Jill Gladys : Mendatangi Sumber Berkat
Mencari seorang publik figur dengan segudang pekerjaan? Lihatlah Jill Gladys. Sosoknya sudah begitu akrab di mata pemirsa. Dari mana kemujuran menghampirinya?
Kariernya meroket dalam waktu singkat. Kurang dari dua tahun, Jill sudah membintangi 14 iklan, lebih dari 20 sinetron dan FTV serta main dalam tiga film sekaligus. Bintang iklan Biore ini mengakui dengan jujur, ia tidak tahu bagaimana semua itu bisa menghampirinya. Hanya satu yang ia yakini, jalan dan pikiran manusia bukanlah jalan dan pikiran Tuhan.
Negeri Jiran
Menelusuri jejak perjalananan Jill, tidak lepas dari masa hidupnya di Malaysia. Di negeri jiran ini ia tadinya ingin meraih ilmu lalu bekerja atau menjadi wirausaha. Angan-angan itulah yang tertanam di benaknya. Jenuh berkutat dengan buku, Jill ingin hidup bersenang-senang. Apalagi didukung dengan fasilitas yang nyaris tanpa batas. Kapan saja butuh uang, Jill tinggal menelepon ke rumah. Tak sampai seminggu, rekeningnya akan bertambah. Rupanya ini menjadi bumerang. “Di Malaysia aku sendirian. Sepi itu terasa banget, aku jadi gila belanja. Duit berapa saja pasti habis. Kuliah sih baik tapi belanja juga kadang nggak pikir-pikir lagi.” Lelah dengan belanja sana-sini ia pun sadar, “Nggak bisa begini terus. Akhirnya aku sendiri yang mendisiplinkan diri. Aku telepon orangtua dan minta uang kiriman dibatasi,” ujar pecinta keluarga ini. Dari situ ia mulai sadar pentingnya arti tanggung jawab atas hidupnya, termasuk kuliah yang tengah digelutinya. Ia pun terjaga, sebelum hidupnya berantakan. Pasalnya, di apartemennya, ketika di Malaysia, ia berteman dengan mahasiswa Indonesia yang hidup serba bebas. “Untuk semua yang serba cepat demi untuk senang-senang mudah sekali, tapi aku pikir hidup benar atau nggak benar semua adalah pilihan. Dan, apa pun risikonya harus ditanggung,” ujarnya.
Iklan, Sinetron, dan Film
Karakter bertanggung jawab ini kemudian mengental dalam dirinya. Termasuk ketika harus kembali ke Tanah Air usai mengantongi gelar dari Sunway University, Kuala Lumpur, Malaysia. Begitu juga ketika untuk pertama kali ia mendapat tawaran kasting. Jill mempersiapkannya dengan matang dan penuh tanggung jawab. Tapi sayang ia gagal. Bagusnya, pemilik wajah oriental ini tak patah arang. Tinggi, berkulit mulus, rambut panjang hitam berkilau. Perawakan yang dicari industri hiburan. Wajahnya yang “berbeda” dari model kebanyakan begitu berkesan di banyak rumah produksi. Selanjutnya, mudah ditebak, banyak rumah produksi meminangnya untuk dijadikan bintang iklan. Tahun 2007 menjadi langkah emasnya. Lewat sejumlah iklan namanya melambung. Akhirnya tawaran sinetron, FTV dan film dijajalnya. Tapi bukan berarti ia asal main. “Semua yang aku dapat selalu tepat. Artinya ketika menerima tawaran iklan, memang sedang tidak main sinetron, FTV atau bahkan film. Begitu juga sebaliknya, ketika main sinetron sedang tidak ada tawaran iklan baru. Aku yakin Tuhan yang mengatur semua,“ papar pemilik hobi membaca, termasuk Bahana, dengan jujur. Putri pasangan Angka Rahardja dan Lie Han Tjoe selalu mensyukuri berkat Tuhan yang melimpah dalam hidupnya.. “Pikiran Tuhan bukan pikiran manusia, apa pun bisa terjadi, seperti yang aku alami sekarang. Semua karena seizin Tuhan.”
Berlimpah materi dan pujian justru warning bagi dirinya. Hal tersebut membuatnya tidak lengah dan terbuai. Ia tetap mawas diri. Baik dalam membawa diri pula menjaga diri. Pasalnya godaan di kalangan selebritas bukan hanya cerita layar kaca, tapi memang sebuah kenyataan. Kenyataan yang harus dihadapi. Menyandang predikat publik figur, dengan kecantikan yang khas dan nama yang tengah menjulang, tidaklah mudah untuk hidup benar dan taat aturan Allah. Semua teruji ketika pilihan yang bertentangan dengan firman Tuhan menghadang. Seperti berikut, sudah banyak kali bintang iklan Nescafe ini ditawari untuk mencicipi narkoba sebagai doping. “Yang menawarkan banyak, tapi pertimbangan utama yang membuat aku tidak tergoda adalah tubuh kita adalah bait Allah yang harus dijaga,” ulasnya sambil merapihkan rambutnya yang tertiup angin.
