Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

CINTA SAMPAI MATI




eBahana.com – Jika pasangan muda-mudi sedang dilanda asmara, maka untuk meyakinkan pasangannya akan mudah untuk mengungkapkan “aku akan mencintaimu hingga ajal menjemput” atau “sampai kapanpun aku akan tetap setia mencintaimu”. Pernyataan seperti ini adalah pernyataan yang akan teruji oleh waktu apakah  mampu atau tidak pernyataan tersebut direalisasikan.

Tidak sedikit juga yang kita ketahui bahwa ada pasangan suami istri yang sudah diberkati di gereja dengan janji setia sampai mati, namun berujung pada perceraian. Pernyataan janji setia untuk saling mencintai sampai mati ternyata renta untuk diingkari oleh manusia.

Perwujudan cinta atau kasih sampai mati yang terbesar bisa kita teladani, yaitu Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal hingga Anak tunggal-Nya mati di salib untuk menebus dosa kita. Kata cinta sinonim dengan Kasih, sehingga pembahasa cinta sama dengan kasih. Untuk membahas cinta sampai mati ini dirujuk pada 1 Yohanes 4:7-21.

Kasih itu berasal dari Allah

Pada 1 Yohanes 4:7-8 dijelaskan “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.

Merujuk pada ayat tersebut, dalam Alkitab Terjemahan Baru dikatakan bahwa “kasih itu berasal dari Allah”. Dalam Bahasa Yunani dituliskan “agapē ek tou Theou”. Dalam Bahasa Inggris New King James Version dikatakan “for love comes from God” atau dalam King James Version dituliskan “source of love is God”.

Kata depan atau preposisi Yunani “ek” dapat diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia “dari atau dari dalam”. Jadi secara harafiah agapē ek tou Theou dapat diartikan sebagai kasih itu keluar dari dalam Allah atau jika merujuk pada King James Version kasih itu bersumber dari Allah. Penjelasan ini akan semakin jelas jika melihat pada ayat 8, yaitu Allah adalah kasih. Dalam Bahasa Yunani dituliskan “hoti ho Theos agapē estin” atau dalam Bahasa Inggris “for God is love” atau “because God is love”.

Kalimat “setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah” dalam Bahasa Yunani “pas ho agapōn ek tou Theou gegennētai, kai ginōskei ton Theon”. Dalam terjemahan lama dikatakan “barangsiapa yang menaruh kasih, ialah asalnya daripada Allah dan mengenal Allah” atau dalam terjemahan Bahasa sehari-hari dikatakan “orang yang mengasihi, adalah anak Allah dan ia mengenal Allah”.

Seseorang tidak bisa memiliki kasih, yaitu kasih seperti yang dimiliki Allah pada manusia, jikalau tidak bersumber dari Allah. Dengan demikian orang yang memiliki kasih seperti yang diuraikan dalam ayat 7 tersebut sudah seharusnya mengenal Allah, karena Allah itu adalah sumber kasih tersebut. Wujud kasih seperti yang dinyatakan Allah melalui Anak tunggal-Nya adalah kasih yang paling besar dan sempurna. Hal ini dipertegas dalam Yohanes 15:13 dikatakan “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”

Kasih Allah dinyatakan dalam Yesus Kristus

Kasih Allah yang dinyatakan kepada manusia adalah kasih yang ditunjukkan dalam pengorbanan Yesus Kristus. Hal ini dapat kita lihat pada ayat 9 “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya”. Kasih Allah sangat jelas dideskripsikan yaitu mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia sebagai pendamai bagi dosa-dosa kita.

Dengan demikian, orang yang tidak mengasih artinya tidak mengenal Allah. Hanya orang yang mengenal Allahlah yang bisa mengasihi. Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. Barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.

Kasih terbesar ini dapat kita lihat juga dari pernyataan Yesus dalam Yohanes 15:13 dikatakan “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”. Artinya kasih yang dinyatakan Allah di dalam Yesus Kristus adalah kasih yang memberi diri pada orang lain, bukan kasih yang egois. Manusia cenderung menunjukkan kasihnya sebagai kasih yang berpusat pada dirinya sendiri. Idealnya kasih itu berpusat pada Allah, karena Allah adalah sumber kasih.

Cinta Yesus Sampai Mati, Mati di Kayu Salib

Yesus Kristus mati disalib sebagai pendamaian bagi dosa-dosa (1 Yoh. 4:10) dan menjadi Juruselamat dunia (1 Yoh. 4:14). Ini adalah teladan cinta terbesar, yaitu cinta sampai mati. Sebagai wujud kasih Yesus dalam wujud manusia memberikan teladan yang sangat spesifik dan akurat, yaitu merendahkan diri-Nya hingga taat sampai mati. Seperti dalam Filipi 2:8 dijelaskan “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.

Marilah Kita Saling Mengasihi

Wujud kasih dalam Yesus adalah kasih yang rela berkorban, mau merendahkan diri dan taat pada Allah sampai mati. Oleh karena itu, marilah kita saling mengasihi. Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Kita disebut sebagai pendusta jikalau berkata “Aku mengasihi Allah”, namun membenci saudaranya. Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya. Marilah kita terus saling mengasihi.

 

Oleh Ashiong P. Munthe, dosen FIP UPH, Tangerang.



Leave a Reply