Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Rekomendasi dan Aksi Harmoni Konferensi Pekabaran Injil 2021




Kotaraja, eBahana.com – Damai bagi manusia dan bagi alam semesta adalah mutlak, harus dijaga dan dipertahankan, baik oleh para pemuka agama, pemerintah, TNI/Polri dan masyarakat. Damai tersebut menolak dan menjauhi segala bentuk kekerasan, intimidasi, dan marjinalisasi kepada setiap orang yang memiliki hak dan nilai-nilai asasi sesuai dengan ajaran agama masing-masing.

“Para pemuka agama diminta untuk berperan aktif dan menyuarakan di berbagai sendi kehidupan, khususnya masyarakat multikultural, dengan menghadirkan damai yang mengikat kesatuan dan damai yang harmoni,” seru Ketua Umum Persekutuan Gereja-gerja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII) Pdt. DR. Ronny Mandang ketika menyampaikan Deklarasi Damai para Pemimpin Lintas Agama di Hotel Horison, Kotaraja, Jayapura pada Jumat (19/11) kemarin. Deklarasi damai tersebut merupakan puncak dari Konferensi Pekabaran Injili (KPI) yang berlangsung 17-19 November 2021 di tempat yang sama, diikuti 300 peserta dari 62 sinode.

Lebih lanjut, Ronny Mandang menjelaskan bahwa Para Pemimpin Lintas Agama mendukung Deklarasi Papua Tanah Damai yang diselenggarakan pada 5 Februari 2019 bertepatan dengan hari Pekabaran Injil di Tanah Papua. “Damai dari ufuk Timur Papua menjadi bagian yang dirasakan oleh seluruh umat manusia,” katanya.

Selain Ronny Mandang, pernyataan tersebut ditanda tangani Pdt. Dr. Henriette T. Lebang (dari unsur Kristen),  Pdt. Hiskia Rollo, S.Th, MM (Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Papua), Pdt. DR. Mulyadi Sulaeman (Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia), H. Muhammad Syaiful, S.Ag, M.Pd. (mewakili Islam), UP. Dharmayana Sineru (mewakili Hindu), Pinandita Putu Martana, S.Ag. (mewakili Budha), Pdt. Dorman Wandikbo (Presiden Gereja Injili Di Indonesia) dan Pdt. Lipiyus Biniluk, M.Th (Ketua Umum Forum Kerukunan Umar Beragama Provinsi Papua).

Rekomendasi dan Aksi Api Injil Terus Menyalaq

Sementara itu KPI menghasilkan 9 butir Rekomendasi dan Aksi yang akan dilaksanakan Pemimpin dan jemaat Kristen. Dalam rekomendasi tersebut dinyatakan bahwa gereja mengambil inisiatif dalam wadah dialog lintas denominasi di mana berbagai kisah di ladang Pekabaran Injil dapat saling memotivasi dan memperkaya satu sama lainnya. Selain itu, berbagai tantangan dan friksi dapat digumuli dan diatasi bersama-sama di dalam kasih dan semangat persaudaraan sambil mengingat bahwa Allah adalah kasih yang membawa damai sejahtera bagi bumi dan segala isinya. Pembiaran terhadap friksi-friksi yang terdapat dalam pelayanan dapat menciderai tugas pekabaran Injil tersebut.

“Memetakan wilayah-wilayah mana saja, termasuk daerah konflik, bencana alam dan daerah-daerah perbatasan serta daerah-daerah yang sulit terjangkau; kelompok-kelompok yang terdapat di tengah masyarakat; serta isu-isu yang perlu mendapat perhatian khusus dalam mewartakan kabar baik bagi bumi dan segala isinya. Gereja juga mengupayakan pengembangan sumber daya manusia (SDM) secara bersama-sama untuk menjawab tantangan pekabaran Injil masa kini, khususnya terkait kebutuhan untuk mengartikulasikan nilai-nilai Kristiani dalam rangka menghadirkan tanda Kerajaan Allah,” kata Ronny Mandang yang membacakan Rekomendasi dan Aksi tersebut.

