Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Rasa Bangga adalah Bahan Bakar Kemajuan




eBahana.com – Rasa Bangga adalah Perekat
Pada kisah pembangunan menara Babel dalam Kejadian 11, disebutkan bahwa salah satu motivasi utama mereka adalah membangun sebuah kebanggaan nasional agar mereka menjadi “termasyur dan tidak tercerai
berai di seluruh bumi” (Kejadian 11:4). Tuhan mengacaukan pembangunan menara itu dan mereka pun terserak ke seluruh penjuru bumi. Salah satu hal yang membuat saya bangga terhadap istri saya adalah ketekunannya dalam mendoakan saya dan sebenarnya itulah salah satu faktor terbesar perekat pernikahan kami selama lebih dari 25 tahun. Jika Anda bangga terhadap kualitas-kualitas yang tidak kasat mata dalam diri
anak Anda, relasi Anda dengan mereka akan tetap terpelihara. Sebaliknya, jika seseorang merasa tidak pernah dibanggakan oleh orangtuanya, ia cenderung mempunyai rasa percaya diri yang rusak.

Rasa Bangga adalah Bahan Bakar Kemajuan
Bangsa Yahudi mungkin adalah bangsa yang mempunyai rasa bangga terbesar terhadap kebangsaannya. Contoh terbaik mengenai hal ini ditunjukkan Daud. Lawan yang dihadapinya adalah seorang ahli bertarung
yang tingginya 3 meter, memakai baju perang seberat ± 57 kg, mata tombaknya seberat ± 7 kg, dan dibantu oleh seorang prajurit yang khusus membawa perisai baginya. Dalam duel maut yang membuat seluruh tentara Israel ketakutan, dengan keberanian yang keluar dari rasa bangga terhadap Tuhannya, ia mengatakan, “Berani benar orang Filistin itu menantang tentara Allah yang hidup!”

Rasa bangga Daud tidak bergantung pada situasi. Justru rasa bangganyalah yang membuatnya dapat memutarbalikkan situasi. Inilah rasa bangga yang sejati. Banyak orang berpikir bahwa rasa bangga adalah hasil dari sebuah kemajuan. Hal ini tidak benar. Seharusnya sebuah kemajuan dimulai dari rasa bangga terlebih dahulu. Jika seorang karyawan baru dapat merasa bangga setelah ia menduduki posisi yang cukup
tinggi dalam pekerjaannya, hampir dapat dipastikan ia akan sulit mendapatkan posisi tersebut.

Sebaliknya seorang karyawan yang bangga terhadap kemampuan dirinya sendiri dan terhadap tanggung jawab yang dimilikinya, maka ia akan selalu berusaha menghasilkan pekerjaan yang terbaik.

Demikian juga dalam konteks berbangsa. Kemerdekaan bangsa ini pada 1945, bersatunya para pemuda pada 1928, dan prestasi gemilang pada masa lampau yang dimiliki bangsa Indonesia dimulai dari rasa bangga akan bangsa ini. Para pemuda pada masa itu memiliki rasa bangga yang tidak mati ditekan oleh indoktrinasi bangsa asing yang mengatakan bahwa kita adalah “orang-orang kelas dua”. Para tokoh kemerdekaan pada masa itu memiliki rasa bangga yang tetap hidup ketika diimpit oleh keterpurukan keadaan dalam berbagai aspek kehidupan pada masa penjajahan. Seberapa besar kemajuan sebuah negara sebenarnya ditentukan oleh
seberapa besar rasa bangga yang dimiliki rakyat terhadap bangsanya. Semakin besar rasa bangga yang dimiliki seseorang, makin besar dorongan yang dimilikinya untuk memberikan kontribusi terbaik. Jika rakyat Indonesia mulai menggantungkan kebanggaannya pada prestasi semu, lambat tetapi pasti, bangsa ini akan kehilangan kecepatan dan daya dorong kemajuannya.

Oleh DR. Jakoep Ezra, CBA, CPC Character Specialist Power Character.



Leave a Reply