Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Grace Natalie Menggandeng Kaum Milenial Membangun Budaya Baru




eBahana.com – Bermula dari kegelisahan melihat situasi bangsa dan negara yang kian memprihatinkan. Grace Natalie membulatkan tekad untuk masuk ke politik. Suatu dunia yang sebenarnya paling tidak disukainya. Saat ditemui Bahana di sebuah resto, mantan jurnalis di salah satu televisi swasta nasional ini membagikan kisahnya.

Bagaimana Anda memandang dunia perpolitikan Indonesia saat ini?
Sangat buruk. Salah satunya terkait kualitas anggota dewan. Coba tanya kepada para orangtua, apakah mereka
mau anaknya menjadi anggota dewan? Banyak yang tidak mau. Mereka lebih suka mengarahkan anaknya
menjadi dokter, tentara, atau pekerja profesional lain. Mengapa? Karena selama ini anggota dewan mendapat
stigma kasar, korup, kotor, dan stigma-stigma negatif lain. Akibatnya, orang-orang terbaik bangsa ini menjauh
dari politik, bahkan banyak yang bekerja di luar negeri. Pada akhirnya, yang menjadi angota dewan adalah orang-orang yang kualitasnya buruk. Padahal, para anggota dewan inilah yang nantinya akan membuat undangundang, menetapkan arah kebijakan yang berlaku untuk masyarakat umum. Di sisi lain, tidak adanya standar yang jelas dalam perekrutan calon anggota dewan juga mempunyai peran. Sementara kita tahu, di perusahaan ada bagian HRD yang bertugas menyeleksi calon karyawan. Standarnya jelas. Setelah diterima, sistem pengawasan kinerjanya juga ketat. Mirisnya, hal ini justru tidak ada di pemegang jabatan publik.

Lantas jika menginginkan perubahan, mengapa justru menggandeng kaum muda?
Orang yang terbiasa dengan budaya tertentu akan sulit berubah. Celakanya kalau itu adalah budaya yang negatif. Saya menggandeng kaum muda karena tahu bahwa mereka punya potensi yang tidak boleh dipandang
sebelah mata. Kalau kita ingin memulai kultur yang baru, semuanya harus dilakukan dengan cara yang baru dan oleh orang yang sama sekali baru.

Kaum muda biasanya idealis. Apakah Anda tidak khawatir idealisme mereka ini nanti akan berubah jika sudah duduk di pemerintahan?
Risiko itu sudah saya pahami sejak awal. Oleh karena itu, saya membuat sistem. Orang yang baik tidak akan mau masuk kalau sistemnya buruk. Sebaliknya, kalau sistemnya baik, mereka pasti mau masuk. Proses perekrutan dilakukan dengan sistem yang baik. Penyeleksi pada wawancaranya adalah orang-orang yang punya kredibilitas tinggi. Hasil wawancaranya pun kita share kepada publik. Nanti setelah mereka terpilih, kinerja mereka pun akan dipantau oleh sistem. Jadi, mereka ada di mana, mengerjakan apa, membahas apa, dengan siapa, hasilnya apa, semua dapat diketahui. Pendeknya begini, jika driver transportasi online bisa dinilai, mengapa wakil rakyat yang duduk di kursi dewan tidak bisa? Wakil rakyat yang penilaiannya buruk
akan dievaluasi atau diberhentikan. Kesimpulannya, kalau orang baik didukung sistem yang baik, kinerjanya pasti akan baik. Idealismenya terjaga.

Apa harapan bagi Indonesia dan kaum muda?
Saya sangat optimis Indonesia akan menjadi bangsa yang besar. Bila hari ini ada banyak persoalan yang
menghalangi bangsa untuk maju, jangan pernah berdiam diri. Mari bersatu membuat perubahan. Saat ini kita sedang melakukan disrupsi dalam bidang politik, maksimal lima tahun ke depan akan nampak hasilnya. Panggilan ini ada di pundak para generasi muda. Apakah generasi muda mampu? Pasti mampu. Indonesia punya generasi muda yang luar biasa. Ryu

 

Wawancara selengkapnya dapat Anda baca dalam Bahana Magazine versi cetak volume 336 dengan menghubungi 081215154021.



One Comment

  • Cintren says:

    Semoga, Semoga dan Semoga
    Inspirasi berdampingan dengan imaginasi harus dibarengi kerja ‘keras’ plus kerja ‘cerdas’
    Selama budaya dasar tidak dikikis, niscaya semua akan habis.
    ‘Alon-alon waton kelakon’
    ‘Santai aja, Belanda masih jauh’
    ‘Ngapain kerja giat, boss kan nggak lihat’
    ‘Masih ada hari esok, nikmatnya sekarang kita ngrokok’
    ‘Korupsi berjamaah sudah lumrah, mari kita ‘kirmah’ mikir orang rumah’
    Maaf, saya Generasi ‘Baby Boomers’ (1946–65) mengingatkan kepada generasi ‘milenial’, persiapkan dengan matang, jangan ‘bonek’ bondo nekat, harus dirancang secara cermat.
    Saya mendukung 110% sangat optimis, Indonesia pasti berubah menjadi lebih baik.
    Dengan ‘hikmat Tuhan’ kita lakukan yang ‘baik dan benar’ GOD Bless You all… Amin.
    Saya Cinta Renjana. salam n matur nuwun.

Leave a Reply