Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Peran Pemuda dalam Meneguhkan DIY sebagai Kota Toleran




Yogyakarta, eBahana

Pengelolaan perbedaan merupakan hal yang penting untuk menangani kemajemukan di suatu daerah, begitu juga di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini. untuk menjawab keresahan tersebut Institute for Interfaith Dialogue in Indonesia (Interfidei) menyelenggarakan Pelatihan Pengembangan Kapasitas Pemuda Antariman Yogyakarta di Wisma Camelia Panggeran Kaliurang  (8–13/10/18).Acara ini diikuti oleh 24 pemuda dan pemudi terpilih yang berasal dari berbagai agama dan keyakinan. Sebelumnya mereka sudah melalui tahap seleksi untuk mengikuti pelatihan ini. Dan selama seminggu peserta dibekali dengan berbagai ilmu untuk mendalami peran mereka nantinya dalam menjembatani perdamaian di tengah-tengah perbedaan. Acara ini menjadi rangkaian pertama dari 3 tahap pelatihan untuk pemuda di Yogyakarta.

Advokasi isu-isu kebebasan beragama dan berkeyakinan di DIY merupakan salah satu materi yang diberikan kepada peserta di hari ke-4 (11/10/18), materi ini dibawakan oleh Pdt. Stefanus Iwan Listiyantoro, pendeta GKJ Sabda Adi Semanu Gunungkidul.Dengan dimoderatori oleh Elga J. Sarapung, Pdt. Iwan menjelaskan mengenai advokasi isu-isu perbedaan/pluralisme. Ia menjelaskan beberapa pokok pikiran yakni, apa itu advokasi, dasar-dasar advokasi, advokasi untuk kasus kebebasan beragama dan berkeyakinan di DIY, pengalaman ANBTI dalam melakukan advokasi kasus KBB di Yogyakarta (bagaimana melakukannya, bagaimana hasilnya, mengapa berhasil/gagal, peluang dan tantangan dalam advokasi). “Jika teman-teman menemukan suatu komunitas yang tempat ibadahnya ditutup, yang dilawan bukanlah masyarakat, tetapi kita tidak boleh menutup mata atas kasus-kasus semacam itu, dan membantu komunitas tersebut memperjuangkan haknya,” ungkap Pdt. Iwan.

Presentasi Kelompok

Setelah sesi pemaparan, dilanjutkan dengan pendalaman materi. Peserta dibagi beberapa kelompok dan diminta untuk latihan melakukan advokasi soal kasus pelanggaran KBB di Yogyakarta, kemudian dipresentasikan di akhir sesi itu.

Kepada eBahana, dua orang peserta  mengungkapkan bahwa mereka sangat dibekali melalui pelatihan ini. “…di sini kami belajar bagaimana kami mengelola dan mewujudkan brand dari Yogyakarta sebagai kota toleran dan sebagai pemuda kami memiliki peran yang sangat penting, jika diberikan kesempatan duduk di pemerintahan sebagai pengambil keputusan, kami sudah siap karena kami sudah dibekali…,”ujar Kristian (20’an) salah satu peserta yang berasal dari GKJ Gondokusuman.

“…secara perlahan-lahan sudah saya pelajari dan dapatkan materi-materi yang penting, seperti HAM, advokasi, investigasi di sini, yang mungkin tidak bisa saya dapatkan di kampus, dan nantinya akan digunakan saat terjun ke masyarakat…,” kata Ahmad (20’an) salah satu peserta yang berasal dari UIN Yogyakarta.

Peserta Pelatihan, kiri: Ahmad, kanan: Kristian.

Di akhir sesi mengenai advokasi tersebut, Pdt. Iwan tidak lupa memotivasi peserta untuk terus mengembangkan kemampuan mereka. “Saya pikir upaya kita untuk terus-menerus belajar untuk punya skill, punya jejaring, akan sangat berguna,” tegasnya. Yas



Leave a Reply