah sendiri ada padanya. Dan karena Allah itu Bapanya, maka ia tidak dapat terus-menerus berbuat dosa”. Dalam terjemahan Shellabear 2011 pernyataan “tidak berbuat dosa lagi” diterjemahkan “tidak terus-menerus berbuat dosa”. “Orang yang telah menerima hidup baru dari Allah tentunya tidak terus-menerus berbuat dosa, karena tabiat yang ilahi tinggal di dalam dirinya. Ia tidak dapat terus-menerus berbuat dosa karena ia telah memiliki hidup baru dari Allah”.

Artinya, pernyataan “tidak berbuat dosa lagi” bukan tidak bisa berbuat dosa, namun tidak berulang-ulang atau secara terus menerus berbuat dosa tanpa menyadari yang dilakukanya sebagai dosa. Jikalau merujuk pada Yunani “berbuat dosa” adalah “hamartano”, kata kerja yang ditulis dalam bentuk infinitif aktif masa kini, yang menunjukkan tindakan yang terus berlangsung. Kata “hamartano” dapat juga diartikan sebagai “yang tetap berbuat dosa”.

Hagnos, Heilikrines, Catharsis dan Lahir Baru

Istilah Yunani untuk menerjemahkan murni, suci, bersih ada 3 kata, yaitu Hagnos, Heilikrines, Catharsis.  Hagnos diartikan “murni dari kekotoran, tidak tercemar” (dari akar yang sama dengan hagios, “suci”), diterjemahkan “murni” dalam Filipi 4: 8; 1 Timotius 5:22; Yakobus 3:17; 1 Yohanes 3:3. Hagnos dapat diartikan sebagai penghormatan, terhormat, murni dari kedagingan, murni dari setiap kesalahan, tak bernoda.

Sementara istilah “katharos” atau “Catharsis” bersih, murni, tidak bersalah, kebersihan secara seremonial. “murni”, seperti sedang dibersihkan, misalnya, Matius 5: 8; 1 Timotius 1: 5; 3: 9; 2 Timotius 1: 3; 2:22; Titus 1:15; Ibrani 10:22; Yakobus 1:27; 1 Petrus 1:22; Wahyu 15: 6; 21:18; 22: 1. Kata heilikrines diterjemahkan dengan “murni”; “(a) digunakan untuk bahan yang tidak tercampur; (b) dalam PB digunakan untuk moral dan etika” kemurnian, “Filipi 1:10,” tulus” dalam 2 Petrus 3: 1, “murni”.

Kata “hagios” diartikan “suci, bebas dari campuran kejahatan”. Istilah hosios diartikan “suci, sebagai bebas dari kekotoran”. Untuk istilah heilikrines diartikan sebagai “murni, seperti sedang diuji, tidak tercampur, tanpa paduan, murni, tulus, total”. Katharos, “murni, seperti sedang dibersihkan, bersih secara fisik, dimurnikan dengan api, seperti pokok anggur yang dibersihkan dengan pemangkasan dan cocok untuk menghasilkan buah”.

Kelahiran baru akan menghasilkan kehidupan rohani yang terus menerus membangun hubungan secara berkesinambungan dengan Allah. Dilahirkan kembali dari Allah artinya Allah menuntun dan menguasai  hidup kita untuk selalu menghasilkan hidup suci, murni, kudus dan tulus. Dengan demikian yang dikuasai oleh benih Illahi tidak akan berbuat dosa secara terus menerus tanpa merasa bersalah. Itu adalah suatu kemustahilan rohani.

Orang percaya bisa kadang-kadang gagal untuk memenuhi standar Allah yang tinggi, tetapi tidak akan terus-menerus hidup dalam dosa. “Benih Allah” yaitu hidup, Roh, dan tabiat Allah sendiri yang ada dalam mereka yang menjaga seseorang setia untuk tidak berbuat dosa (1Yoh 5:11-12; Yoh 15:4; 2Pet 1:4).

Oleh: Ashiong P. Munthe, dosen FIP UPH, Tangerang.



Leave a Reply