Gereja akan mengupayakan kegiatan bersama terutama di tengah maraknya pola hidup tradisional yang tidak sesuai dengan nilai Injil, maupun gaya hidup modern yang pragmatis, serta kecenderungan munculnya fragmentasi dalam persaingan antar gereja dan antar agama. Gereja mengedepankan kode etik dalam melakukan pelayanan, serta menghargai keberadaan dan wilayah pelayanan denominasi lain, sehingga tujuan kehidupan bersama dalam mewujudkan kerukunan lintas denominasi dan agama dapat terwujud. Gereja juga akan menguatkan jejaring dan koordinasi antar gereja lintas denominasi, sekolah-sekolah teologi dan lembaga-lembaga pekabaran Injil dalam aksi bersama secara konkret di lingkungannya masing-masing maupun secara nasional.

“Gereja menolak kekerasan dan ketidakadilan yang marak terjadi di berbagai wilayah, termasuk Papua. Hendaknya pembangunan dan pemberdayaan manusia dilakukan dengan mengedepankan pendekatan kemanusiaan. Kehadiran Pemerintah dan aparat TNI/Polri sejatinya memanusiakan manusia dan membawa kedamaian, serta tanpa kekerasan dan ketidakadilan, karena kekerasan hanya akan menimbulkan kekerasan. Para Hamba Tuhan, pekerja gereja, atau pewarta gereja sebagai frontliners tidak boleh dicap sebagai bagian dari gerakan separatis di Papua. Stigmatisasi ini harus dihilangkan dalam pandangan negara. Karena para hamba Tuhan, pekerja gereja atau pewarta gereja adalah sumber daya gereja yang harus dilindungi hak hidupnya sebagai warga negara yang bekerja dengan ketulusan memberitakan Injil di Tanah Papua, dan daerah lain. Gereja melalui para hamba Tuhan, para pekerja Gereja atau pewarta gereja haruslah dilihat dan diterima sebagai mitra kerja yang baik dalam membangun perdamaian di Tanah Papua juga daerah lain dan bukan sebaliknya,” ujar Ronny Mandang.

Gereja menolak upaya-upaya propaganda dan/atau pemindahan agama dengan cara-cara pemaksaan, tidak wajar, serta memanfaatkan kelemahan dan kekurangtahuan seseorang atau sekelompok orang. Penginjilan sejatinya bukanlah kristenisasi, karena itu upaya-upaya kristenisasi dengan cara tidak wajar, pemaksaan, serta pemanfaatan kelemahan dan kekurangtahuan bukanlah penginjilan. Tanggungjawab pekabaran Injil di tanah Papua adalah tanggung jawab bersama gereja dan harus diperkuat dalam rangka membangun perspektif baru tentang kehadiran Kristus di tengah-tengah kesulitan hidup yang sedang dihadapi masyarakat di berbagai wilayah, khususnya Papua terutama pula di wilayah-wilayah yang kesulitan dalam membangun dunia pendidikan yang baik dan berkualitas, serta pelayanan kesehatan yang bermutu, karena berada dalam situasi konflik. Gereja tetap bersuara memperjuangkan keadilan dan perdamaian bagi Papua supaya dengan pendidkan dan kesehatan yang baik, api Injil itu akan terus menyala di tanah Papua, dan daerah lain. Sama dengan hal tersebut, menolak pula usaha-usaha Islamisasi berkedok dakwah di bidang pendidikan dan kesehatan, yang masif dan sistematis terjadi di berbagai wilayah, termasuk Papua, yang didukung bahkan difasilitasi oleh oknum negara melalui TNI dan Polri, serta lembaga-lembaga pemerintah lain.