Titik Balik
Bila seorang bintang masih begitu kental ingatannya akan Tuhan, maka seperti apa Jill membangun kesehariannya dengan Tuhan? Bilakah hanya ada masalah atau jalan buntu di hadapan? “Sorry, lama, tadi harus take terakhir,” jelasnya tanpa diminta begitu melihat Bahana menunggu di sofa berwarna cokelat yang bersampingan dengan ruang syuting. “Tadi sampai mana?” belum lagi Bahana menjawab, ia sudah melanjutkan kalimatnya. “Tuhan adalah bos. Aku hanya mengikuti dan menjalankan apa yang ‘Bos’ kasih. Artinya apa yang dipercayakan harus aku kerjakan sebaik mungkin. Jangan main-main.” Menurutnya walau terdengar teoritis, sesungguhnya itulah hidup yang dilewati Jill. “Aku pernah ditolong Tuhan, jadi maaf kalau memang agak sedikit fanatik. Itu semata-mata karena aku sudah mengalami kasih Tuhan,” urai jemaat St. Yakobus, Kelapa Gading yang tidak pernah absen ibadah Minggu sekalipun lelah mendera lantaran syuting sampai dini hari. Ditanya siapa yang mengajarkan tentang iman, lawan main Mario Lawata dalam sebuah FTV ini mengaku ibulah yang mendidik tentang iman. Mamanya yang bukan kristiani, ketika menjadi kristiani begitu taat. Sejak kecil Jill bersaudara sudah “dibrainwash” tentang Tuhan Yesus. Tentang kebaikan dan rencana Tuhan ia tak pernah ragu. Entahkah itu soal rezeki, kesehatan bahkan masa depan sekali pun. “Aku percaya semua yang baik pasti Tuhan sediakan. Contohnya aku tidak pakai manejer, tapi pekerjaan ada saja. Aku percaya itu datangnya langsung dari Tuhan, sumber segala berkat,” bebernya. Simpulnya rezeki Tuhan yang mengatur, kalau sudah bagian seseorang pasti akan didapat. Lebih dari itu, ia ternyata pernah tidak mendapatkan job selama tiga bulan. Kasting dan tawaran memang dijalani dan dicoba, tapi kegagalan yang dituai. Mengalami banyak gagal di tengah kariernya ia datang pada Tuhan, sumber segala berkat. Dimintanya ampun atas kesalahan-kesalahan yang mungkin tidak disadarinya termasuk kurang bersyukur dan berdoa. Benar saja, tidak lama, usai rekonsiliasi, berkat pun turun. Tiga bulan tanpa pekerjaan, menjadi titik baliknya. “Sejak itu aku makin serius membangun hubungan dengan Tuhan, walaupun memang sejak kecil sudah kenal Tuhan. Tapi yang memperteguh keyakinanku adalah ketika jobless.” Kini, ia tak berani “main-main” dengan Tuhan. Banyak hal sudah dinikmatinya. “Pernah aku bicara ke Tuhan dalam hati, agar dapat film tahun ini tiga. Itu terucap begitu saja, dan kejadian loh, tahun ini rilis tiga film,” jelasnya dengan mata berbinar. Titik balik tersebut membuatnya berubah menjadi takut akan Tuhan—ketakutan yang justru menjadi kekuatannya mengarungi lautan hidup. Tertuang dalam rajinnya bersaat teduh, yang acap kali dilakukannya di mobil. Bahkan julukan katro pun sempat dilayangkan pada bintang iklan berbagai produk ini, tapi itu bukan masalah. “Saat teduh hubungan pribadi dengan Tuhan, berguna juga, jadi kenapa harus tidak bersaat teduh?” ujar single cantik ini beretorika. Pemain film Kawin Laris garapan Cassandra Massardi ini pun pernah di dera rasa tidak tenang. Ketika semua serba ada namun ketenangan dan nyaman tak kunjung juga mengikuti, ia tahu kepada siapa harus datang. “Ketidaktenangan pernah aku alami saat serba berkecukupan. Jadi kemapanan pun dapat menjatuhkan. Mencegahnya aku terus evaluasi diri dan jaga hubungan dengan Tuhan.”
Pasar Internasional
Pribadi yang terus belajar ini tentu saja tidak berdiam dan lantas santai saja menikmati jerih lelahnya. Prinsipnya begitu kuat untuk jangan berhenti belajar, tak terkecuali belajar dari sekolah kehidupan. Dengan begitu, katanya, akan selalu ada hal baru yang didapat. Bila dulu ia gemar pesta, kini tidak lagi, paling bila ada teman yang ultah, dan itu pun jarang datang. Ia cukup tahu diri, maksudnya, “Bukannya gak mau gabung tapi supaya gak tergoda. Aku tahu kalau sudah terlanjur menjalani sesuatu akan lama betahnya,” tipsnya tentang cara agar tidak hidup terlanjur salah. Belajar dari banyak hal, cara berpikirnya pun berubah. Ia tak lagi menjalani hidup asal, apalagi asal hidup. Ia tahu apa yang akan dituju dan untuk apa ia hidup. Semua terangkum dalam rancangan masa depannya. Sebuah masa depan yang pasti sudah disampaikannya kepada Tuhan. Apa obsesimu? “Kalau Tuhan berkehendak, rencananya go internasional,” katanya sambil tersenyum malu. Meski terbilang sebagai pendatang baru dan memiliki obsesi muluk, Jill yakin bagi Tuhan tak ada yang tidak mungkin. Toh sebagai manusia seorang Jill hanyalah bisa berusaha dan berupaya maksimal. “Sampai sejauh ini usaha yang aku lakukan mencoba dapat produksi untuk Astro yang sudah tidak tayang di Indonesia lagi. Paling tidak dengan begitu nantinya aku bisa membawa nama Indonesia ke luar negeri,” harapnya cerah meski berbanding terbalik dengan awan gelap yang menaungi lokasi syuting. Di luar itu, ia berharap satu ketika nanti dapat membuka usaha. Usaha apa gerangan? Tentang yang satu ini ia masih berahasia, ia tak mau berbicara lugas dan jelas. Tapi yang jelas menjadi pengusaha merupakan cita-citanya sejak dulu.