Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Wisuda Mahasiswa/i Sarjana Pendidikan Agama Kristen STTIJA




Ardianton Saogo, S. Pd saat memberikan sambutan di depan dosen dan pimpinan STTIJA dan Mahasiswa serta undangan

Jakarta, eBahana.com – Sejumlah 16 mahasiswa/I Sekolah Tinggi Teologia Injili Jakarta (STTIJA) untuk jurusan Pendidikan Agama Kristen, diwisuda di Aula Kampus STTIJA, Kampung Makasar, pada Rabu (24/11) kemarin. Mengusung tema “Dialah yang menjadikan kita dan punya dialah kita “, Mazmur 100 : 3, rangkaian acara wisuda dibuka dengan pembawa acara mengucapkan selamat datang, dilanjutkan dengan prosesi akademik—pembukaan oleh Ketua STTIJA, Willem Frans Ansanay, SH., M.Pd.

Pada kesempatan itu, seorang mahasiswa, Ardianton Saogo, S. Pd, mewakili teman–teman wisudanya memberikan sambutan. “Pada kesempatan ini kami berterima kasih dan mengungkapkan perasaan kami terhadap Ketua STT Injili Jakarta, Bp. Willem Fran Ansanay, yang telah merangkul, memperhatikan, membina dan memberikan kesempatan kepada kami. Padahal kami anak kampung—bukan siapa-siapa. Kami juga diberi makan, diberi tempat, dan disponsori, hingga hari ini bisa sampai pada titik ini (Wisuda),” katanya.

Ardianton Saogo, S. Pd menambahkan, rasa bangganya para mahasiswa/I memiliki pimpinan seperti (Bpk. Willem Frans Ansanay) yang rendah hati, sosok yang selalu menjadi insiprasi, bahkan motivator seluruh mahasiswa/i. “Di kampus ini kami tidak hanya mendapat ilmu pengetahuan, tetapi kami memperoleh pembentukan moral, pendewasaan rohani yang menjadi bekal kami untuk hidup kami di masa depan,” tuturnya. Ditegaskan oleh Ardianton Saogo, S. Pd, pada hari wisuda ini bukanlah puncak prestasi yang digapainya dan teman–teman mahasiswa/I nya, justru menjadi awal perjuangan untuk menggapai cita-cita, serta mimpi yang harus wujudkan demi bangsa dan negara ini.

Sambutan dari Ketua STTIJA, Willem Frans Ansanay, SH., M.Pd, menegaskan kehadiran STTIJA sebagai bentuk dan komitmen dukungan kepada kebijakan pemerintah, melalui Bimas Kristen Kementrian Agama, RI dan Direktorat Pendidikan Tinggi Kemendikbud, yaitu tentang peningkatan daya saing bangsa dan peningkatan mutu lulusan. “Dengan memberikan bekal penguatan karakter dan program unggulan bagi mahasiswa/I melalui kegiatan penelitian, pengabdian masyarakat, ketrampilan dan praktik di dunia Pendidikan dan pelayanan maka masiswa/I akan mempunyai kemampuan yang lebih sehingga dapat menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat bangsa,” kata Willem Frans Ansanay.

Diungkapnya, STTIJA mempunyai visi menjadi STT yang berkualitas dalam pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat berbasis Teologi Kristen dalam pelayanan pedesaan sejalan dengan kebijakan pemerintah tahun 2030. Untuk itu, Willem Frans Ansanay menegaskan setiap lulusan STTIJA sebelum diutus sudah diperlengkapi terlebih dahulu dengan 2 Surat Keputusan (SK). Pertama, SK Yayasan untuk digunakan bila ada peluang membuka TK/PAUD. Kedua,  SK dari Sinode GKSI (yang dari sonode GKSI) bila ada keinginan untuk merintis pelayanan jemaat baru atau bahasa kerennya ingin merintis menjadi gembala jemaat.

Willem Frans Ansanay juga berkata STTIJA telah memiliki status Akreditasi “Baik” dengan SK BAN PT No. 2673/SK/BAN-PT/Ak-PKM/MIV/2020 untuk prodi PAK. Selain itu, STTIJA memiliki 2 Kampus. Kampus A, di Jl. Kerja Bakti, No 15, RT/RW 001/002, Kec. Makasar, Jakarta Timur, dengan luas tanah 900 m2 dengan luas bangunan 2800 m2 . Kampus B, di  Puri Ganda Asri Blok B 5 No 7, 9, 10, dengan fasilitas 2 asrama (putra dan putri).

“Saya selaku Ketua dan mewakili segenap civitas akademika, seluruh keluarga besar STTIJA menucapkan selamat kepada wisudawan-wisudawati yang telah menyelesaikan studinya di STTIJA,” Kepada media, Willem Frans Ansanay mengatakan alasan GKSI memerlukan STT sebagai alat “mencetak” hamba Tuhan yang memiliki kemampuan Pendidikan teologia dan karakter yang dibutuhkan untuk memberitakan Injil dan mengembangkan Gereja.

“Kami membekali mahasiswa baik Pendidikan teologia dan karakter seorang hamba Tuhan. Pendidikan yang kami ajarkan di STTIJA, mewakili mayoritas doktrin dari aliran Gereja–gereja yang saat ini melayani di Indonesia. Kami berikan semua supaya mahasiswa lulusan STTIJA ini memiliki kemampuan untuk terjun melayani, tanpa harus membeda-bedakan sinode Gereja. Amanat Agung itu bukan untuk membeda – bedakan sinode tetapi untuk menyelamatkan jiwa–jiwa,” katanya.

Willem Frans Ansanay meminta sinode–sinode yang belum memiliki Lembaga Pendidikan teologia untuk tidak khawatir memberikan kadernya di STTIJA, karena materi pendidikan yang diberikan STTIJA, sesuai dengan kebutuhan Gereja–gereja yang ada, tidak ada yang dibedakan, semuanya diajarkan.

“Saat ini kami telah memiliki mahasiswa lebih dari 100. Juga dalam Angkatan baru kami sudah menerima 30 mahasiswa baru lagi. Kita mengikuti aturan bahwa kita diberikan kesempatan untuk menerima 30 mahasiswa per angkatan,” tuturnya.  Ke depan, Willem Frans Ansanay, akan bekerja keras demi mendapatkan kuota setiap Angkatan lebih dari 30 mahasiswa/i.  Sedangkan untuk uang kuliah di STTIJA ada dua pembiayaan. Pertama pihak mahasiswa biaya sendiri atau mencari sponsor sendiri. Kedua, dibiayai penuh oleh Yayasan Kasih Setia Indonesia (YKSI).

Daftar nama wisudawan ke-2 STT Injil Jakarta Tahun Akademik 2021/2022, yaitu, Ardianton Saogo, Anita Heti M. Tefbana, Denci Yuliana Benu, Eka Lestari, Fanuel Harsiatmo, Ferdinand E Tefbana, Fernis Laia, Josua Andri Saptra Manurung, Julius Salle, Karel Sanda Nalle, Mariance Adelvince Ora, Melkitus Uppu, Okben Naibaho, Rotua Meilinda Hutauruk, Santa Theresia Br. Sembiring, Sulistiorini Styaningsi Smaut.

(surat)



Leave a Reply