Rio Febrian: Terasah Lewat Berbagai Lomba
Kemenangannya dulu di Asia Bagus Grand Championship ke-8 akhirnya mengantarkan cowok berkulit hitam manis ini menjadi penyanyi profesional.
Mama, Sang Pendukung
Rio Febrian mengenal dunia tarik suara lewat paduan suara gereja. ”Awalnya ikut-ikut nyokap nyanyi di paduan suara gereja. Sering bangetlah ikut lomba sejak kelas 3 SD,” ujar cowok kelahiran Jakarta 25 Februari 1981 ini. Melihat bakat anaknya, Nancy Kosakoy,
mamanya, mendorong Rio ikut kursus dan lomba menyanyi. Tak heran saat ditanya siapa yang paling berperan dalam kariernya, Rio langsung menjawab sang mama. “Nganterin lomba ke sana-sini, naik turun bis, ke mana-mana sama nyokap,” kenangnya.
Meskipun kadang sebal dengan jadwal latihan yang mengganggu waktu bermain, namun Rio kecil mendapatkan kesenangan tersendiri. Uang hasil juara berbagai lomba dapat membiayai sendiri uang sekolahnya. Maklum, Rio bukan berasal dari keluarga kaya. Ayahnya tukang cat mobil di sebuah bengkel. Mamanya, ibu rumah tangga biasa. Mobil tidak bisa masuk jalan depan rumah. Karenanya ia mengucap syukur dengan kondisinya saat ini. ”Itu mukjizat yang
Dia kasih buat gue,” katanya.
Macan Lomba
Ketika ditanya berapa kali Rio memenangkan kompetisi menyanyi yang diikuti, ia agak bingung. “Gue ngumpulin sekitar 450 piala. Kalau ada yang dibilang ‘macan lomba’, gue salah
satunya. Abis lomba di mana aja gue ikut,” ujarnya sambil tertawa. Saking banyaknya, ia lupa di mana saja ia mendapat piala itu. Justru, ia malah ingat di mana saja ia pernah kalah. Bagi cowok berdarah campuran Betawi dan Manado ini, Asia Bagus merupakan salah satu yang terberat. Audisi pertama, gagal di tahap pertama. Ketika dinyatakan gagal, ia sempat kaget. Namun setelah merenungkan, Rio merasa terlalu percaya diri. “Dari situ mikir, gue ga
boleh sombong,” tuturnya. Tahun berikutnya, ia audisi lagi dan lolos. Pengalaman lomba dari panggung ke panggung membentuknya untuk tidak mudah kecewa dan putus asa. Menjadi
peserta harus siap menang dan kalah. Apa perbedaan kompetisi menyanyi yang ia pernah jalani dengan kompetisi idola sekarang? “Kalau sekarang mungkin eksposnya lebih bagus dan
lebih kuat karena nggak pake juri, tapi SMS,” jawabnya. Hanya yang agak disesalkannya kompetisi seperti itu kadang tidak membentuk karakter pesertanya untuk jadi kuat dan stabil. Begitu euforia itu selesai, bintang mereka juga ikut redup. Namun, Rio tidak mau buru-buru mencap mereka sebagai produk instan, karena mungkin mereka sudah menjalani proses yang panjang sebelumnya.
Mata Empat
Sebelum matanya dioperasi, Rio mengaku memiliki kelainan pada matanya. Menginjak sekolah dasar, matanya sudah minus 2,5. Terakhir minusnya mencapai 12, silinder 5. Alhasil, teman-temannya sering memanggilnya mata empat. Ledekan teman-temannya tidak menjadi beban pikiran. Memang ia tidak terlalu memedulikan perkataan orang, yang paling penting terasa nyaman di badan. Rio juga pernah bermasalah dengan kegemukan. Bobot terberatnya adalah 77 kilogram. Karena tak nyaman, ia melakukan diet dan fitness gilagilaan. Hasilnya, bobotnya turun jadi 67 kilogram tapi efek sampingnya, jadi lemot (lemah otak). “(Kalau)
orang nanya, gue jadi bego banget, ga nyambung,” katanya. Kini ia menjalani diet dan olahraga yang normal saja. Soal makan, ia hanya meniadakan makan malam dan menggantinya dengan jus. Bobotnya sekarang 70 kg. Kalau naik lagi, ia tidak mau stres. ”Kalau mesti stres mikirin bentuk badan, gue ga bisa ngapangapain, nikmatin aja hidup gue,”
ujarnya.
Pelayanan
Rio terbuka untuk pelayanan tapi tidak suka diperlakukan sebagai obyek khususnya untuk menarik massa agar datang dalam acara rohani. “Gue ga mau jadi obyek. Gue ga mau
orang datang ke gereja karena ada penyanyinya, ngapain? Mending lo ke kafe, liat gue nyanyi,” katanya. Umat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Cibubur ini melayani lintas
denominasi gereja. Menurutnya Tuhan itu universal. Karena itu ia tidak ingin terjebak dalam ekslusivitas. Bahkan ia pernah mengajak temantemannya yang beragama lain untuk mengiringinya bernyanyi di acara KKR. Tidak semua permintaan menyanyi dengan embel-embel rohani ia terima. Pernah, ia diminta nyanyi di acara rohani tapi dari awal panitia
sudah berbicara tentang budget. Ini membuatnya miris. “Banyak yang mengunakan acara-acara seperti itu, bilangnya rohani padahal tetap bicara duit dan berbicara bisnis,” ujarnya.
Ada rencana buat album rohani? “Gue ga akan bikin album rohani. Ga ada sebutan rohani atau sekuler, karena gue ga mau nembok-nembokin musik gue, gue ingin berbicara sama semua orang, ‘kan itu pesan untuk semua orang,” jawab Rio.
Obsesi
Tahun 2009, Rio mengeluarkan albumnya, Aku Bertahan. Musiknya Inspirational People, lebih dinamis. Ia setia dengan musik pop. ”Pop itu ‘kan luas jadi gue nikmatin menjelajahi dunia pop, maksudnya musiknya bisa dimasukin banyak, gue bisa masukin distorsi gitar,
lebih groovy dan soul, jadi gue bisa main lebih banyak,” jelasnya. Sebagai penyanyi, ada obsesi yang belum terwujud. “Pengen bikin konser tunggal.” Selain itu, ia juga ingin memproduseri orang lain dan punya studio sendiri. Walaupun dunia musik Indonesia selalu
diramaikan pendatang baru, nama Rio Febrian masih eksis. Rio menganggap mereka sebagai motivasi untuk membuat karya yang lebih bagus lagi. Ia salut dengan almarhum Chrisye yang mampu eksis menyanyi sampai menjelang ajalnya. Satu hal yang Rio yakini akan membuatnya tetap bertahan. “Gue suka sama musik gue, gue cinta sama musik gue, itu hal dasar yang bikin gue masih bisa ada di dunia ini,” tandas Rio. Dianovita