“Merawat, menjaga dan memelihara lingkungan hidup secara berkelanjutan serta mengupayakan kondisi hidup yang lebih baik bagi manusia dan ciptaan yang lain. Pandemi Covid-19 merupakan teriakan dari alam karena kekerasan yang dilakukan oleh manusia terhadap alam, dengan eksploitasi dan ketidakpedulian terhadap lingkungan yang mengatasnamakan pembangunan dan peningkatan ekonomi. Alam ciptaan harus dilihat setara dengan ciptaan lainnya, dan manusia bertanggungjawab untuk keberlanjutan hidup ciptaan yang adalah bagian dari rencana penyelamatan Allah,” tandas Ronny Mandang.

Rekomendasi dan Aksi tersebut merupakan sosialisasi dari hasil Konferensi Pekabaran Injil di Berastagi, Sumatera Utara pada 31 Mei 2018. KPI 2021 membahas 4 tema dan menghadirkan 15 narasumber. Tema pertama tentang Pekabaran Injil dalam Konteks Kemajemukan di Indonesia dengan narasumber Pdt. Dr. Henriette Lebang (Ketua Umum Lembaga Alkitab Indonesia), Pdt. Dr. Bambang Widjaja (Majelis Pertimbangan PGLII), dan Pdt. Lipiyus Biniluk, M.Th (Ketua Umum Forum Kerukunan Umat Beragma Provinsi Papua).

Tema kedua Panggilan Gereja-Gereja di Indonesia oleh Pdt. Gomar Gultom (Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia), Pdt. Hiskia Rollo, S.Th., MM (Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Papua), Pdt. Bambang Jonan (Gereja Bethel Indonesia) dan Jhon Manik (Sekretaris Mission Aviation Fellowship Indonesia). Tema ketiga Panggilan Seorang Pekabar Injil oleh Pdt. Charles Jonan (Jaringan Doa Nasional), Romo Heri Wibowo (Sekretaris Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia), Pdt. Dorman Wandikbo (Presiden Gereja Injili Di Indonesia) dan Pdt. Dr. James Wambrauw, M.Th (Persekutuan Gereja-Gereja Se-Kota Jayapura). Tema Ketiga Kode Etik Pekabar Injil oleh Pdt. Daniel Ronda (Ketua Umum Gereja Kemah Injil Indonesia), Pdt. DR. Muljadi Sulaeman (Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia), Pdt. DR. Ronny Mandang, M.Th., (Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia) dan Dr. James Modouw, MMT (Jaringan Lembaga-lembaga  Penginjilan dan Lembaga Sosial Keagamaan Papua).

Ibadah pembuka dilayani kotbah Presiden GIDI Pdt. Dorman Wandikbo (17/11), ibadah penutup dilayani Pst. John Bunay (18/11). Sedangkan pada ibadah pengutusan, pengkotbah Pdt. DR. Nus Reimas, Ketua Majelis Pertimbangan PGLII (19/11). Menurut Ketua Panitia Nasional Pdt. Deddy Madong SH, MA., KPI merupakan puncak dari rangkaian peringatan Jubileum 75 Tahun PGLII. “Sebelumnya kita mengadakan kegiatan berupa Ibadah Syukur di Batu, Jawa Timur dan Simposium Injili di Makassar, Sulawesi Selatan.” Disebutkan Deddy Madong bahwa terdapat beberapa kegiatan yang juga merupakan bagian dari Perayaan HUT yang diadakan bidang-bidang pada Pengurus Pusat, dan perayaan yang diadakan ditingkat Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah.

“Dengan penyelenggaraan KPI 2021 dan Deklarasi Damai, kami telah menyelesaikan rangkaian HUT ke-75 PGLII. Dari rangkaian acara tersebut kita melihat dan dikuatkan dengan partisipasi dari seluruh Anggota PGLII dan jaringan PGLII dengan lembaga gerejawi aras nasional. Termasuk relasi dengan pemerintah yang ternyata begitu baik dalam membangun sinergis-kualitatif. Kami menyimpukan bahwa semangat Api Injil Terus Menyala yang menjadi motivasi tetap berkumandang dan menjiwai Kaum Injili,” tandas Deddy Madong.

(rm/pglii)



Leave a Reply