Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Mission Impossible: Menjadi Saksi di Taman Edan




Yogyakarta, eBahana    

Hari Minggu kemarin (10/06/19) di sebuah gereja kecil bernama GKRI Dunamis Yogyakarta, disetel film pendek tentang kejatuhan Adam dan Hawa. Dalam film itu, tampak Adam berada di samping Hawa ketika dibujuk oleh ular untuk makan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Sampai di sekitar pohon pengetahuan, Adam menyaksikan Hawa  mengambil, memetik buah itu. Adam pun ikut mengulurkan tangan menerima buah dari Hawa, mengunyah sampai akhirnya menelan Buah Pengetahuan.Saya tertarik betul menyoroti tingkah Adam. Agak lucu tapi sebenarnya ini adalah peristiwa yang terlalu tega dari seorang suami kepada isterinya. Pertama, Adam berada di samping Hawa ketika dibujuk si Ular (bdk. Kej.3:6), tetapi dia diam saja. Dialog terjadi hanya antara Hawa dan si Ular. Kedua, tingkah Kakek Adam yang ragu-ragu terhadap Firman Tuhan sehingga memutuskan Nenek Hawa sebagai kelinci percobaan. Waktu dilihat isterinya tidak ‘mati’ (saya meyakini Adam paham arti ‘mati’ yang dimaksudkan Tuhan), barulah Adam mengambil kesimpulan selanjutnya keputusan. Keputusan Adam menyiratkan kesimpulannya bahwa Tuhan berdusta. Namun setelah Adam makan, barulah dia menyadari kesimpulan awal salah begitupun keputusannya. Adam terkejut Firman Tuhan akhirnya berdampak nyata. Mungkin sempat terlintas dipikirannya, “Mengapa Hawa tidak langsung ‘mati?” ketika saya melihat dia makan seandainya dia “mati” tadi, tentulah saya tidak makan?”

Taman Eden hanya dinikmati sebentar oleh Kakek dan Nenek kita ini, gara-gara keraguan mereka terhadap Firman Tuhan dan terlalu cepat mengambil kesimpulan bahkan keputusan karena tanda-tanda konsekuensi tidak muncul segera. Selain mereka Alkitab tidak pernah mencatat lagi adanya manusia yang boleh tinggal di Taman Eden. Sisa hidup mereka sebagai manusia berdaging dan berdosa dihabiskan dengan menjadi saksi hukuman Tuhan untuk mereka juga keturunannya di “Taman Edan” yang ganas.Bagaimana dengan saya dan kita semua yang saat ini masih berada di Taman Edan? Ular dan keturunannya banyak di sini. Pasti pengaruhnya juga besar. Padahal kita sama seperti Adam yang diingatkan kembali melalui sejarah Pentakosta untuk menjadi saksi. Bukan sekedar saksi bisu apalagi sampai ikut ragu-ragu. Ular itu sudah tidak berdaya terhadap hidup kekal kita, tapi suara mulutnya masih bisa mempengaruhi pikiran kita. Sama seperti suaranya yang menjamah telinga Adam dan Hawa yang belum tercemar dosa.

Roh Kudus sudah diberikan, tinggal kita mau tidak  menuruti-Nya dan 100% mempercayai-Nya. Supaya kita sanggup memberitahukan ‘apa yang benar’ dan berani membungkam apa yang dusta. Biarlah mata, telinga, keinginan kita sejalan dengan kehendak-Nya. Menjadi saksi di Taman Edan ini dengan kekuatan sendiri tanpa taat pada pimpinan Roh-Nya, dan tanpa aksi adalah Mission Impossible.

Oleh Agni Ardi Pratama.



Leave a Reply