Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Webinar Internasional Konflik Keluarga dan KDRT di Asia




 

Diskusi Ms. Grace Hee (Malaysia) selaku moderator, dengan DR. Bambang Budijanto (Indonesia) dan Prof. Gregory Slayton (USA), dalam webinar “Overcoming Family Conflict and Domestic Abuse in Asia”

Jakarta, eBahana.com – Selama pandemi Covid-19, data kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) mengalami kenaikan. Menurut catatan Komnas Perempuan RI, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap perempuan naik sebesar 75% selama pandemi pada tahun 2020. Dan menurut catatan YLBH APIK, mayoritas kasus KDRT terjadi terhadap perempuan sebanyak 90 kasus setiap bulan. Kasus ini naik dari masa sebelum pandemi yang biasanya terjadi sebanyak 30 kasus per bulan. Hal menunjukan semakin panjangnya daftar kerentanan yang dihadapi oleh perempuan.

Namun hal serupa juga terjadi di berbagai negara di Asia. “Covid-19 memberikan dampak negatif pada kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap perempuan darirpada laki-laki, setidaknya di 4 negara Asia yang  datanya telah kami analisa,” demikian pemaparan DR. Bambang Budijanto (Sekjen Asia Evangelicacll Alliance) dalam Webinar International “Overcoming Family Conflict and Domestic Abuse in Asia“.

“Selain itu dari data yang kami olah, terkesan tidak ada keterkaitan antara aktivitas kegiatan gereja dan kekerasan dalam rumah tangga. Ada orang terlibat dalam program gereja secara aktif, bahkan melayani di dewan kepemimpinan, tetapi bisa saja melakukan kekerasan di rumah (keluarga) mereka. Selain itu, lebih dari separuh gereja di Asia yang terwakili dalam survei ini, tidak memiliki pelayanan yang sesuai untuk para korban kekerasan dalam rumah tangga. Nyatanya, langkah-langkah gereja untuk meningkatkan kesadaran akan KDRT/KDRT tidak cukup efektif dalam mengurangi dan mencegah KDRT,” imbuh DR. Bambang.

Handi Irawan D (Ketua BRC) memaparkan metodologi survei yang dilakukan.

Pembicara kedua, Prof. Gregory W. Slayton, Pendiri dan Ketua Family First Global, mendorong para gembala pemimpin gereja, untuk melakukan upaya yang terus-menerus dan terencana, untuk  mengatasi masalah kekerasan dalam rumah tangga ini agar tidak lagi terjadi di dalam keluarga Kristen pada jaman ini. Bahkan juga mencegahnya agar tidak terjadi dalam keluarga-keluarga di masa depan.

“Melalui mimbar saat Ibadah  hari Minggu, ajar dan ingatkan para jemaat apa yang menjadi desain dan tujuan ilahi Allah dalam membentuk institusi keluarga, dan proses KDRT menjadi salah satu cara yang iblis gunakan untuk mencegah tujuan ilahi tersebut. Segala bentuk tindakan kekerasan dalam rumah tangga, baik itu kekerasan secara fisik, seksual, emosional, keuangan maupun kekerasan secara spiritual, tidak boleh terjadi di dalam keluarga Kristen. Dan bila ada jemaat Tuhan yang melayani, bahkan duduk di dalam struktur kepemimpinan Gereja, kedapatan melakukan KDRT, apapun bentuknya, maka dia harus mundur dari aktivitas pelayanan dan jabatannya, mengikuti proses konseling dan pemulihan, sebelum dia bisa melayani kembali.”

Webinar yang diadakan Selasa (1/3) kemarin, merupakan tindak lanjut dari survei yang dilakukan oleh Family First Indonesia, Bilangan Research Center (BRC), dan Asia Evangelical Alliance sejak Oktober 2021 lalu. Handi Irawan (Ketua Bilangan Research Center sekaligus Wakil Ketua Family First Global) yang menjadi Pimpinan Proyek Survei ini memaparkan metodologi riset dan langkah-langkah yang dilakukan saat survei hingga analisa yang dilakukan dari data yang didapat pada survei ini.

Lebih dari 1.600 hamba Tuhan, pemimpin gereja, pemimpin organisasi Kristen, melalui platform zoom dan YouTube, mengikuti pemaparan materi oleh kedua pembicara, dan diskusi yang dipandu oleh Ms. Grace Hee (Direktur Eksekutif dari Komisi Wanita di Asia Evangelical Alliance) selaku moderator webinar. Selain itu Ms. Bolortuya Damdinjavv (Anggota Pengurus Asia Evangelical Alliance dari Mongolia) dan Mr. Glenn Yu (President of Pamilya Muna Pilipinas), memberikan wejangan penutup yang mendorong gereja dan lembaga Kristen bergandengan tangan, bersehati dan bersatu, untuk melayani para penyintas KDRT di gereja lokal dan komunitas masing-masing, dan mencegah agar masalah KDRT tidak lagi dialami oleh keluarga-keluarga di masa depan, agar keinginan Tuhan agar bumi dipenuhi dengan keturunan-keturunan Ilahi, dapat terwujud bagi kemuliaan Tuhan.

Acara webinar dibuka dengan doa yang dipimpin Rev. DR. Richard Howell (Ambassador at Large Asia Evangelical Alliance), dan ditutup pula dengan doa yang dipimpin Pdt. DR. Robby I. Chandra (Dewan Pembina Family First Indonesia, dan Board Member Family First Global).

Semoga survey hasil dan webinar ini dapat menjadi berkat yang besar bagi banyak pemimpin gereja di Asia, semuanya untuk Kemuliaan Tuhan kita.

(Himawan H. – Direktur Eksekutif Family First Indonesia)



Leave a Reply