Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Stanve Widjaja, Peraih Emas Olimpiade Matematika Internasional Asal Tangerang




Tangerang, eBahana.com – Stanve Avrilium Widjaja mengharumkan nama Indonesia lewat berbagai prestasinya di berbagai ajang olimpiade matem atika tingkat dunia. Pada International Mathematical Olympiad (IMO) 2020 dan Tuymaada 2020, Stanve meraih medali emas, disusul medali perak pada IMO 2021.

Stanve menuturkan, dirinya pertama kali mendengar lomba matematika saat TK. Dari situ, ia mulai mengikuti kompetisi di mancanegara. “SD di Rumania paling jauh (kompetisi matematikanya), SMP di Korea pernah (kompetisi). Kalau SMA, di Rumania juga, tapi penyelenggaranya beda. Lalu yang di Russia (saat pandemi) ini paling bergengsi, tetapi karena COVID, dibatalin dua kali ke Russianya. Tetap ada lombanya secara online, tapi ada prosedurnya agar lomba online-nya kualitasnya sama dengan kalau pergi langsung,” jelas Stanve, dikutip dari 20Detik pada Minggu (12/9).

Alumnus Sekolah Kristen IPEKA PLUS BSD, Tangerang, Banten ini menuturkan, dirinya menggeluti matematika dari komunitas belajar Simetri yang menaungi kelompok belajar fisika dan matematika. Komunitas matematika khusus di forum belajar tersebut bernama Pentas Maths.

“Aku bukan dari sekolah-sekolah yang ada pelatihannya sendiri (untuk olimpiade). Jadi aku malah kaya tanya-tanya orang, terus dapat komunitas. Terus latihannya banyak di komunitasnya, atau bikin kelompok belajar. Ujung-ujungnya, kita bawa apa yang kita punya, dan kita dapat dari orang apa yang mereka jago dari kelompok belajarnya. Jadi kira-kira kayak gitu,” jelas Stanve.

Stanve bercerita, IMO 2020 menjadi ajang olimpiade matematika paling berkesan sepanjang perjalanannya meraih 400 penghargaan di bidang matematika. Menurut Stanve, IMO adalah salah satu lomba dengan soal tersulit di dunia. Di samping itu, IMO juga memiliki sejumlah negara yang ‘langganan’ menjadi pemuncak di kompetisi.

“Musuh terberat semua orang pasti dari negara-negara yang konstisten, yang pelatihannya juga bukan dari sekolah atau komunitas lagi, tapi terpusat, udah ada sistem, jadi semua orang punya kesempatan yang sama untuk jago, jadi yang jago makin jago. Itu dari USA, China, dan Russia. Kalau SD, saya paling suka saya paling sukanya aljabar number theory, ada aljabar terus ada teori bilangan. Kalau SMP, saya sukanya geometri, karena bsa digambar. Kalau misalnya digambar kan berarti ketahuan, ini yang benar, ini yang salah, karena gambarnya aja kadang udah ngaco,” kata Stanve.

Di sisi lain, Stanve menuturkan, dirinya memang sudah suka matematika sejak kecil hingga kini berkuliah. Ia mengatakan, soal kombinatronik dengan cerita paling menarik baginya saat SMA. “Bagi aku matematika kayak kanvas bebas gitu, aku bisa try lots of things enggak takut salah. Abis kalau misalnya salah, kita sendiri bisa cek kita salah atau enggak gitu. jadi persisnya itu kayak no room for errors gitu, kadi kita bisa explore malah,” imbuh Stanve.

Mahasiswa semester 1 jurusan Matematika, National University of Singapore (NUS) ini menuturkan, dirinya berencana menyelami prospek karier ke depan lewat komunitas di kampusnya. “Awalnya (cita-cita jadi) profesor ya. Matematika murni at the highest level bisa bikin rumus baru, kontribusi ke ilmu ekonomi, kerjanya luas dan mayoritas orang ga paham cara kerja mereka. Tapi itu pas SMA doang sih, aku akan eksplor lagi, kayaknya cita-cita akan ganti sesuai zaman,” tutur Stanve tersenyum.

(kontributor)



Leave a Reply